Mohon tunggu...
Attalia Meta
Attalia Meta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga Tahun 2023

Mahasiswa Universitas Airlangga jurusan Bahasa dan Sastra Jepang tahun 2023

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Seijin no Hi (Hari Kedewasaan)

10 Oktober 2024   20:35 Diperbarui: 10 Oktober 2024   21:03 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Reuters/Kim Kyung-Hoon)

Mengenal Seijin no Hi 

Setelah Perayaan Tahun Baru, masyarakat jepang merayakan libur nasional lainnya yaitu "Seijin no Hi" atau Hari Kedewasaan.perayaan ini diadakan setiap minggu kedua bulan di bulan Januari, Hari ini didedikasikan untuk merayakan transisi dari remaja menjadi dewasa bagi pemuda-pemudi di Jepang yang telah atau akan berusia 20 tahun di tahun itu. 

Umur 20 dianggap sebagai usia dimana seseorang secara resmi menjadi dewasa di Jepang, dengan hak dan tanggung jawab yang baru, termasuk hak untuk memilih, minum alkohol, dan merokok. 

Seijin no Hi adalah salah satu perayaan yang paling berkesan dan sangat dinantikan bagi masyarakat jepang, khususnya oleh anak-anak muda di Jepang yang akan atau sudah menginjak umur 20 tahun. Latar belakang dari "Seijin no Hi dapat ditelusuri kembali ke masa Jepang kuno, di mana sudah ada tradisi yang menandai peralihan seorang remaja menjadi dewasa.

 pada periode nara (710-794) ada upacara yang hampir sama dengan Seijin no Hi, upacara ini disebut Genpuku, digunakan untuk menandai kedewasaan anak laki-laki bangsawan, sementara untuk perempuan di sebut Magi, seiring dengan berkambangnya waktu,sosial,dan budaya Jepang, kedua perayaan ini berkembang menjadi "Seijin no Hi". 

Setelah Perang Dunia ke II, pemerintah jepang menetapkan Seijin no Hi sebagai bentuk penghormatan kepada generasi muda yang memegang peran penting dalam bembangun kembali negara. 

Perayaan ini sudah ada sejak periode Nara (710-794) namun Seijin no Hi baru ditetapkan sebagai hari libur nasional di Jepang pada tahun 1948. Perayaan ini awalnya diselenggarakan setiap tanggal 15 Januari. Namun sejak tahun 2000, perayaan Seijin no Hi berubah menjadi hari Senin kedua bulan Januari. 

pemerintah kota biasanya menyelenggarakan upacara resmi yang disebut "Seijin Shiki" di balai kota, dimana para peserta mengenakan pakaian tradisional kimono (wanita) dan jas atau hakana (pria). upacara ini bertujuan untuk memberi semangat kepada para pemuda untuk menjalani dan mengambil tanggung jawab baru sebagai orang dewasa.

 setelah mengikuti upacara, para pemuda-pemudi merayakan dengan berfoto bersama dan saling menghabiskan waktu bersama, perayaan ini merupakan momen yang penting untuk mengingatkan para pemuda tentang peran mereka dalam masyarakat. selain menandai peralihan usia, perayaan ini juga mencerminkan pentingnya peran generasi muda dalam mempertahankan tradisi sekaligus  membangun masa depan Jepang 

Seijin no Hi atau Hari Kedewasaan, tetap menjadi bagian penting dari kehidupan sosial di Jepang, meskipun generasi jaman sekarang sudah menghadapi berbagai perubahan dalam gaya hidup, teknologi, dan cara pandang terhadap tradisi, masih banyak anak muda Jepang yang masih mengikuti perayaan ini, meskipun bentuk partisipasi mereka mungkin tidak sepenuhnya sama dengan masa lalu. 

Pada perayaan Seijin no Hi, sebagian anak muda tetap menghadiri upacara yang diadakan pemerintah kota setempat, mereka mengikuti upacara mengenakan pakaian tradisional seperti kimono furisode untuk perempuan dan jas formal bagi laki-laki, meski sekarang banyak yang memilih untuk tampil modern dengan pakaian kasual dan bisnis.

 Upacara ini memberikan kesempatan untuk mereka merayakan transisi kedewasaan bersama teman sebaya dan mendengarkan pidato dari tokoh masyarakat tentang pentingnya tanggung jawab dan kontribusi sosial. 

Namun, tidak semua anak muda memilih untuk merayakan Seijin no Hi dengan cara tradisional, seiring berkembangnya zaman, semakin berkembang pula sifat individualisme dan tingkat prioritas dalam hidup anak muda jaman sekarang, ada pula yang merayakan secara personal dengan hanya merayakan bersama keluarga, teman-teman, atau bahkan melewatkan upacara resmi sepenuhnya. 

meski begitu esensi perayaan tetap dihargai, karena menandai peralihan ke usia dewasa, sebuah tahap penting dalam kehidupan setiap individu di Jepang. 

Seijin no Hi tidak hanya sekedar perayaan pribadi untuk anak muda yang memasuki usia dewasa, tetapi juga memiliki keterkaitan mendalam dengan budaya Jepang yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai sosial, tanggung jawab kolektif, dan kesadaran akan peran individu dalam masyarakat. Dalam budaya Jepang, kedewasaan bukan hanya soal bertambahnya usia, tetapi juga tentang pengakuan kemampuan seseorang untuk berkontribusi kepada masyarakat. 

di Jepang konsep tanggung jawab sosial sangat ditekankan dalam berbagai aspek kehidupan di Jepang, termasuk dalam dunia kerja, keluarga, dan pergaulan sosial. Seijin no Hi mencerminkan nilai-nilai tersebut, dimana para pemuda diingatkan untuk mengambil peran aktif dalam komunitas mereka, menghormati tradisi, serta menjaga tatanan sosial yang harmonis. 

Tradisi mengenakan kimono dan menghadiri upacara juga mencerminkan pentingnya menghargai budaya dan warisan leluhur. 

Meski gaya hidup modern sudah melekat di hidup orang zaman sekarang, memakai kimono dan mengikuti perayaan Seijin no Hi dapat membuat mereka terhubung kembali dengan akar budaya mereka dimana orang Jepang sangat menjunjung tinggi budaya mereka. ini merupakan bentuk keseimbangan modernisasi dan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya yang ada di Jepang.

Seijin no Hi bukan hanya perayaan peralihan usia, tetapi juga sebuah momen penting untuk mengakui dan menghargai peran pemuda dalam masyarakat jepang. 

hari ini menandai titik balik penting dalam kehidupan setiap individu yang telah mencapai usia dewasa. Tradisi ini tidak hanya menjadi momen pribadi bagi para pemuda, tetapi juga menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai budaya, kebersamaan, dan peran aktif dalam masyarakat Jepang. 

Meski ada pengaruh modernisasi, Seijin no Hi terus menjadi pilar penting dalam menghubungkan generasi muda dengan warisan tradisional dan tanggung jawab kolektif yang melekat dalam kehidupan sosial di Jepang.

anak muda masa kini mungkin merayakan Seijin no Hi dengan cara yang lebih beragam, mencerminkan gaya hidup modern dan lebih individualis banyak pemuda zaman sekarang mungkin memilih pakaian kasual atau merayakan bersama teman-teman daripada menghadiri upacara formal.

 Meski demikian, makna dasar dari perayaan ini tetap bertahan: mengingatkan para pemuda akan tanggung jawab sosial dan peran penting mereka dalam masyarakat.

 Upacara Seijin no Hi menekankan nilai-nilai seperti kedewasaan, tanggung jawab, dan kontribusi positif terhadap komunitas, yang menjadi aspek utama dalam budaya kolektif Jepang.

Lebih dari sekadar perayaan transisi menuju dewasa, Seijin no Hi juga mencerminkan hubungan mendalam antara individu dan masyarakat dalam budaya Jepang. 

Generasi muda didorong untuk menghormati tradisi, sambil tetap beradaptasi dengan perubahan zaman. Ini menunjukkan kemampuan budaya Jepang untuk menyeimbangkan tradisi dengan modernisasi. 

Melalui perayaan ini, Jepang berhasil mempertahankan warisan budayanya sambil mempersiapkan generasi muda menjadi penerus yang tidak hanya fleksibel terhadap perubahan, tetapi juga memiliki kesadaran penuh akan tanggung jawab sosial mereka.

Meskipun masyarakat Jepang mengalami perubahan, baik dalam pola pikir maupun gaya hidup generasi muda, Seijin no Hi tetap berkembang.

 Namun, makna inti dari perayaan ini tetap sama: kedewasaan tidak hanya ditentukan oleh usia, tetapi juga oleh kesiapan untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar dalam masyarakat. Dengan demikian, Seijin no Hi bukan hanya perayaan individu, melainkan juga penjaga kesinambungan budaya dan nilai-nilai sosial yang penting bagi identitas kolektif masyarakat Jepang.

Attalia Meta WIbowo 

Japanese Language and Literature 

Faculty of Humanities 

Airlangga University 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun