Mohon tunggu...
ilham aufa
ilham aufa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta, Penulis Lepas

Masih Belajar dan Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sambal Istimewa Seorang Suami

2 September 2016   15:13 Diperbarui: 3 September 2016   00:24 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sambal Istimewa Seorang Suami - Dok. Pribadi

Sebagai lelaki dan berpredikat suami, pekerjaan dapur istri haruslah juga mesti dimengerti, meski tak harus menguasainya. Maka, apa jadinya jika ada cabai, terasi, garam, dan bahan bumbu lainnya menganggur, sementara sang istri sedang tergeletak sakit? Sambal istimewa jawabnya.

***

Bukan sok sibuk atau terlalu mementingkan pekerjaan. Ada banyak hal yang kadang dimengerti oleh pasangan kita, namun kadang dengan sengaja merasa masa bodo dengan yang sedang kita lakukan.

“Mas, beliin krupuk di warung sebelah dong?” Sementara pikiranmu sedang memikirkan crosstabulasi excell yang penuh dengan angka-angka.

Kurangnya penghargaan terhadap peran istri? Saya kira bukan. Saya sih membacanya karena kurangnya basa-basi, sinonim dari kata rayuan dan bunga-bunga janji.

Maka, ladeni sajalah permintaan sederhana istrimu saat kau mampu memenuhinya. Sesibuk apapun itu, meski pantat sedang enak-enaknya kau tahankan di kursi empukmu.

Predikat suami, yang dalam bahasa agama berperan sebagai imam haruslah mengerti apa maunya makmum. Tapi, apa jadinya jika sang makmum terlalu berisik sementara Imam lagi asyik dengan bacaan fatihahnya. Jawabnya, sabar, sabar dan sabar. Jika tak sabar, ibadah sang Imam bisa berantakan. Batal semua shalatnya.

Pekerjaan dapur bagi saya bukanlah hal asing. Sebagai mantan anak yatim, saya dididik oleh ibu agar bisa mandiri. Baik melakukan pekerjaan rumah, hingga pekerjaan tambahan lainnya, diantaranya memasak makanan kesukaan.

Itu dulu.

Sekarang?

Saat sudah menjadi seorang bapak dari tiga anak-anak, saya sudah terbiasa hidup nyaman. Bangun pagi, kopi hangat sudah tersedia. Pulang kerja, makan malam masih hangat tersaji. Sangat nikmat.

Tapi, saat istri sedang sakit, insting untuk kembali mengulang pekerjaan dapur menjadi penting. Siapkan kebutuhan anak-anak sebelum sekolah, menanyakan keinginan istri sebelum berangkat kerja, hingga selalu komunikasi via smartphone saat tidak sedang di sampingnya.

Masalah utama adalah masakan. Bukan untuk anak, juga bukan untuk istri. Karena dua hal ini, pasti standar jika dalam posisi darurat seperti ini. Bikin telur dadar untuk sarapan anak-anak, dan siap-siap beli bubur atau nasi uduk untuk istri.

Tapi bagi saya pribadi, dua hal itu tak cukup. Saya lebih suka masakan rumah apapun menu lauknya. Dengan catatan, nasi dalam posisi aktual, alias masih hangat.

Cukup dengan itu? Tidak. Harus ada sambal.

Bumbu utama tentu saja, cabai, garam, terasi, sedikit tomat, ditambah secuil gula merah. Kadang kalau iseng, saya tambal gula putih sedikit untuk menambah kekentalan rasa pedasnya.

Saya merasa istimewa jika dalam waktu sepuluh menit mampu menyelesaikan pekerjaan ini. Tinggal kupas, goreng, ulek, campur, sajikan. Beres.

Namun ada yang menarik di sini. Dengan bahan yang sama, dengan cara masak yang sama, dan dengan durasi memasak yang sama, saya selalu saja merasakan ada yang ganjil. “Sambal ini selalu mempunyai rasa yang berbeda setiap harinya!.”

Sambal istimewakah? Saya kira kok tidak. Meski sang istri selalu memuji di depan kawan-kawannya tentang kehebatan saya dalam hal dapur dan sambal, saya tak pernah merasa bangga. Soalnya, istri tak pernah ikutan mencolek rasa sambal ini. Dengan begitu, rahasia rasa sambal ini tetap terjaga selamanya.

Hanya untuk menutupi kekurangan diri sendiri sebagai suamilah, saya memaksa untuk tetap menikmati sambal ini. [*]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun