Mohon tunggu...
Auda Zaschkya
Auda Zaschkya Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan. Pernah jadi wartawati.

Realita adalah Inspirasiku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Konstruksi Sosial dan Media Massa, Legalkan Patriarki?

24 April 2021   01:40 Diperbarui: 24 April 2021   01:57 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pedih sekali memang jadi perempuan di negeri ini. Suka tak suka, realitanya memang seperti itulah pemberitaan dan omongan terkait perempuan. Seharusnya, perempuan jangan malah memusuhi atau menganggap perempuan lain lemah. Padahal, perempuan juga memiliki peran penting, baik yang sudah menikah atau yang belum.

Sedikit banyak, sinetron-sinetron itu, memasuki alam bawah sadar perempuan di dunia nyata, untuk mengejek perempuan lain. Hello sinetron! Kenapa perempuan terus-terusan digambarkan jadi sosok lemah dan Cuma bisa menangis? Kapan perempuan Indonesia memiliki pemikiran yang luas kalau tontonannya tentang perempuan yang meratapi nasib terus? Sajikan film atau sinetron kelas festival dong, supaya perempuan bisa berpikir dan bertahan untuk dirinya sendiri. Contohnya, seperti Film Marlina.

Selain itu yang digambarkan juga di sinetron/film Indonesia, adalah perempuan dengan standard kecantikan berkulit putih, berhidung mancung, dan tubuh langsing. Mereka dengan standard kecntikan aduhai ini yang laku di film. Sungguh tak adil sekali. Makanya sampai, tak hanya laki-laki yang menyudutkan perempuan, perempuan juga menghina sesamanya dan itu terjadi ke saya.

Suatu hari, seorang kawan, main ke rumah. Kemudian, dia melihat beberapa bekas luka di tangan dan kaki saya. Lalu dia bilang, "Sudah turunlah maharmu ini, Da. Banyak sekali bekas lukamu."

Saat itu, saya tak berkata apa-apa, cuma jadi berpikir sendiri, "Sehina itukah saya? Semurah apa harga saya? Kenapa ukuran mahar ditentukan dengan fisik?"

Saat itu saya insecure sekali dengan keadaan saya.  Walau memang pernah kenal, sebutlah kawan, tapi dia mesti menjaga omongan, kan?

-

Media Massa, Momok bagi Korban Perkosaan

Dominasi laki-laki, juga menjadi momok bagi perempuan sampai hari ini. Berbagai kasus pemerkosaan, juga masih menghiasi media kita, di mana kalau ada perempuan diperkosa oleh gurunya, apalagi bertahun-tahun.

Bagaimana media memberikan judul pada berita seperti di atas?

Media kebanyakan, menggunakan pemilihan kata yang tidak tepat, sehingga pembaca pun jadi memberikan kesimpulan, "Oh ini suka sama suka."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun