Pandangan Urie Brofenbrenner menunjukkan bahwa terdapat empat level lingkungan strategis yang mempengaruhi kesiapan ASN dalam bekerja, yaitu: individu, keluarga, serta masyarakat pada level lokal dan regional, nasional, dan dunia. Perubahan global telah menghilangkan batas-batas negara, mengubah tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam memahami pola kehidupan dan budaya. Perubahan ini juga mempengaruhi cara pandang keluarga sebagai miniatur dari kehidupan sosial.
Pemahaman tentang perubahan dan perkembangan lingkungan strategis pada tataran makro merupakan faktor utama yang menambah wawasan ASN. Wawasan ini melingkupi pemahaman terhadap globalisasi, demokrasi, desentralisasi, dan daya saing nasional. Dalam konteks globalisasi, ASN perlu memahami berbagai dampak positif dan negatif, serta perkembangan demokrasi yang mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, dan politik bangsa. Desentralisasi dan otonomi daerah perlu dipahami sebagai upaya memperkokoh kesatuan nasional dan keadilan yang merata, sehingga membentuk wawasan strategis untuk menghadapi tantangan dan membangun daya saing nasional.
Selain itu, ASN juga dihadapkan pada pengaruh eksternal dan internal yang menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, penting bagi setiap ASN untuk memahami isu-isu kritis saat ini, seperti bahaya radikalisme, terorisme, narkoba, kejahatan siber, pencucian uang, korupsi, proxy war, hate speech, dan hoax. Fokus utama adalah membenahi diri dengan mengembangkan potensi manusia sebagai modal insani, yang mencakup pengetahuan, ide, kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja. Modal manusia adalah komponen penting dalam organisasi, yang jika dikerahkan secara maksimal akan menghasilkan kinerja luar biasa. Seiring dengan pemahaman modal insani, terdapat enam komponen yang harus diperhatikan, yaitu: modal intelektual, emosional, sosial, ketabahan, etika/moral, dan kesehatan fisik/jasmani.
Konsep negara, bangsa, dan nasionalisme di Indonesia kini menghadapi dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme. Untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, diperlukan solusi yang komprehensif. Kesadaran ASN digugah untuk memberikan sumbangsih dalam menyelamatkan negara dari tantangan-tantangan yang ada.
Pemberantasan korupsi, penanganan masalah narkotika, serta ancaman radikalisme, terorisme, dan separatisme harus ditangani dengan pendekatan strategis yang terintegrasi. Masyarakat harus terlibat dalam pencegahan terorisme, sedangkan upaya pemberantasan pencucian uang memerlukan kerja sama seluruh lapisan masyarakat dan aparatur negara. Selain itu, ancaman dari efek globalisasi dan proxy war yang dapat mempengaruhi politik, ekonomi, sosial, dan budaya harus diantisipasi. Pengamalan Pancasila sebagai dasar negara sangat penting untuk mencegah konflik antar suku, agama, dan daerah. Dengan perkembangan teknologi informasi, penting untuk menggunakan media komunikasi secara bijak guna menghindari cyber crime, hate speech, dan hoax. ASN dan masyarakat perlu memanfaatkan media massa untuk mengadvokasi nilai-nilai persatuan dan membangun kesadaran positif. Dengan pendekatan yang terintegrasi, tantangan yang ada dapat ditangani secara efektif.
Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan adalah keadaan siap siaga yang melibatkan kemampuan fisik, mental, dan sosial seseorang dalam menghadapi berbagai situasi kerja. Hal ini mencakup respons cepat dan efektif terhadap tantangan dan ancaman yang mungkin muncul dalam tugas sehari-hari. Setiap individu perlu memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing serta siap menghadapi segala situasi dengan sigap.
Bela negara melibatkan sikap, tekad, dan perilaku yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan kerelaan berkorban demi NKRI. Bela negara ini didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan tujuan untuk menjaga, merawat, dan memastikan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, kesiapsiagaan bela negara menjadi penting untuk dipahami oleh setiap ASN.
Kesiapsiagaan bela negara adalah kombinasi kesiapsiagaan umum dan tekad bela negara, yang menggabungkan kesiapan fisik, mental, dan sosial dalam menghadapi situasi kerja dengan sikap ikhlas dan kerelaan berkorban demi NKRI. Oleh karena itu, ASN harus mampu mengurangi risiko dalam pelaksanaan kerja dan mengatasi ancaman, tantangan, hambatan, serta gangguan dari dalam dan luar. Pelatihan kesiapsiagaan bela negara meliputi pemahaman masalah bangsa, kewaspadaan terhadap provokasi dan informasi palsu, serta penolakan terhadap narkoba. Selain itu, penting untuk mempersiapkan jasmani dan mental demi bela negara. Kesadaran ini melibatkan kesediaan berbakti dan berkorban untuk negara.
Nilai-nilai dasar bela negara mencakup kesiapan fisik dan non fisik. Secara fisik, hal ini melibatkan menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Secara non fisik, hal ini mencakup etika, etiket, moral, dan kearifan lokal yang mencerminkan jati diri bangsa. Dengan demikian, internalisasi nilai-nilai ini memerlukan kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani serta mental yang mumpuni, bersama dengan etika, etiket, dan moral sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H