Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak dijumpai di masyarakat dan sering muncul. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala yang biasa timbul adalah nyeri kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, dan gelisah. (Rusadi et al., 2021). Hipertensi ini juga merupakan kondisi ketika tekanan darah menunjukkan pada angka 140/90 mmHg atau lebih diatasnya
Hipertensi adalah penyakit yang umum terjadi di negara-negara berkembang, dialami oleh sebagian besar penduduk. Meskipun tidak menular dan tidak bisa sembuh sepenuhnya, hipertensi dapat dikendalikan. Penyakit ini dapat terjadi pada segala usia, tidak hanya pada orang dewasa dan lansia, tetapi juga pada remaja.Â
Prevalensi Hipertensi
Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization) mengestimasikan saat ini prevalensi menunjukkan sekitar 1,3 miliar orang di dunia penyandang hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (WHO, 2019).Â
Prevalensi kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar (34,2%), angka tertinggi di Kalimantan selatan (44,1%), sedangkan Papua memiliki prevalensi terendah sebesar (22,2%), hipertensi terjadi pada kelompok usia 31 -- 44 tahun (35,6%), usia 45 -- 54 tahun (46,3%), usia 55 -- 64 tahun (55,3%). (Rikesdas, 2019).
Faktor Resiko Hipertensi
Menurut Kemenkes 2018, terdapat dua Faktor Risiko Hipertensi yaitu, faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor Risiko yang melekat pada penderita Hipertensi dan tidak dapat diubah, antara lain :
Umur
Jenis Kelamin
-
Genetik
Faktor Risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita, diantaranya sebagai berikut :
- Baca juga: Roda Kehidupan
Berat badan berlebih/ kegemukan
Timbulnya berbagai penyakit seperti obesitas biasanya diikuti oleh keadaan antara lain hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung seperti aterosklerosis, jantung koroner.
Merokok
Rokok mengandung zat racun seperti tar, nikotin dan karbon monoksida. Zat beracun tersebut akan menurunkan kadar oksigen ke jantung, meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), peningkatan gumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner.
Diet tinggi lemak dan rendah serat
Konsumsi lemak yang berlebihan dapat menimbulkan risiko hipertensi karena akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol tersebut akan melekat pada dinding pembuluh darah yang lama-kelamaan pembuluh darah akan tersumbat diakibatkan adanya plaque dalam darah yang disebut dengan aterosklerosis
Dislipidemia
Dislipidemia merupakan faktor risiko terbentuknya aterosklerosis. Aterosklerosis akan mengakibatkan penyumbatan dan penimbunan lemak atau bekuan darah. Hal tersebut mengakibatkan tingginya resistensi vaskular sistemik dan memicu peningkatan tekanan darah.
- Baca juga: Langkah Kecil Melalui Cairan Penyelamat Bumi
Konsumsi garam berlebih
Garam memiliki sifat mengikat cairan sehingga mengkonsumsi garam dalam jumlah yang berlebihan secara terus-menerus dapat berpengaruh secara  langsung terhadap peningkatan tekanan darah.
- Baca juga: Tetesan Darah Sang Revolusi
Kurang aktivitas fisik
Orang yang kurang berolahraga atau kurang aktif bergerak dan yang kurang bugar, memiliki resiko menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi meningkat 20-50% dibandingkan mereka yang aktif dan bugar.
Stres
Kondisi stres meningkatkan aktivitas saraf simpatis yang kemudian meningkatkan tekanan darah secara bertahap, artinya semakin berat kondisi stres seseorang maka semakin tinggi pula tekanan darahnya.