Mohon tunggu...
Riga Sanjaya
Riga Sanjaya Mohon Tunggu... -

Cerita-cerita dari bilik kepala.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Takdir [Bagian 3]

30 Januari 2014   16:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:19 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tapi....”

“Saya yang jamin, ibu itu nggak akan bikin ribut. Janji, kak.”

Perawat mengalah. Kembali mendekat ke arah ranjang.

Bibir yang terluka itu perlahan membuka. Suaranya serak dan patah-patah. “Saya nggak tahu. Saya nggak tahu. Aduuuhh....” Dia memegangi kepalanya.

Kali ini perawat tak memberi toleransi. “Maaf, Kak, Bu, kalian mesti ke luar kamar. Jangan lagi menanyai dia.” Tangannya memberi isyarat ke arah pintu. Aku masih enggan beranjak jika Midah tak menari tanganku.

“Kita keluar dulu, Mak.”

Dengan dipapah oleh Midah, aku berjalan terseok menuju teras rumah sakit. Setelah sampai di mobil milik Rahmad, Midah bertanya.

“Gimana sekarang, Mak?” Matanya masih basah. “Apa kita nggak liat dulu di kamar jenazah?”

Aku menggelengkan kepala. “Aku nggak tahu. Aku mau pulang, Dah. Aku mau pulang!”

Tanpa tertahankan lagi kutumpahkan semua airmata yang tadi tersendat. Kukeluarkan semua duka hati karena kehilangan anak lelaki satu-satunya. Aku tak sanggup kalau harus melihat jenazah Firman saat ini. Benar-benar tak sanggup. Midah memberi perintah pada Rahmad. Rahmad tak menjawab, hanya sigap memasukkan kunci dan mulai menyalakan mobil.

Sepanjang perjalanan pulang ke Langsa, aku hanya diam sambil menangis. Midah kelelahan tertidur di sampingku. Hatiku hampa. Kulirik jam digital di dashboard mobil : 03.00 dinihari. Ingin rasanya aku tidur, tapi mata seakan enggan menutup. Di pelupukku bermain bayangan Firman, sejak dia bayi, anak-anak, remaja, sampai hari terakhir aku melihatnya: kemarin. Kembali aku menangis tanpa suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun