"Jadi dia lolos dong Vin?" tanya Rio sambil menyenggol ku.
Lamunan ku terpotong karena senggolan Rio, aku bergantian melihat ke arah Rio dan gadis bernama Wika ini."Iya kamu lolos, kita gak bilang nangkanya harus berbentuk apa." ujar ku akhirnya.
"Wohoo terima kasih kakak- kakak." Seru Wika. "Kalau begitu saya kembali ke barisan saya ya kak." Ujarnya.
"Tunggu." Ujar ku tanpa sadar. Aku melihatnya berhenti dan berbalik ke arah ku dan Rio lagi, mukanya menunjukkan kebingungan.
"Ada apa lagi Vin? Dia kan lolos." Ujar Rio.
"Mmm.." apa yang harus aku ucapkan, saat melihat dia akan pergi tanpa sadar aku memberhentikannya. Aku masih ingin melihatnya lagi, salahkan pada lesung pipi yang muncul tiba-tiba itu.
"Vin?"
"Oh tidak ada apa-apa. kamu boleh pergi." Ujar ku akhirnya.
Aku melihat Wika tersenyum lagi lalu kembali meneruskan berjalan ke barisannya.
"Ooh, aku rasa ada yang terpesona." Ujar Rio sambil tertawa lebar.
Aku tidak mengubrisnya dan melanjutkan pemeriksaan ku. Tapi pikiran dan pandangan ku tidak dapat lepas dari gadis tadi, Zahra Wika. Nama yang bagus seperti lesung pipinya.