Contoh Karya
Cerita Adam
Cerita Sis
Cerita Idris
Cerita Nuh
Cerita Hud
Cerita Saleh
Cerita Ibrahim
Cerita Ishak
Cerita Yakub dan Yusuf
Cerita Musa
CeritaAyub
CeritaYunus
Cerita Elias
Cerita Daud
Cerita Sulaiman
Cerita Armia dan Azis
Cerita Yahya
Cerita Maryam dan Isa
Hikayah Raja Jumjumah atau tengkorak kering
Hikayah Nur Muhammad (tarikh mukhtasar) Hikayah Bulan Berbelah
Hikayah Nabi Bercukur
,Hikayah Nabi wafat
Hikayah Muhamamd hanafiah (I)
Hikayah Muhamad Hanafiah
Hikayah Tamim al dari
Hikayah Abu Syahmah
Hikayah Sama’un
Hikayah Raja Khandak
Hikayah Iskandar Zulkarnaen
Hikaya Amir Hamzah
Kisah badi Ul zaman
Cerita Lahad
Cerita Amir Ibnu Omayya
Hikayah saif Dzul Yazan
-
Sumber: Liau Yock Fang
Dari daftar tabel dia atas menunjukkan jika pada fase awal banyak karya-karya hasil saduran dari cerita-cerita yang berasal dari Arab dan Parsi. Cerita Al-Qur’an adalah cerita yang mengisahkan cerita nabi-nabi atau tokoh-tokoh yang namanya disebut dalam Al-qur’an. Al-Kisai adalah seorang penulis cerita Al-Qur’an yang paling terkenal dengan ceritanya berjudul ‘Qisah Al-Anbiya’. Karakteristik dari cerita ini adalah bersifat didaktis yang kaya akan muatan nilai dan suri Tauladan, selain itu juga kuat akan muatan nilai keagamaan yang menjunjung ajaran tauhid.
Yang menarik dari sebagian karya-karya tersebut adalah karena diterjemahkan tidak hanya ke dalam bahasa melayu saja melainkan juga ke dalam bahasa Jawa, Sunda, Aceh, Parsi, dan Hindustan seperti yang dapat kita jumpai dari karya berjudul Hikayah Raja Junjumah atau Tengkorang Elang.
Berikutnya Cerita Muhammad, terdiri dari tiga jenis yaitu, pertama mengisahkan tentang riwayat nabi dari kelahiran sampai wafatnya. Dalam bahasa melayu jenis cerita pertama ini terdapat dua buah yaitu, Hikayah Muhammad Hanafiah dan Hikayah nabi. Walaupun cerita ini berasal dari sirah nabi, namun karena karya sastra sangat mengedepankan nilai bahasa dan pemaknaan, maka ceritanya sudah banyak disusupi dengan cerita-cerita khayalan yang bertujuan untuk menggungkan nabi. Jenis kedua, meceritakan mengenai mukjizad nabi, cerita ini juga bersumber dari sirah dan hadis,beberapa contohnya yang terkenal dianatranya Hikayah Bulan Berbelah dan Hikayah nabi Bercukur. Dan yang terakhir adalah karya berjenis Maghzi, sebagai jenis sastra yang betutur tentang peperangan pada masa nabi dalam usaha meneggakan Dinullah (Agama Allah).
Sastra Islam Modern
Definisi mengenasi sastra Islam seiring perkembangan zaman terus berkembang, penjelasa Fock tentang sastra Islam lebih cocok dalam menggambarkan perkembangan sastra islam pada fase awal. Namun jika kita ingin melihat perkembangan islam sejak tumbuhnya angkatan balai pustaka sampai 45 (pujangga baru). Maka perlu definisi yang lebih modern mengenai sastra islam, definisi Gus Dur (Kyai Abdul Rahman Wahid) selain sebagai Cendikiawan Muslim beliau juga adalah seorang Budayawan Islam memberikan pandangnnya mengenai sastra Islam. Menurut Gus Dur dalam wawancaranya bersama Horison yang dimuat dalam( blog—) menjelaskan jika sastra Islam merupakan bagian dari peradaban Islam yang dapat dilihat dari dua sisi pertama yaitu orang yang condong melihatnya secara legalitas formal dimana sastra Islam harus selalu bersandar pada Qur’an dan Hadist sedangkan yang kedua orang yang condong melihat sastra Islam daripengalaman raligiusitas (keberagamaan) seorang muslim yang tidak bersifat formal legislatif, atinya sastra Islam tak harus bersumber dari Qur’an dan Hadist (formal) dan bersifat adoptip terhadap pengaruh-pengaruh lain terutama dimensi sosiologis dan psikologis sastrawan muslim yang tercermin dari karyanya yang menggambarkan pengalama keberagamaannya.
“Maka sebagai konsekuensi bahwa sastra Islam bagian dari humanisme universal, pertama dia tidak boleh dibatasi penggunaannya, hanya oleh dan untuk orang Islam saja, atau hanya oleh orang yang telah diberi predikat “memenuhi syarat”. Kedua, dari proyeksi sejarah ini lain kelihatan bahwa yang mengislamkan bukan orangnya dan bukan juga rangkanya, dan bukan pula materinya yaitu Al-Qur’an dan Hadis, sebagai sumber ada dan tentu boleh digunakan. Tetapi, karena ini sastra bukan sesuatu yang sifatnya formal legalistik gitu… sumber lain juga masuk… apa salahnya? Dan tidak selalu bersumber pada Al-Qur’an juga tidak apa-apa. Sebab pengalaman beragama itu tidak mesti berqur’an dan berhadis atau berkitab-kitab.” (blog: --)
Distingsi diatas sesuai dengan fase selanjutnya, dimana kita sampai pada kondisi memilah mana sastra islam dan mana yang bukan. Namun dari definisi tersebut memberikan ruang yang lebih luas, bagi karya-karya yang mucul setelah Indonesia banyak mendapat pengaruh dari kolonialisme, dimana sastra islam yang lahir kebanyakan adalah karya-karya yang menunjukkan sisi pergulatan religious. Dimana para pengarang pada kontens itu juga tak dapat lepas dari zamannya dimana perasaan sebagai bangsa terjajah, kemerawutan sosial, diskriminasi juga menjadi topik-topik yang bersanding dengan nilai-nilai spiritual. Untuk menghindari kebingungan dalam melihat perkembangan sastra Islam pada periode modern ini, kita dapat melihat melihat periodisasinya pada table di bawah ini.
Periodesasi Sastra Indonesia
No
Angkatan
Periode