Mohon tunggu...
Attika ZenitKhairun
Attika ZenitKhairun Mohon Tunggu... Relawan - Volunteer

Menyukai menonton film dari seluruh dunia dan semua genre kecuali horor. Volunteer is numero uno

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sesirat Fest: Simbol Mempertahankan Mata Air Desa Bakal dari Ancaman Geothermal

10 November 2024   09:57 Diperbarui: 10 November 2024   10:01 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber gambar : Trimeika (Panitia Sesirat Festival)

Sesirat Fest, festival mata air tahunan Desa Bakal, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah berlangsung riang gembira. Kegiatan dilangsungkan dari 26-31 Agustus 2024 dengan tema "Ngurupi-Nguripi". 

Ngurupi-Nguripi diambil dari Bahasa Jawa dimana Ngurupi bermakna menghidupkan sedangkan Nguripi artinya menghidupi. Dengan kata lain, manusia, tanah, dan air saling bersimbiosis mutulisme. 

Penduduk setempat lah yang mata pencahariaan di sektor pertanian memanfaatkan air dan tanah dalam kehidupan sehari- hari. Petani menanam kentang, wortel, atau kubis di ladang. Perawatan tanaman membutuhkan air untuk mengairi (red: menyiram). Tidak hanya itu, air pun dimanfaatkan sebagai kebutuhan rumah tangga. Maka dari itu, para warga wajib untuk menjaga sumber air bersih dan melestarikan lingkungannya. 

Acara diadakan pada dua lokasi, yaitu: Perpustakaan Rakjat dan Lapangan Bakal. Selain warga setempat, aktivis lingkungkan, jurnalis, serta mahasiswa dari luar daerah pun antusias meramaikan festival lokal ini. 

"Beberapa tamu luar daerah adalah desanya yang terkena dampak geothermal. Mereka juga mempelajari serta bertukar pikiran dampak dari energi panas bumi di Dieng," ujar Rizal, panitia Sesirat Fest V, melalui voice note whatsapp (4/09/2024). 

Dafiq, panitia lainnya, menambahkan mereka juga berasal dari WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Jateng, Humatera Surabaya (komunitas botani), Sajogyo Institut Bogor, serta Project Multatuli. Bahkan kaum seniman turut andil seperti Sastra Satro Salatiga dan Teater Banyu Wonsobo. 

Salah satu lokasi acara yang bernama Perpustakaan Rakjat merupakan perpus Desa Bakal yang didirikan mulai tahun 2018. Anak-anak muda lah yang mengelolanya dengan energik dan kreatif. Mereka pun melakukan aksi-aksi baik seperti maulid nabi, diskusi, festival mata air, dan perayaan 17 Agustus. 

Perayaan ini digelar variatif, sakral, dan sederhana. Hari pertama adalah pembukaan Sesirat Fest ke-lima. Para tokoh publik, perangkat desa, dan masyarakat setempat turut menghadiri. Gong digaungkan oleh kyai dan kades sebagai pertanda bahwa festival mata air mulai dilaksanakan. 

Hari berikutnya delegasi warga dan Grup Kecapi Suling Kuningan Jawa Barat menanam pohon dan mengambil sumber mata air. Grup ini memainkan musik kecapi sambil menyenandungkan tembang Pupuh Pangkur. Makna syairnya tentang konsep pepatah hidup, yaitu: patuh pada orang tua, merawat lingkungan, dan bersyukur pada Sang Maha Kuasa

Jumat malam diisi dengan pemutaran film. Meskipun malam hari dan suasananya sangat dingin, masyarakat bersemangat menonton film di tanah lapang dan berumput. Film ini menggambarkan pesona alam Bakal dan sumber mata air. 

Nenek moyang telah mewariskan air untuk keberlangsungan hidup dari generasi ke genarasi. Warga pun menggunakannya secara gratis. Penyelenggara berharap bahwa seluruh penduduk Desa Bakal tidak semena-semena merusak lingkungan. Terlebih lagi hanya untuk kepentingan industrialisasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun