Mohon tunggu...
Aufa Aulia
Aufa Aulia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Nursing Student

only you can change your life, nobody else can do it for you.♡

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenali Diri dari Hipertensi: Mengenal Hipertensi sebagai Silent Killer

23 September 2024   14:49 Diperbarui: 23 September 2024   14:55 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak dijumpai di masyarakat dan sering muncul. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala yang biasa timbul adalah nyeri kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, dan gelisah. (Rusadi et al., 2021). Hipertensi ini juga merupakan kondisi ketika tekanan darah menunjukkan pada angka 140/90 mmHg atau lebih diatasnya

Hipertensi adalah penyakit yang umum terjadi di negara-negara berkembang, dialami oleh sebagian besar penduduk. Meskipun tidak menular dan tidak bisa sembuh sepenuhnya, hipertensi dapat dikendalikan. Penyakit ini dapat terjadi pada segala usia, tidak hanya pada orang dewasa dan lansia, tetapi juga pada remaja. 


Prevalensi Hipertensi

Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization) mengestimasikan saat ini prevalensi menunjukkan sekitar 1,3 miliar orang di dunia penyandang hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (WHO, 2019). 

Prevalensi kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar (34,2%), angka tertinggi di Kalimantan selatan (44,1%), sedangkan Papua memiliki prevalensi terendah sebesar (22,2%), hipertensi terjadi pada kelompok usia 31 -- 44 tahun (35,6%), usia 45 -- 54 tahun (46,3%), usia 55 -- 64 tahun (55,3%). (Rikesdas, 2019).

Faktor Resiko Hipertensi

Menurut Kemenkes 2018, terdapat dua Faktor Risiko Hipertensi yaitu, faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor Risiko yang melekat pada penderita Hipertensi dan tidak dapat diubah, antara lain :

  1. Umur

  2. Jenis Kelamin

  3. Genetik

Faktor Risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita, diantaranya sebagai berikut :

  1. Baca juga: Roda Kehidupan

    Berat badan berlebih/ kegemukan

Timbulnya berbagai penyakit seperti obesitas biasanya diikuti oleh keadaan antara lain hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung seperti aterosklerosis, jantung koroner.

  1. Merokok

Rokok mengandung zat racun seperti tar, nikotin dan karbon monoksida. Zat beracun tersebut akan menurunkan kadar oksigen ke jantung, meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), peningkatan gumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner.

  1. Diet tinggi lemak dan rendah serat

Konsumsi lemak yang berlebihan dapat menimbulkan risiko hipertensi karena akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol tersebut akan melekat pada dinding pembuluh darah yang lama-kelamaan pembuluh darah akan tersumbat diakibatkan adanya plaque dalam darah yang disebut dengan aterosklerosis

  1. Dislipidemia

Dislipidemia merupakan faktor risiko terbentuknya aterosklerosis. Aterosklerosis akan mengakibatkan penyumbatan dan penimbunan lemak atau bekuan darah. Hal tersebut mengakibatkan tingginya resistensi vaskular sistemik dan memicu peningkatan tekanan darah.

  1. Konsumsi garam berlebih

Garam memiliki sifat mengikat cairan sehingga mengkonsumsi garam dalam jumlah yang berlebihan secara terus-menerus dapat berpengaruh secara  langsung terhadap peningkatan tekanan darah.

  1. Kurang aktivitas fisik

Orang yang kurang berolahraga atau kurang aktif bergerak dan yang kurang bugar, memiliki resiko menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi meningkat 20-50% dibandingkan mereka yang aktif dan bugar.

  1. Stres

Kondisi stres meningkatkan aktivitas saraf simpatis yang kemudian meningkatkan tekanan darah secara bertahap, artinya semakin berat kondisi stres seseorang maka semakin tinggi pula tekanan darahnya.

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Healthy Selengkapnya
    Lihat Healthy Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun