Mohon tunggu...
Attika ZenitKhairun
Attika ZenitKhairun Mohon Tunggu... Relawan - Volunteer

Menyukai menonton film dari seluruh dunia dan semua genre kecuali horor. Volunteer is numero uno

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Menulis Asik di Kognisi.id

16 April 2023   22:53 Diperbarui: 16 April 2023   23:01 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ramadhan tahun ini merupakan bulan yang sangat berkah bagi saya. Bagaimana tidak, saya diberi kesempatan belajar menulis dari Jurnalisme Berkebangsaan Batch 9. Kegiatan ini dimulai dari 16 Maret- 18 April 2023.

Pembelajaran menulis ini  melalui kognisi.id. Sebuah platform keren dari Growth Center yang dinaungi oleh Kompas Gramedia. Sebagai musafir ilmu, saya merasakan kenyamanan belajar di website tersebut.

Metode belajarnya adalah pembelajaran mandiri dengan menyaksikan video, membaca materi, lalu kuis. Ada 34 topik dengan durasi videonya 4 jam 24 menit. Narasumber memaparkan materi dengan sangat jelas dan mudah dipahami.

Saya mengambil dua kursus yaitu "Membuat Storytelling sesuai Kaidah Jurnalistik untuk Konten Kreator" oleh Wisnu Nugroho. Selain itu, ada Heru Margianto, wartawan Kompas.com, menyampaikan materi tentang  "Bagaimana Cara Menulis  Seperti Wartawan."

Membuat Storytelling sesuai Kaidah Jurnalistik untuk Konten Kreator

Mengapa storytelling itu penting? Dikutip dari website kognisi.id, pada dasarnya manusia terbiasa memanfaatkan cerita dalam bekomunikasi. Cerita yang menarik membuat pesan akan mudah tersampaikan ke audiens.

Topik-topik dalam kelas ini meliputi: mengenal storytelling, sikap seorang storyteller, proses menulis sebuah cerita, proses menceritakan cerita, dan storytelling di era digital.

Ada dua definisi storytelling. Pertama, kendaraan yang bisa digunakan untuk menyampaikan informasi. Kedua, cara menyampaikan pesan dengan kebenaran atau kelembutan tanpa penolakan audiens.

Mengetahui karakteristik audiens sangat penting ketika membuat sebuah cerita. Tanpa mengenal audiens, pesan dari storyteller sebaik apapun akan sia-sia. Contohnya: seorang pencerita diundang di Sekolah Dasar (SD) untuk mengisi sebuah acara. Si pencerita menceritakan kondisi politik saat ini. Karena audiens anak-anak SD,  pesan yang disampaikan pun tidak sampai ke mereka. Bahkan cenderung membosankan.  

Lima aspek karakteristik audiens meliputi: 1) Geografi (lokasi tinggal). 2) Demografi (latar belakang). 3) Psikografi: (gaya hidup dan behaviour). 4) Psikologi (pola pikir/ kondisi psikologi). Sisi psikologi menjadikan cerita akan mengena di hati audiens. 5) Kontekstual (kondisi saat cerita itu disampaikan).  

Saat proses mempersiapkan materi, penulis/ pencerita sebaiknya mengetahui struktur menulis cerita. Pertama, tentukan pesan utama. Kedua, sisipkan setting untuk visualisasi cerita. Menurut Hayati setting adalah gambaran tempat, waktu, atau segala situasi dimana peristiwa terjadi. Penulisannya menggunakan teknik menulis deskriptif.

Ketiga, tunjukkan sisi emosional dalam sebuah cerita. Tanpa emosi cerita akan terasa hampa namun tidak semua sisi cerita diselipkan emosi. Emosi bisa dibangun dengan urutan cerita, gesture, intonasi, dan mimik wajah. Emosi pun menjadi penting ketika ada rangkaian kisah yang tanpa emosi.

Keempat, timbulkan konflik dalam pesan dan penyeseleainnya. Konflik menjadi kunci utama dalam storytelling. Tidak hanya itu, apabila disisipkan ketegangan maka audiens akan merasa terlibat dalam cerita tersebut.

Bagaimana Cara Menulis  Seperti Wartawan

Kursus ini mencangkup: 1) Definisi jurnalisme; 2) Apa itu berita?; 3)Teknik menulis; 4) Hard News dan Feature;  dan 5) Tips menulis.

Jurnalisme merupakan pekerjaan menyimpulkan dan menulis berita di media massa (KBBI). Informasi yang ditulis untuk memenuhi dasar kepentingan publik. Jurnalisme ada untuk mengedukasi dan mencerahkan masyarakat umum.

Untuk memastikan informasi memenuhi dasar kepentingan publik, jurnalis harus memenuhi kriteria verifikasi, independen, dan akuntabel. Artinya, setiap informasi harus selalu dipastikan keakuratannya. Selain itu, dia tidak boleh dipengaruhi oleh berbagai macam kepentingan lain seperti kepentingan politik dan ekonomi. Tidak hanya itu, informasi pun harus akuntabel dimana tulisan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, moral, dan etika.

Bahkan dalam membuat judul pun tidak boleh menggunakan clickbait. Judul clickbait yaitu judul yang melebih-lebihkan fakta atau antara judul dan isi informasi tidak sesuai.

  • Informasi dan Berita

Apakah informasi dan berita itu sama? Heru Margianto menjelaskan bahwa tidak semua informasi itu berita. Informasi yang layak jadi berita adalah informasi yang memiliki nilai berita.

Nilai berita adalah kiriteria untuk menentukan apakah sebuah informasi layak diberitakan ke media atau atau tidak diberitakan. Kriterinya meliputi: faktual (fakta yang benar-benar terjadi), aktual (informasi baru saja terjadi), promience (menggunakan kepopuleran orang), magnitude (seberapa luas berita itu diperbincangkan masyarakat), dan proximity (memiliki kedekatan fisik dan emosional).

Ragam tulisan jurnalistik yaitu hard news, feature, dan opini. Hard news digunakan untuk mengabarkan berita suatu informasi dengan cepat. Gaya bahasanya menggunakan unsur KISS (Keep It Short and Simple). Penulisannya secara ringkas, padat, sederhana, dan mudah dipahami.

Feature adalah gaya tulisan jurnalistik yang melihat sisi lain dari sebuah peristiwa yang berhubungan dengan cerita tentang manusia yang menyentuh emosi audiens. Tujuannya bukan mengabarkan tetapi melihat sisi lain dari peristiwa yang berhubungan dengan human interest. Jenis-jenisnya: feature profil, perjalanan, kuliner, sejarah, dan penjelasan. Sementara opini merupkan salah satu ragam tulisan jurnalistik yang digunakan untuk menulis pandangan pribadi atau subjektif penulis terhadap peristiwa.

Supaya bisa membedakan menulis ragam tulisan hard news dengan opini, penulis jangan menulis semua kata sifat. Kata sifat itu persepsi dari penulis. Contoh:

  • " Saat ditemukan, anak itu begitu menyedihkan."
  • " Saat ditemukan, anak itu mengalami memar di badannya dan belum makan selama satu hari."

Dari kedua contoh tersebut dapat disimpulkan contoh 1 merupakan jenis opini, karena kata "menyedihkan" itu kata sifat. Sementara kata "memar di badan dan belum minum selama satu hari merupakan fakta.

  • Tips menulis

Tulisan akan enak dibaca dan dipahami audiens saat penulis mengikuti sistematika tulisan. Ada beberapa tips menulis ketika sebelum, saat, dan setelah menulis.

Pertama, sebelum menulis carilah ide  dan mendalami ide terlebih dahulu. Kemudian buatlah sistematika tulisan berupa pembukaan, isi, dan penutup. Kedua, aktivitas yang dilakukan saat menulis adalah teruslah menulis dan abaikan typo dan tata bahasa.

Ketiga, setelah menulis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya: merapikan tulisan, melakukan finishing, baca kembali, serta perbaiki tata bahasa dan typo.

Persamaan dari kedua kursus tersebut adalah saat menulis menggunakan metode 5W+1H, yaitu what, where, when, who, why, dan how. Tidak hanya itu,  proses mencari informasi dengan riset, observasi, dan wawancara. Ketiga metode tersebut memperkuat tulisan sehingga penulis lebih percaya diri.

Tidak hanya itu, sebuah konten bisa disalurkan melaului medium online yaitu: facebook, youtube, tiktok, instagram, twitter, dan blog. Media-media online tersebut tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda. Jadi, saat membuat konten sesuaikan dengan platform-platform itu.

Dari kedua pemateri tersebut mengatakan bahwa teori-teori menulis tidak akan berguna jika tidak disertai latihan. Menulis adalah keterampilan. Bagaikan belajar sepeda. Apabila setiap hari tidak latihan maka akan sulit menaiki sepeda.

Heru Margianto menyarankan bahwa kunci menjadi penulis adalah membaca. Dengan membaca membantu penulis menemukan istilah kata-kata dalam menulis.

Dari kursus ini, saya mendapatkan manfaat dari menulis. Diantaranya: 1. Menulis dapat mengekspresikan diri melalui pengalaman inderawi. 2. Sebagai ajang personal branding; tulisan menjadi ajang promosi siapa diri kita kepada orang lain. 3. Membangun kepercayaan diri.

Selain itu, menulis bisa menjadi agen perubahan. Artinya tulisan dapat menggerakan publik dan membentuk opini. Bahkan bisa melatih ketenangan dan refleksi diri. Dengan kata lain menulis membantu untuk menuangkan ide dan jadi sarana berpikir.

Setelah mengikuti dua kursus itu, saya merasakan kembali kesemangatan dalam menulis. Saya pun mengikuti tips-tips menulis dari kedua pemateri tersebut. Bahkan saya sudah bisa membedakan ragam tulisan hard news, feature, dan opini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun