Mohon tunggu...
Aufa Aulia
Aufa Aulia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Nursing Student

only you can change your life, nobody else can do it for you.♡

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenali Diri dari Hipertensi: Mengenal Hipertensi sebagai Silent Killer

23 September 2024   14:49 Diperbarui: 23 September 2024   14:55 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang banyak dijumpai di masyarakat dan sering muncul. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala yang biasa timbul adalah nyeri kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, dan gelisah. (Rusadi et al., 2021). Hipertensi ini juga merupakan kondisi ketika tekanan darah menunjukkan pada angka 140/90 mmHg atau lebih diatasnya

Hipertensi adalah penyakit yang umum terjadi di negara-negara berkembang, dialami oleh sebagian besar penduduk. Meskipun tidak menular dan tidak bisa sembuh sepenuhnya, hipertensi dapat dikendalikan. Penyakit ini dapat terjadi pada segala usia, tidak hanya pada orang dewasa dan lansia, tetapi juga pada remaja. 


Prevalensi Hipertensi

Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization) mengestimasikan saat ini prevalensi menunjukkan sekitar 1,3 miliar orang di dunia penyandang hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (WHO, 2019). 

Prevalensi kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar (34,2%), angka tertinggi di Kalimantan selatan (44,1%), sedangkan Papua memiliki prevalensi terendah sebesar (22,2%), hipertensi terjadi pada kelompok usia 31 -- 44 tahun (35,6%), usia 45 -- 54 tahun (46,3%), usia 55 -- 64 tahun (55,3%). (Rikesdas, 2019).

Faktor Resiko Hipertensi

Menurut Kemenkes 2018, terdapat dua Faktor Risiko Hipertensi yaitu, faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah. Faktor Risiko yang melekat pada penderita Hipertensi dan tidak dapat diubah, antara lain :

  1. Umur

  2. Jenis Kelamin

  3. Genetik

Faktor Risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita, diantaranya sebagai berikut :

  1. Baca juga: Roda Kehidupan

    Berat badan berlebih/ kegemukan

Timbulnya berbagai penyakit seperti obesitas biasanya diikuti oleh keadaan antara lain hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung seperti aterosklerosis, jantung koroner.

  1. Merokok

Rokok mengandung zat racun seperti tar, nikotin dan karbon monoksida. Zat beracun tersebut akan menurunkan kadar oksigen ke jantung, meningkatkan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), peningkatan gumpalan darah dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner.

  1. Diet tinggi lemak dan rendah serat

Konsumsi lemak yang berlebihan dapat menimbulkan risiko hipertensi karena akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol tersebut akan melekat pada dinding pembuluh darah yang lama-kelamaan pembuluh darah akan tersumbat diakibatkan adanya plaque dalam darah yang disebut dengan aterosklerosis

  1. Dislipidemia

Dislipidemia merupakan faktor risiko terbentuknya aterosklerosis. Aterosklerosis akan mengakibatkan penyumbatan dan penimbunan lemak atau bekuan darah. Hal tersebut mengakibatkan tingginya resistensi vaskular sistemik dan memicu peningkatan tekanan darah.

  1. Konsumsi garam berlebih

Garam memiliki sifat mengikat cairan sehingga mengkonsumsi garam dalam jumlah yang berlebihan secara terus-menerus dapat berpengaruh secara  langsung terhadap peningkatan tekanan darah.

  1. Kurang aktivitas fisik

Orang yang kurang berolahraga atau kurang aktif bergerak dan yang kurang bugar, memiliki resiko menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi meningkat 20-50% dibandingkan mereka yang aktif dan bugar.

  1. Stres

Kondisi stres meningkatkan aktivitas saraf simpatis yang kemudian meningkatkan tekanan darah secara bertahap, artinya semakin berat kondisi stres seseorang maka semakin tinggi pula tekanan darahnya.

  1. Konsumsi alkohol

Alkohol memicu hipertensi pada seseorang atau memperparah gejala yang sudah ada. Pasalnya, alkohol dapat mempersempit pembuluh darah, yang dapat berujung pada kerusakan pembuluh darah dan organ dalam tubuh

Cara Mencegah Hipertensi

Cara mencegah hipertensi penting dilakukan sedini mungkin agar terhindar dari masalah kesehatan yang lebih serius, seperti penyakit jantung. Langkah untuk menjaga tekanan darah tetap dalam batas normal pun ada beragam dan tentunya tidak luput dari penerapan pola hidup sehat. Faktor keturunan dan usia memang tidak bisa dicegah, tetapi masih ada cara untuk mencegah faktor risiko lain yang dapat memicu hipertensi. Langkah pencegahan ini perlu dilakukan oleh siapapun, terutama jika rentan menderita hipertensi.

  1. Konsumsi makanan rendah lemak dan kaya akan serat

Makanan yang dikonsumsi tidak hanya dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan, tetapi juga dapat menjadi cara mencegah kondisi medis tertentu, termasuk hipertensi. Jenis makanan yang direkomendasikan sebagai cara mencegah hipertensi adalah makanan yang rendah lemak dan kaya akan serat, seperti sereal, roti gandum, pasta, susu dan yoghurt rendah lemak, ayam tanpa kulit, buah-buahan, dan sayuran. Pastikan untuk menghindari makanan yang mengandung minyak berlebih, seperti gorengan.

  1. Kurangi asupan garam

Garam memang termasuk salah satu mineral penting yang berguna untuk memastikan tubuh dapat berfungsi dengan normal. Namun, jika dikonsumsi secara berlebihan, garam justru dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Sebagai cara mencegah hipertensi, disarankan untuk membatasi asupan garam, yakni tidak lebih dari 2 gram atau sekitar 1 sendok teh per hari. Selain itu, kurangi pula konsumsi makanan yang mengandung banyak garam, seperti makanan cepat saji, makanan kaleng, makanan olahan, makanan asin, dan makanan yang diawetkan.

  1. Lakukan olahraga secara rutin

Kurang beraktivitas dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Hal ini terjadi karena semakin berat badan seseorang, semakin banyak juga darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Peningkatan volume darah inilah yang otomatis akan meningkatkan tekanan darah.Agar berat badan tidak naik, kita harus olahraga setidaknya 30 menit per hari setidaknya sebanyak 5 kali dalam seminggu. Beberapa olahraga yang bisa dilakukan sebagai cara mencegah hipertensi adalah jalan santai, jogging, berenang, bersepeda, senam, dan menari.

  1. Kelola stres

Faktor lain yang dapat meningkatkan resiko seseorang mengalami hipertensi adalah stres. Ketika stres, tubuh akan memproduksi hormon yang dapat mempercepat detak jantung dan mempersempit pembuluh darah. Akibatnya, tekanan darah pun mengalami peningkatan untuk sementara waktu. Bila kondisi ini terjadi dalam waktu yang lama, bukan tidak mungkin hipertensi terjadi. Untuk mencegah dan mengatasi stres, sekaligus sebagai cara mencegah hipertensi, kita bisa melakukan beberapa kegiatan yang menyenangkan dan membuat tubuh menjadi lebih rileks, seperti mendengarkan musik dan bermeditasi.

  1. Hindari dan batasi konsumsi minuman beralkohol

Membatasi konsumsi alkohol bisa menjadi sebagai salah satu cara mencegah hipertensi. Batas konsumsi alkohol untuk pria adalah kurang dari 2 gelas per hari, sedangkan untuk wanita adalah tidak lebih dari 1 gelas per hari. Namun, berhenti minum alkohol atau menghindari alkohol sama sekali bisa menjadi cara mencegah hipertensi yang lebih baik. Mengonsumsi alkohol, terutama dalam jumlah banyak dan sering, dapat meningkatkan kadar lemak dalam darah. Seiring berjalannya waktu, lemak tersebut akan menumpuk di dinding pembuluh darah arteri dan membuat pembuluh darah menyempit, sehingga tekanan darah pun akan meningkat.

  1. Batasi asupan kopi

Minum lebih dari 4 cangkir kopi per hari dapat meningkatkan resiko seseorang mengalami hipertensi. Meskipun efek tersebut dapat berbeda-beda pada setiap orang, sebaiknya pertimbangkan untuk mengurangi asupan kopi sebagai cara mencegah hipertensi. Beberapa peneliti percaya bahwa kandungan kafein dalam kopi dapat memblokir hormon tertentu yang membantu melebarkan pembuluh darah arteri dan menyebabkan kelenjar adrenal meningkatkan produksi adrenalin. Kondisi inilah yang menyebabkan tekanan darah meningkat.

  1. Berhenti merokok

Kandungan nikotin dalam rokok dapat mempersempit pembuluh darah arteri dan membuat pembuluh darah menjadi kaku. Akibatnya, detak jantung dan tekanan darah meningkat. Sebagai cara mencegah hipertensi, sebaiknya berhenti merokok, termasuk rokok elektrik (vape), serta sebisa mungkin menghindari paparan asap rokok.


Kesimpulan

Deteksi dini hipertensi sangat penting dilakukan karena dapat mencegah komplikasi serius. Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, sering disebut sebagai "silent killer" karena sering tidak menunjukkan gejala yang jelas namun dapat menyebabkan komplikasi serius seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan kerusakan pembuluh darah. Dengan deteksi dini, langkah-langkah pencegahan dan pengobatan dapat segera diambil untuk mengurangi risiko komplikasi ini. Deteksi dini juga memberi kesempatan untuk mengubah gaya hidup sebelum hipertensi berkembang lebih lanjut. Pola makan sehat, olahraga teratur, dan manajemen stres dapat membantu menurunkan tekanan darah dan mencegah peningkatan yang lebih parah. Lalu, Semakin dini hipertensi didiagnosis, semakin besar kemungkinan untuk mengontrol tekanan darah tanpa perlu pengobatan berat atau intervensi medis yang lebih agresif. Dalam beberapa kasus, perubahan gaya hidup saja bisa cukup untuk mengelola tekanan darah.


Daftar Pustaka

Fatma ekasari, M. (2021). Hipertensi: kenali penyebab, tanda gejala dan penangannya. Hipertensi: Kenali Penyebab, Tanda Gejala Dan Penangananya.

Referensi Abadi, E., Faisal, F., & Demmalewa, J. Q. (2022). Hubungan Pola Makan Dan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Putra Di Wilayah Kerja Puskesmas Nambo. Journal Of Baja Health Science, 2(02), 194 205. 

Fahrany, F. (2019). Analisis Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi Pada Remaja Usia 15 18 Tahun Di Wilayah Kepanjen. Jurnal Ilkes (Jurnal Ilmu Kesehatan) , Vol 10 No 2. 

Hidayatullah, M. T., & Pratama, A. A. (2019). Hubungan Kebiasaan Merokok Dan Obesitas Dengan Kejadian Hipertensi Pada Remaja Usia 15-19 Tahun Di kelurahan Dayen Peken Ampenan Mataram. Smiknas, 108--115. 

Arum, Y. T. G. (2019). Hipertensi pada Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun). Hygeia Journal of Public Health Research and Development, 1(3), 84--94.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun