Bahkan di suatu daerah, di Kalimantan misalnya, atau di Bandung tempat tinggal penulis, orang yang berangkat ke luar daerah untuk menimba ilmu agama diantar dan diberi bekal oleh masyarakatnya. Jika pulang, para santri disambut dan dinanti-nanti kehadirannya. Masyarakat percaya dan yakin bahwa santri lah yang bisa membawa perubahan baik untuk daerahnya.
Saat ini penulis sedang menjalani KKN di Desa Pager Kecamatan Purwosari, Pasuruan, Jawa Timur. Alhamdulillah, di daerah ini betapa dihargai dan diperhatikannya para santri oleh masyarakat dan aparat pemerintahan.Â
Penulis yang datang dengan status mahasiswa dan santri pun rupanya masyarakat lebih suka dengan program kesantrian dibanding kemahasiswaan. Karena sebagaimana yang sudah penulis sebutkan, masyarakat percaya bahwa para santri lah yang bisa membawa perubahan yang baik di derahnya.Â
Santri tidak membawa misi pembangunan daerah dengan berbagai infrastruktur. Lebih dari itu, santri membawa misi untuk mengeluarkan masyarakat dari ketertinggalan ilmu agama dan pengetahuan.Â
Santri membawa misi persatuan dan tolong menolong. Dengan begitu, masyarakat akan mempunyai rasa peduli dan empati terhadap sesama, sehingga secara mandiri bisa menjadikan daerahnya rukun dan makmur.
Penulis berpikir, jika bukan santri, siapa lagi yang rela berkhidmah untuk menyebarkan ilmu agama dengan ikhlas kepada masyarakat? Jika bukan santri, siapa lagi yang akan membimbing masyarakat untuk mengingat Tuhannya? Jika bukan santri, siapa yang ingin mengajari anak-anak muslim membaca Al-Quran dan akhlak?Â
Jika bukan santri, siapa lagi yang bersemangat untuk memakmurkan masjid dan musholla? Dan jika bukan santri, rakyat mana lagi yang siap berjuang mati-matian untuk mempertahankan negara muslim terbanyak ini jika ada ancaman? Maka dari itu, para santri harus selalu meningkatkan kualitas diri agar terus dapat memberikan manfaat bagi banyak orang. Karena santri, mau tidak mau akan ditunggu kepulangannya oleh masyarakat setempat. Selamat Hari Santri 2022.
Sejak 2015, Presiden Republik Indonesia memutuskan untuk menetapkan Hari Santri Nasional setiap tanggal 22 Oktober. Sejak itu pula para santri di Indonesia beramai-ramai memperingati hari tersebut sebagai pengingat atas besarnya peran para santri di bawah komando ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.Â
Bahkan sampai saat ini, setelah Indonesia terbebas dari belenggu penjajah, para santri tetap eksis dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan nilai-nilai islami yang berbudi luhur.
Hari santri tersebut merujuk kepada seruan Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. Saat itu, diputuskan bahwa melawan para penjajah kafir adalah fardhu ain bagi setiap muslim, sehingga banyak para santri dan ulama yang berjuang melawan penjajah atas dasar memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang notabene rakyatnya adalah umat Islam.Â
Dalam buku Api Sejarah, Ahmad Mansur Suryanegara bahkan berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia mutlak diraih oleh umat Islam (santri dan ulama). Maka tidak heran dalam UUD 1945 berbunyi "atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa ....", karena umat Islamlah yang meyakini Allah adalah Tuhannya, dan merekalah yang memperjuangkan kemerdekaan negaranya.