Mohon tunggu...
ilham aufa
ilham aufa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, Penulis Lepas

Masih Belajar dan Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sambal Istimewa Seorang Suami

2 September 2016   15:13 Diperbarui: 3 September 2016   00:24 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi, saat istri sedang sakit, insting untuk kembali mengulang pekerjaan dapur menjadi penting. Siapkan kebutuhan anak-anak sebelum sekolah, menanyakan keinginan istri sebelum berangkat kerja, hingga selalu komunikasi via smartphone saat tidak sedang di sampingnya.

Masalah utama adalah masakan. Bukan untuk anak, juga bukan untuk istri. Karena dua hal ini, pasti standar jika dalam posisi darurat seperti ini. Bikin telur dadar untuk sarapan anak-anak, dan siap-siap beli bubur atau nasi uduk untuk istri.

Tapi bagi saya pribadi, dua hal itu tak cukup. Saya lebih suka masakan rumah apapun menu lauknya. Dengan catatan, nasi dalam posisi aktual, alias masih hangat.

Cukup dengan itu? Tidak. Harus ada sambal.

Bumbu utama tentu saja, cabai, garam, terasi, sedikit tomat, ditambah secuil gula merah. Kadang kalau iseng, saya tambal gula putih sedikit untuk menambah kekentalan rasa pedasnya.

Saya merasa istimewa jika dalam waktu sepuluh menit mampu menyelesaikan pekerjaan ini. Tinggal kupas, goreng, ulek, campur, sajikan. Beres.

Namun ada yang menarik di sini. Dengan bahan yang sama, dengan cara masak yang sama, dan dengan durasi memasak yang sama, saya selalu saja merasakan ada yang ganjil. “Sambal ini selalu mempunyai rasa yang berbeda setiap harinya!.”

Sambal istimewakah? Saya kira kok tidak. Meski sang istri selalu memuji di depan kawan-kawannya tentang kehebatan saya dalam hal dapur dan sambal, saya tak pernah merasa bangga. Soalnya, istri tak pernah ikutan mencolek rasa sambal ini. Dengan begitu, rahasia rasa sambal ini tetap terjaga selamanya.

Hanya untuk menutupi kekurangan diri sendiri sebagai suamilah, saya memaksa untuk tetap menikmati sambal ini. [*]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun