Mohon tunggu...
Audry pinkan
Audry pinkan Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis baru

Pengajar yang menikmati membaca dan menonton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Unforgettable (One Shot)

1 Mei 2021   15:15 Diperbarui: 1 Mei 2021   15:14 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Until we meet again
Love
yours Zahra Wika forever

Aku menggenggam erat surat terkahir dari Wika. Aku tidak percaya ini akan menjadi surat terakhir dari Wika. Air mata sudah mengalir deras di pipi ku, aku bisa bertahan selama tiga tahun ini karena surat yang selalu ditulis oleh Wika. Setiap tahun aku mendapat kado dari Wika, sebuah surat dan aku selau menantikannya. Tapi sekarang tidak akan ada lagi surat dari Wika.


"Vino," panggil Rina. Rina adalah mama dari almarhum Wika.


"Ma, bagaimana mungkin aku dapat bertahan? Bagaimana mungkin aku akan mencari yang lain? Aku tidak bisa ma, Aku tidak akan melupakan Wika ma." Seru ku sambil menangis.


"Mama tahu sayang, tapi ini sudah tiga tahun. Kamu harus melanjutkan hidup mu. Demi Wika juga, mama yakin dia juga ingin melihat kamu bahagia." ujar Rina.


"Aku bahagia ma. Aku bahagia dengan selalu menerima surat dari Wika setiap tahun ma, aku cukup dengan itu ma. Aku puas dengan itu semua ma."


"Dengar, saat Wika memberikan keempat surat itu pada mama, dia bilang pada mama kalau kamu akan menjadi seperti ini, Wika sudah memperkirakannya. Dia bilang ini berat, benar, kamu akan cukup dengan surat darinya, benar. Tapi apakah itu hidup Vino? Bukan sayang. Hidup itu maju, bukan berhenti karena masa lalu. Masa depan kamu masih cerah sayang, dengan kamu membuka diri kamu bukan berarti kamu mengkhianati Wika. Kalau kamu terpuruk seperti ini terus baru benar kamu mengkhianati Wika."


Aku menundukkan kepala sambil terisak. Memikirkan kenangan ku dan Wika, betapa bahagianya kami sebelum kanker itu merebut Wika dari sisi ku. Tiga tahun Wika bertarung dengan penyakitnya, dia selalu berjuang tanpa menyerah, tidak pernah mengeluh dan selalu menikmati hidupnya. Dia gadis yang sangat kuat dan pemberani. Sampai akhirnya tiga tahun yang lalu perjuangannya terhenti, Wika meninggal.


"Vin," panggil Rina lagi. "Kamu harus hidup demi Wika juga, nikmati hidup mu dan ceritakan pada Wika."


Aku mengangkat kepala ku dan memandang mama Rina. Aku melihat beliau juga sudah berlinang air mata tapi aku tahu senyumannya, senyuman melepas, beliau ikhlas.


Tiga tahun kemudian..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun