“Mak... Kok nggak dijawab?”
Aku tergeragap. Rupanya aku melamun.
“Firman...”
Midah menatapku. Menunggu.
“Dia minggat ke rumah bapaknya.”
“Ya ampun! Memangnya ada apa, Mak?” Midah tampak prihatin. Aku menatap wajah Midah. Ya, anak ini bisa kupercaya. Maka mengalirlah cerita tentang pertengkaran aku dan Firman kemarin.
*************
Midah menatapku prihatin. Dielus-elusnya pundakku. Saat bercerita tak urung emosiku ikut naik.
“Yang sabar, Mak. Terus si Firman kapan perginya?”
Aku menghembuskan napas. “Tadi pagi. Nggak tahu persisnya. Sepulang dari pasar, kulihat kamarnya kosong. Cuma ada kertas di mejanya, tulisannya cuma : Bunda, aku ke rumah Ayah.”
Midah mengangguk-angguk. “Jadi dia ke tempat ayahnya di Banda Aceh ya, Mak?”