Mohon tunggu...
Attar Musharih
Attar Musharih Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Attar Musharih

Seorang pengamat bola.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Generasi Emas Argentina dan Karier Sempurna Lionel Messi

22 Desember 2022   09:56 Diperbarui: 22 Desember 2022   10:12 1225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber Foto: LeMonde

Argentina akhirnya berhasil menjawarai Piala Dunia setelah menanti selama 36 tahun lamanya, terakhir kali publik Albiceleste bisa berpesta saat mereka dipimpin oleh pemain terbaik dunia pada masanya yakni Diego Maradona. Kini mereka mempunyai sosok pahlawan baru yakni Lionel Messi, perjuangan kerasnya akhirnya terbayar secara tuntas setelah sekian lama harus menelan pahitnya dunia Sepakbola. Argentina berhasil mengalahkan Prancis pada partai puncak melalui babak adu penalti.

Mentalitas Argentina benar-benar luarbiasa, mereka seolah siap berperang selama jalannya pertandingan. Tidak ada kata kawan saat membela negara tercinta, passion yang telah ditunjukkan oleh seluruh pemain Argentina benar-benar mengharuhkan. Apakah ini semua berhubungan dengan Lionel Messi yang sepertinya beberapa tahun kedepan akan meninggalkan Sepakbola dan memutuskan untuk menutup lembaran karir indah dan memori yang telah diukirnya?.

Tentunya kehadiran La-Pulga pada timnas Argentina sangatlah berpengaruh pada psikologis para pemain, mereka semua tumbuh menjadi pemain Sepakbola karena terinspirasi oleh Lionel Messi. Kehadirannya benar-benar sangat menginspirasi mereka dalam menjalani hidup, bagaikan seorang pahlawan. Setiap wawancara yang dilakukan oleh punggawa Argentina benar-benar menunjukkan betapa besarnya rasa hormat dan cinta mereka terhadap Messi.

Kemauan untuk berjuang untuk negara benar-benar tertanam dalam jiwa mereka, terus terang saja sebelum dimulainya Piala Dunia, timnas Argentina kerap kali diremehkan meskipun mereka berhasil mencatatkan rekor 35 kali tidak terkalahkan dalam pertandingan secara beruntun. Banyak yang menganggap bahwa rekor tersebut tidaklah spesial, karena Sepakbola di amerika latin tidak sebaik Eropa dan laga-laga yang dijalankan Albiceleste tergolong mudah. 

Kritikan dan tekanan yang dirasakan tim ini tentunya sangat terasa, ini adalah turnamen sekali dalam 4 tahun dan kesempatan untuk melaluinya tidaklah banyak. Lionel Messi telah menginjak usia yang ke 35 dan tak terasa sebentar lagi dirinya akan meninggalkan Sepakbola, media pun tak henti-henti memberitakan bahwa inilah panggung terakhir La-Pulga untuk bisa membela negaranya di level tertentu. Banyak yang pesimis terhadap tim ini, terutama faktor kualitas.

Diragukan meskipun telah memenangkan Copa America:

Tidak benar rasanya untuk meremehkan tim ini ketika mereka telah berhasil membuktikan kualitas mereka dalam turnamen Copa America. Memang turnamen tersebut tidak sekompetitif Piala Dunia tetapi tetap saja pertandingannya tidak mudah, apalagi pada saat babak final mereka harus menghadapi Brazil yang dipimpin Neymar, pemain yang haus untuk membuktikan bahwa dirinya adalah salah satu pemain terbaik di dunia saat ini.

Argentina yang dinilai bermain terlalu kasar:

Dalam Sepakbola tidak cukup rasanya untuk menjadi orang baik, kita harus melakukan segalanya untuk memenangkan pertandingan meskipun terkadang melanggar moral. Argentina bermain sangat kasar saat menghadapi Brazil tak terhitung jari beberapa kali mereka menjegal Neymar tetapi inilah Sepakbola, sudah pasti ada namanya kontak fisik. Sisi positifnya Argentina menunjukkan keinginan dan semangat juang mereka untuk memenangkan pertandingan. 

Dinilai belum cukup superior dibandingkan tim lain

Mereka memiliki determinasi duel yang tinggi serta tekanan yang rapih. Meskipun telah memenangkan Copa America masih banyak yang meragukan tim ini bahkan rakyat mereka sendiri, secara permainan mereka belum superior. Babak kualifikasi Argentina memang belum terkalahkan tetapi mereka harus rela duduk di posisi kedua berada dibawah sang rival yakni Brazil, meskipun hasil pertemuan mereka selalu berakhir imbang.

Dari banyaknya tekanan yang diterima Argentina, sang pelatih yaitu Lionel Scaloni berhasil mematahkan semuanya dalam perhelatan Piala Dunia kali ini. Dirinya pun kerap kali dipandang sebelah mata terutama faktor pengalaman dan usianya yang selalu dijadikan perdebatan banyak publik. Argentina diragukan secara kualitas dan dinilai hanya bergantung pada Lionel Messi yang umurnya tidak muda lagi serta kondisinya tidak seprima 2010,2014 dan 2018. 

Lionel Messi berada dalam fase adaptasi bersama PSG, tidak mudah rasanya bagi seorang superstar yang telah lama dicintai oleh publik Barcelona kini harus berlabuh ke Paris, ibukota dari Prancis yang memiliki pola hidup yang jauh berbeda drastis dengan daerah Catalan Spanyol. Meskipun dianggap alien karena permainan indahnya yang memukau semua orang tetapi perlu diingat bahwa sejatinya Lionel Messi adalah seorang manusia yang memerlukan waktu adaptasi dalam hidupnya.

Sejatinya musim pertama Messi tidaklah seburuk dengan apa yang dikatakan oleh media, namun standar yang telah diciptakan oleh dirinya sendiri benar-benar kembali menghantuinya. Ekspektasi semua orang tentunya ingin melihat Messi menjadi tokoh utama dalam klubnya sendiri, tetapi kenyataannya Kylian Mbappe yang menyandang gelar tersebut. Image PSG dalam dunia Sepakbola akan selalu identik dengan mesin uang yang dimana segala kesuksesan harus diraih dengan cepat tanpa memperdulikan proses. 

Musim 2021-2022 tentunya bukanlah musim yang begitu baik untuk standar seorang Lionel Messi bahkan dirinya sudah tidak dianggap 30 pemain terbaik pada periode tersebut. Tekanan demi tekanan senantiasa mewarnai timnas Argentina, meskipun berhasil menjawarai Copa America tetapi Piala Dunia adalah kemenangan yang telah dinanti-nantikan seluruh publik. Negara yang identik dengan nilai historis Sepakbola, yang selalu menghadirkan banyak lagenda dari Mario Kempes, Diego Maradona,Gabriel Batistuta,Riquelme, dan kini Lionel Messi. Banyak ikon yang hadir dalam publik Argentina maka dari itu setiap perhelatan Piala Dunia ekspektasi selalu tinggi. 

(Sumber Foto: Independet.ie)
(Sumber Foto: Independet.ie)
Argentina tidak bergantung lagi pada Messi

Saat anda memiliki Lionel Messi dalam tim tentunya pada akhirnya publik akan menjagokan anda. Istilah "Greatest Of All Time" yang disingkat menjadi GOAT adalah sebuah julukan yang kerap disandingkan dan identik dengan nama Lionel Messi, setelah berhasil menjawarai Copa America dirinya mulai kembali dicintai oleh seluruh publik Argentina. Perjalanan dirinya tidak mudah dalam negrinya sendiri, kegagalan secara berturut-turut telah dirasakannya selama membela timnas. 

Keberhasilan Copa America tentunya telah meringankan pundaknya dalam memakai jersey tersebut, ban kapten yang digunakannya sudah lebih ringan dibandingkan sebelumnya. Banyak yang meragukan jiwa kepemimpinan Lionel Messi dan bahkan melupakan seluruh kerja kerasnya dalam mengantarkan Argentina menuju final Piala Dunia 2014, kontribusinya sebagai seorang pemain selalu dilupakan saat Argentina menelan kekalahan di final.

Lionel Scaloni berhasil meringankan kinerja Lionel Messi pada setiap laga yang dijalani Argentina, setiap pemain saat ini memiliki tugas masing-masing berbeda seperti sebelumnya. Bahkan diakui oleh lagenda timnas Jerman yakni Phillip Lahm tentunya dirinya jauh lebih memahami sisi taktis Sepakbola dibandingkan kita semua, dia adalah salah satu dari keseblasan yang berhasil membuat Argentina menangis pada tahun 2014. 

"Quarter final telah dimulai, Argentina adalah favorit saya di Piala Dunia kali ini. Pada tahun 2014, rekan setimnya hanya menunggu Messi untuk melakukan sesuatu saat berhadapan dengan kami. Di 2022 mereka bermain untuknya" kutip Phillip Lahm di akun twitternya.  Fakta yang dikatakan Phillip Lahm sudah sejak lama terbukti, adanya Lionel Scaloni benar-benar menghadirkan warna baru pada pola permainan Argentina.  Messi memang pemain terbaik Argentina tetapi dirinya tak akan mampu melakukan semuanya, dia bisa menciptakan peluang untukmu tetapi jika disiasiakan maka kemenangan pun adalah hal yang mustahil untuk diraih.


Awal pahit yang berbuah manis bagi Argentina

Banyaknya tekanan dan tingginya ekspektasi bagi timnas Argentina pun tidak menghalangi Lionel Messi dan kawan-kawan dalam perhelatan Piala Dunia kali ini. Masuk dalam grup C bersama Polandia,Meksiko dan Arab Saudi tentunya Argentina diharapkan untuk menyapu bersih setiap laga dalam babak penyisihan untuk menunjukkan dominasi mereka sebagai jawara Copa America dan mempertahankan rekor 36 laga tak terkalahkan. 

22 November 2022 menjadi hari yang tak akan bisa dilupakan bagi anak asuh Lionel Scaloni. Tim yang hadir dengan banyaknya ekspektasi ini pun berhasil dikandaskan secara mengejutkan oleh Arab Saudi, tim favorit tersebut berhasil diguncang dan dipaksa bertahan pada posisi juru kunci grup tersebut. Dunia pun tak ada habisnya mentertawakan kekalahan Argentina ini dengan euforia yang luarbiasa. Albiceleste menjadi bahan guyonan dunia pada saat itu bahkan keraguan terhadap kekuatan mereka menjadi bertambah drastis akibat kekalahan tersebut. 

Banyak yang meyakini bahwa Argentina akan menjadi tim besar pertama yang dipulangkan apalagi setelah melihat performa Guillermo Ochoa bersama Meksiko sulit rasanya untuk melihat Argentina bisa memenangkan pertandingan kedua mereka. Lionel Messi dikritik habis-habisan oleh seluruh media, bahkan ada seorang pundit yang menganggap bahwa dirinya sudah tidak ditakuti oleh pemain bertahan dan untuk merebut bola darinya sudah menjadi hal yang biasa.

Argentina ditaklukkan dengan skor 2-1 oleh Arab Saudi meskipun pada babak pertama mereka berhasil unggul terlebih dahulu bahkan memegang kendali jalannya pertandingan. Albiceleste berhasil ditaklukkan oleh high-line defence dari Arab Saudi, tercatat ada 4 gol yang dianulir bagi mereka akibat terjebak posisi offside. Awal yang memilukan bagi mereka yang memiliki beban berat pada pundak mereka masing-masing apalagi Piala Dunia kali ini digadang-gadang sebagai ajang terakhir Lionel Messi.

Jiwa kepemimpinan La-Pulga hadir setelah kekalahan menyakitkan ini. Lionel Messi berbicara pada media bahwa timnya tidak akan mengecewakan para pendukungnya yang berbondong-bondong meramaikan Qatar. Argentina adalah tim yang memiliki mentalitas juara dan siap mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya, bahkan partner Messi didepan yakni Lautaro Martinez mengatakan bahwa setiap pertandingan yang akan dijalankan tim Tanggo adalah laga final. Argentina  tidak main-main dalam perkataan mereka. 

Scaloni berhasil membayar kesalahannya pada pertandingan kedua, sepertinya kehilangan Lo Celso berdampak cukup besar bagi Argentina tetapi banyak cara untuk melapisi kekosongan lini tengah yang ditinggalkan punggawa Villareal tersebut. Scaloni melihat profil semua pemainnya dengan teliti dan memutuskan untuk mempercayakan Alexis Mac Allister dan Enzo Fernandez untuk mengisi lini tengah Argentina. Memainkan Paredes, Alejandro Gomez dan DePaul secara bersamaan bukanlah hal yang tepat, karena tipe 3 pemain ini bertabrakan, sehingga akhirnya berdampak kekalahan karena kurangnya kreatifitas dalam menyerang.

Masuknya Mac Allister dan Enzo Fernandez juga tidak secepat yang dibayangkan, kedua pemain ini baru rutin mengisi starting lineup pada laga menghadapi Polandia. Pada saat menghadapi Meksiko dengan banyaknya tekanan yang menghantui mereka, Lionel Messi berhasil tampil sebagai pahlawan utama mereka, gol pertama yang diciptakannya benar-benar menunjukkan kualitas dan klevelnya tersendiri dibandingkan pemain lain. Setelah 63 menit kesulitan menerobos pertahanan Meksiko, Argentina akhirnya ditolong oleh momen magis dan brilian seorang Messi kemudian keunggulan Albiceleste digandakan oleh Enzo Fernandez yang masuk sebagai pengganti pada menit ke 87. 

Sejak kekalahan melawan Arab Saudi dan kemenangan menghadapi Meksiko, pola permainan Argentina semakin kuat. Visi bermain mereka sangat jelas setelah Mac Allister dan Enzo Fernandez menjadi starter, bisa ditarik kesimpulan bahwa Scaloni ini adalah contoh pelatih yang baik. Dia mau belajar dari kesalahannya, mengalahkan ego demi kemajuan sebuah tim. Faktanya tidak semua pelatih bisa seperti dirinya, berkat taktik dan kecerdasannya lah Argentina bisa sampai sejauh ini. 

Saat pola permainan sudah jelas maka Argentina sudah tak terkalahkan lagi sehingga akhirnya bisa menjadi jawara. Kekalahan menghadapi Arab saudi menjadi pil pahit yang berarti bagi keseblasan tim Tanggo. Perjuangan mereka menjadi jawara dunia pun tidak mudah. 

(Sumber Foto: Goal.com)
(Sumber Foto: Goal.com)

Argentina yang sulit mempertahankan keunggulan...

Perjalanan Argentina menjadi jawara tidak seindah yang diharapkan penggemarnya, selain menelan kekalahan pada pertandingan pertama tetapi langkah Albiceleste sebagai pemenang Piala Dunia 2022 banyak diwarnai drama yang menegangkan. Selama menyaksikan tim tanggo bermain pikiran dan perasaan saya benar-benar diguncang, beberapamenit lagi menuju kemenangan tetapi selalu hadir gol yang mematahkan hati kita semuanya. 

Laga menghadapi Belanda sangat mengganggu kita semua terutama bagi publik Argentina, sisa beberapa detik lagi untuk memastikan langkah menuju babak semi final tetapi semuanya hancur akibat skema tendangan bebas yang diselesaikan oleh Weghorst. Keunggulan yang disamakan selalu menyakitkan bagi semua tim, euforia yang telah hadir dalam diri mereka dipatahkan dengan cepat. Disinilah Argentina menunjukkan mentalitas juara mereka dalam menghadapi laga penuh drama dan intentitas tinggi selama 90 menit.

Setelah dipaksa untuk bermain hingga babak extra time, permainan Argentina tidak berubah. Mereka tetap berusaha untuk mendominasi jalannya permainan bahkan berhasil menciptakan beberapa peluang, secara postur dan duel udara mereka tentunya kalah dengan Belanda tetapi soal kecepatan dan determinasi memenangkan bola mereka lebih unggul selama 120 menit. Lionel Messi kembali menampilkan performa apik pada laga kali ini, dribble dan assist yang diberikanya untuk Molina pada gol pertama Argentina menjadi pembeda pada pertandingan kali ini.

Argentina akhirnya berhasil menjadi pemenang setelah melalui babak adu penalti, kiper mereka yakni Emiliano Martinez benar-benar tampil heroik pada Piala Dunia kali ini. Tahun 2021 dan 2022 menjadi panggung breakout star bagi dirinya meskipun usianya sudah tidak muda lagi, dirinya sudah terlalu lama menghabiskan waktu untuk duduk di bangku cadangan sebagai kiper pengganti saat berseragam Arsenal. Emiliano Martinez kini merupakan kiper andalan Aston Villa dan menjadi tokoh heroik dalam keberhasilan tim Tanggo menjadi juara dunia.

Argentina yang layak menjadi juara

Petandingan final menjadi pembuktian bagi keseblasan Argentina bahwa mereka layak menjadi Juara. Mereka bisa membungkam semua kritikan yang telah menghujani mereka selama ini, setiap pemain ikut berkontribusi dalam menghadirkan permainan yang impressif dan memukau kita semua yang menyaksikannya. Pressing dan determinasi tinggi timnas Argentina benar-benar membuat Prancis kewalahan bahkan pada babak pertama tim Tanggo tidak membiarkan satu shoot on target ke gawang mereka. Laga ini benar-benar telah dimenangkan oleh Albiceleste secara permainan.

2 Gol akhirnya berhasil didapatkan oleh Argentina pada babak pertama, menit ke 23 Angel Dimaria yang kerap mengancap lini pertahanan Prancis dilanggar oleh Ousmane Dembele yang ikut membantu pertahanan. Lionel Messi berhasil mengeksekusi penalti dengan tenang, kemudian pada menit ke 36 kandidat goal terbaik hadir pada pertandingan final ini. Counter Attack yang luarbiasa berhasil dihasilkan oleh Argentina, lagi-lagi Lionel Messi ikut berpartisipasi dalam terciptanya gol tim Tanggo, sentuhan manisnya diraih oleh Alvarez yang memberikan umpan terobosan luarbiasa kepada Mac Allister. Gelandang Brighton tersebut pun mengalirkan bola dengan indah ke kaki Di Maria yang tak terjaga yang kemudian menggandakan skor menjadi 2-0 untuk tim Tanggo. 

Namun tragedi kegagalan Argentina dalam mempertahankan keunggulan kembali terjadi pada babak final ini. Argentina benar-benar tampil luar biasa dan mendominasi jalannya pertandingan saat menghadapi Kroasia dan Prancis di babak Semifinal dan Final. Namun perbedaan dari kedua laga tersebut adalah, saat menghadapi Kroasia tim Tanggo mampu mempertahankan keunggulan mereka namun saat menghadapi Prancis mereka gagal.

Hanya tersisa 10 menit lagi bagi mereka untuk menjadi juara dunia yang ketiga kalinya skaligus menutup lembaran karir Lionel Messi dan Angel Di Maria bersama timnas dengan indah. Memori yang terukir cantik sebentar lagi akan mereka bisa raih, semuanya lagi-lagi berhasil sirna dalam waktu beberapa menit. Penalti dan tendangan Volley Mbappe berhasil menghancurkan semangat suporter Argentina yang meramaikan stadion Lusail malam itu. Euforia juara para suporter yang telah berjalan selama 80 menit pun harus berhenti akibat momen luarbiasa dari seorang superstar kebanggaan publik Prancis yaitu Kylian Mbappe. 

Semangat juang Argentina pun sempat goyah dalam beberapa menit terakhir pertandingan hingga babak extra time. Argentina pun tetap berusaha menguasai jalannya pertandingan dengan bermain satu sentuhan, operan-operan Albiceleste akurat tetapi tak cukup untuk menggedor pertahanan Prancis pada babak pertama perpanjangan waktu. Ditariknya Angel Dimaria pada menit ke 64 benar-benar mempengaruhi daya serang Argentina, tumpulnya sisi kiri benar-benar terasa bagi mereka.

Menit ke 108, the Greatest Of All Time yakni Lionel Messi akhirnya berhasil mencetak gol yang membuat seluruh stadion Lusail bergemuruh. Seluruh suporter Argentina menggila akibat gol ini, kesenangan mereka telah membludak. Seorang pemain yang telah dicintai oleh seluruh rakyat Argentina dapat mencetak gol yang akan menjadi "The Winning Goal" pada babak final kali ini, sebuah bola muntah dari tendangan Lautaro Martinez ditepis oleh Lloris kemudian diselesaikan dengan sontekan Lionel Messi berhasil merubah skor menjadi 3-2 untuk keunggulan Argentina. 

Seluruh pendukung Argentina kembali berpesta, mereka memang berjumlah jauh lebih banyak dibandingkan pendukung Prancis,10 berbanding 1. Namun lagi-lagi kesenangan Argentina harus berhenti dalam sekejap ketika bola yang ditendang oleh Kylian Mbappe mengenai tangan Gonzalo Montiel. Hanya sisa 4 menit lagi untuk menjuarai dunia tetapi malapetaka kembali menghantui tim Tanggo, skor pun menjadi 3-3 setelah Mbappe berhasil mengeksekusi penaltinya dengan baik. Bahkan menit ke 120++ Prancis mendapatkan peluang emas untuk Randal Kolo Muani namun lagi-lagi Emiliano Martinez tampil heroik berhasil menepis tendangan keras tersebut menggunakan kakinya. 

Emiliano Martinez pahlawan Argentina

Penampilan heroik Emiliano Martinez kembali hadir pada babak adu penalti, Argentina berhasil keluar sebagai pemenang dan juara dunia setelah 2 tendangan penalti Prancis gagal diekseskusi dengan baik oleh Kingsley Coman dan Aurelien Tchoumeni. Martinez berhasil menepis tendangan Coman kemudian menggunakan ilmu perang psikologinya yang berhasil memanipulasi pikiran Tchoumeni sehingga dia menendang penaltinya melebar jauh dari gawang.  

Seluruh eksekutor penalti Argentina berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik. Juaranya Argentina pun ditutup dengan tendangan penalti dari Gonzalo Montiel yang menjadi penyebab Prancis mendapatkan penalti pada gol ke 3 mereka, bek kanan tersebut memang terkenal memiliki kemampuan eksekusi penalti yang baik. Dia pun berhasil menjadi penutup manis bagi Argentina, setelah mencetak gol dirinya tak kuasa menahan airmata. Albiceleste akhirnya kembali menjadi juara Piala Dunia setelah penantian 36 tahun lamanya. 

Seluruh pemain Argentina merayakan keberhasilan juara mereka dengan indah dan diwarnai rasa haru. Penantian Lionel Messi akhirnya terbayarkan, begitu banyak kisah menyakitkan yang telah dirasakan olehnya. Para pemain Argentina pun tak henti-hentinya memeluk Messi dan memberikannya semangat, benar-benar suasana yang mengharuhkan dan inspiratif seperti menonton sebuah film panjang yang happy ending. Seperti mimpi yang tak nyata, akhirnya kita semua dapat menyaksikan Lionel Andres Messi mengangkat piala yang telah lama ia cita-citakan dan tentunya seluruh publik Argentina. 

Selamat untuk Argentina yang kembali menjadi juara dan negara nomor 1 didunia dalam bidang Sepabola. Sangat layak tentunya, jika kita melihat permainan mereka dari awal hingga akhir. Progress mereka sebagai kesatuan benar-benar patut diapresiasi, berbagai tekanan dan kritikan yang telah menghujani mereka berhasil dibungkam dengan baik berkat semangat juang dan keinginan untuk menang yang tinggi, salut kepada Argentina.

Setiap pemain Argentina ikut andil dalam meraih juara dunia kali ini, sungguh perjalanan yang inspiratif. Bahkan Lautaro Martinez yang kerap kali dikritik karena kekurangannya dalam perhelatan kali ini berhasil membungkam kritiknya setelah berhasil menjadi penentu eksekutor penalti Argentina saat menghadapi Belanda. Molina,Acuna,Montiel dan Tagliafico berhasil menunjukkan kualitas mereka sebagai bek sayap meskipun lini mereka sering dinilai sebagai kekurangan utama Albiceleste. 

Kemudian ada Julian Alvarez, Enzo Fernandez dan Alexis Mac Allister yang hadir sebagai bintang baru bagi generasi emas Argentina saat ini. Mereka menghadirkan banyak perubahan saat dipilih menjadi starting lineup oleh Lionel Scaloni. Romero,Otamendi,Lisandro,Guido dan Pezzela juga tampil solid setiap kali diberikan kepercayaan.

DePaul sebagai jendral lapangan tengah selalu tampil maksimal dalam memimpin serangan Argentina, kemudian ada pemain berpengalaman seperti Papu Gomez dan Paredes. Angel Dimaria yang selalu tampil brilian pada laga besar patut diapresiasi lebih oleh kita semua. Dan tentunya yang terakhir ada Lionel Messi yang berhasil menjadi pemain terbaik dalam turnamen kali ini, dirinya memang layak sepertinya saya tidak perlu untuk menggambarkan seberapa hebatnya orang ini.

Salam Olahraga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun