Mohon tunggu...
Audytrie S O
Audytrie S O Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 PGSD

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implikasi Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia

8 Desember 2022   22:36 Diperbarui: 8 Desember 2022   22:41 1564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tutwuri Andayani

Pendidik memberikan penguatan kepada siswa

Ngroso

Siswa merasa yakin tentang manfaat dari apa yang mereka pelajari

Dst…

 

Falsafah Belajar Mandiri Mendikbudristek Nadiem Anwar merupakan bagian filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang sejalan dengan filsafat pendidikan progresivisme. Gagasan atau filosofi progresivisme adalah sebuah gerakan di bidang pendidikan yang dimotori oleh John Dewey. Awal lahirnya sekolah ini berusaha menjangkau secara positif pengaruh-pengaruh yang ada dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Filosofi progresivisme menekankan konsep dinamis bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan memperbaiki lingkungannya dengan menggunakan kecerdasannya melalui metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang muncul baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan sosial.

Dalam ranah ini, Pendidikan bisa berhasil bila mampu melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan proses pengajaran, sehingga siswa memperoleh banyak pengalaman sebagai bekal hidupnya. Filosofi progresivisme juga mengarahkan bahwa pendidikan tidak hanya terbatas pada transfer pengetahuan kepada peserta didik, tetapi mengandung muatan sejumlah kegiatan yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir bagi peserta didik secara utuh dan menyeluruh. Dengan begitu, siswa mampu berpikir sistematis dengan pendekatan saintifik. Sebagai analogi, siswa mampu memberikan berbagai data empiris, informasi teoritis, analisis, pertimbangan, dan mampu membuat kesimpulan untuk memilih alternatif yang paling logis dalam memecahkan masalah yang dihadapinya (Basuni et al., 2021).

Pemikiran filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara berimplikasi pada manajemen sekolah. Faktor penghambat pengelolaan di sekolah adalah waktu pembelajaran yang kurang maksimal dan kurangnya fokus siswa dalam belajar (Indarti, 2019). Implikasi manajemen bagi kepala sekolah meliputi dimensi memberi kepercayaan kepada bawahan, mendorong staf untuk maju, menghormati guru yang telah menunjukkan kinerja mengajar yang baik. Selain itu, guru harus berusaha meningkatkan kompetensi personal, sosial, profesional dan pedagogik (Wahyuni, 2014). Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan (dalam pengelolaan pembelajaran), menekankan pengembangan kreativitas dan memperhatikan pengembangan rasa dan karsa.

Mengenai manajemen sekolah dalam sistem persekolahan di Indonesia, pada umumnya kepala sekolah menduduki jabatan tertinggi di sekolah. Konsekuensinya, seorang kepala sekolah memegang kendali segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan sekolah baik di dalam maupun di luar sekolah. Oleh karena itu, dalam struktur organisasi sekolah sekalipun, kepala sekolah biasanya selalu duduk di tempat yang paling tinggi. Organisasi sekolah diperlukan, namun tugas pendidik tidak hanya mengajar dan mendidik tetapi juga bertanggung jawab menjalankan seluruh sistem persekolahan (Zapeda, SJ, Bengtson, E. dan Parylo, 2012).

Karena pentingnya kepala sekolah tersebut, diperlukan figur dengan kapasitas dan kompetensi yang memadai untuk mengelola hubungan sekolah dan masyarakat. Konsekuensinya, akan diperoleh dukungan gagasan, sumber belajar, dan pendanaan sekolah. Kepala sekolah harus dapat menjalankan perannya dengan baik dalam hubungan masyarakat, hubungan antara sekolah dan masyarakat. Mereka dapat meningkatkan kualitas pendidikan, mendorong komunikasi politik yang terbuka, meningkatkan citra sekolah atau daerah, membangun dukungan untuk perubahan dan mengelola informasi. Mereka juga dapat mendukung program pemasaran, membangun itikad baik, membangun rasa kepemilikan dan menyediakan data evaluasi (Triwiyantoa, 2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun