Puncak acara diisi dengan karnaval dan kesenian. Hasil bumi dan kendi (berisi sumber mata air) diarak mengelilingi desa Bakal. Kirabnya mulai dari gedung futsal menuju lapangan Bakal. Jarak tempuhnya sekitar 700 meter.Â
Perhelatan ini sebelumnya bernama Sethulu Festival, dimana Sethulu merupakan salah satu sumber mata air (tuk) di Bakal. Namun salah satu tokoh masyarakat, H. Imam Afifudin, menyarankan untuk mengubah nama acaranya.Â
"Desa Bakal mempunyai sumber mata air Sethulu, Sidendang, dan Siranti. Tidak hanya Sethulu saja sebagai sumber kehidupan, namun ketiganya juga dimanfaatkan masyarakat. Jadi sebaiknya tuk-tuk itu diangkat namanya dalam festival ini," kata Dafiq sambil menirukan perkataan Bapak Imam ketika sedang diskusi pembentukan panitia (5/07/2024).Â
Sesirat fest merupakan rentetan perjuangan masyarakat Bakal dalam melawan pembangunan geothermal. Tahun 2019, PT. Geo Dipa berencana mengembangkan PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi). Namanya Geo Dipa unit 2 di daerah Karangtengah dan sekitarnya. Lokasinya berdekatan dengan mata air Sethulu yang berjarak 300 meter.Â
Tuk Sethulu mengaliri 3 desa, yaitu: Bakal, Karangtengah, dan Condongcampur. Apabila proyek PLTP Dieng 2 tetap dilakukan, maka akan mencemari lingkungan ketiga desa tersebut. Tentunya akan mengganggu kesejahteraan penduduk desa.Â
Beruntung pembangunan energi panas bumi tidak jadi dilakukan. Pada tahun 2022, para warga menuntut PT. Geo Dipa untuk membatalkan perencanaan itu. Meskipun begitu masyarakat tetap waspada terhadap ekspansi geothermal. Mereka tidak ingin lingkungan tercemar akibat praktik industrialisasi ini. Â
Efek pembangunan PLTP Dieng unit satu sudah dirasakan beberapa desa di kawasan Dieng. Debit air bersih berkurang. Rasanya berubah menjadi asin dan bak mandi muncul kerak-kerak (CELIOS x WALHI, 2024:37).Â
Berkaca dari problema itu, member Pepustakaan Rakjat mengadakan festival mata air sebagai peringatan dan edukasi warga Bakal. Mereka hanya perlu menjaga, mempertahankan, dan melindungi sumber air bersih.Â
Ketika penduduk desa melestarikan lingkungan, kehidupan pun aman, tentram, makmur, nan sejahtera. Alam akan memberikan sesuai apa yang diperbuat manusia. Jika sudah nyaman, kenapa dirusak?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H