Mohon tunggu...
Attar Maulana
Attar Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa Hubungan Internasional

Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Krisis Rudal Kuba dan Resiko dari Peperangan Nuklir

18 April 2022   19:44 Diperbarui: 18 April 2022   19:46 2011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penyelesaian konflik tersebut

Menyadari akan efek yang dapat ditimbulkan jika perang tersebut terjadi, John F. Kennedy selaku Presiden Amerika Serikat lalu membentuk sebuah badan khusus berupa Komite Nasional yang berisikan empat belas anggota termasuk sembilan diantaranya adalah Dewan Keamanan Nasional. 

Komite tersebut kemudian dinamai dengan The Executive Committee of the National Security Council  atau yang dikenal dengan sebutan EXCOMM dan diresmikan pada tanggal 22 Oktober 1962. Sebagai sebuah kesatuan keamanan nasional secara utuh, EXCOMM bertugas sebagai penasihat Presiden Kennedy dalam mengambil keputusannya terkait permasalahan yang sedang terjadi di Kuba.

Hasil dari pertemuan anggota EXCOMM menghasilkan sebuah saran kepada Presiden Kennedy untuk melakukan karantina lautan (blokade) kepada Kuba. 

Kebijakan strategi karantina laut ini dilakukan Amerika Serikat dengan cara mengepung perairan Kuba agar tidak ada pelayaran yang melewati daerah tersebut. Salah satunya maksudnya adalah untuk menghindari datangnya amunisi hulu ledak nuklir Uni Soviet ke Kuba. Hal ini sekaligus menghalangi kegiatan impor/ekspor Kuba yang mengakibatkan perekonomian Kuba berjalan ditempat dalam waktu yang singkat.

Tak lama setelah itu, pada tanggal 22 Oktober 1962 Presiden Kennedy secara terbuka di depan publik memberikan tuntutan kepada Kuba untuk membongkar semua senjata berbahaya tersebut untuk kemudian dipulangkan ke Uni Soviet. 

Satu minggu kemudian, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1962 akhirnya terjadi kesepakatan antara Presiden Kennedy dan Nikita Kruschev untuk menghentikan konfrontasi rudal berhulu ledak nuklir tersebut dengan syarat Amerika Serikat tidak akan melakukan intervensi kepada Kuba serta menarik amunisi rudal nuklir di Turki dan Italia. 

Senjata-senjata Uni Soviet yang telah diparkir di Kuba pun akhirnya dibongkar satu persatu dan kemudian dikirim kembali ke tempat asalnya. peristiwa konfrontasi rudal tersebut akhirnya selesai dalam waktu 13 hari. walaupun kebijakan karantina laut Amerika Serikat kepada Kuba masih terus berlanjut sampai diselesaikannya permasalahan tersebut pada tanggal 20 November 1962.

Apa jadinya jika perang nuklir benar-benar terjadi?

Konfrontasi rudal antara Amerika Serikat dan Uni Soviet ini hampir saja menghasilkan perang nuklir skala besar. Beruntung Presiden Kennedy dan Nikita Kruschev tidak gegabah untuk mengeluarkan kebijakan. Tidak bisa dibayangkan berapa berbahayanya efek yang akan ditimbulkan jika perang nuklir benar-benar terjadi. 

Pada tahun 1987, terdapat perjanjian antara Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk saling membongkar lebih dari 2.500 rudal nuklir demi menghindari terjadinya konflik nuklir. Meskipun dilansir CNBC, pada 2018 tercatat bahwa Amerika Serikat dan Russia masih menjadi negara dengan senjata nuklir aktif terbanyak di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun