Mohon tunggu...
Atmaji Lanang Dwi
Atmaji Lanang Dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

i like sport

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Apakah Gadget Telah Menggerogoti Minat dan Pola Interaksi Sosial Pemuda?

18 Desember 2024   14:15 Diperbarui: 18 Desember 2024   14:15 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Essai tema Agama dan Perubahan Sosial

Oleh:

Lanang Dwi Atmaji

23105040062

Prodi : Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Instansi : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

           Di era perkembangan digital saat ini membawa pengaruh besar terutama pada generasi muda. Media digital tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, hampir dalam setiap aspek kehidupan semua serba digital. Misalkan pada surat kabar, dulunya biasanya kita masih banyak menjumpai seperti majalah dan koran, kini surat kabar dapat diakses dengan media sosial seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan semacamnya. Platform-platform media digital merambah ke kehidupan sehari-hari kita dan mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan teman, keluarga, rekan kerja, bahkan orang asing. (Ginting et al., 2024) Di satu sisi media digital ini mempermudah kita dalam mengakses informasi, membuat pekerjaan lebih mudah dan efisien. Namun di sisi lain dampak dari media digital ini sangat besar dan bahkan dampak buruknya lebih besar daripada sisi baiknya. Khususnya karena kemunculan gadget, Yang mana dampaknya sangat berpengaruh terhadap pola perilaku, pola interaksi, maupun pola bertindak seseorang. Banyak dari mereka yang terdampak khususnya di era sekarang yaitu para generasi muda, yang katanya mereka adalah para generasi emas di tahun 2045 nanti.

Apakah masa emas itu akan benar-benar terjadi? Sedangkan para generasi sekarang bukannya tambah melek digital tapi malah terjerumus kearah yang salah. Banyak ditemukan kasus judol, pinjol, atau bahkan banyak anak kecil yang kecanduan game online seperti Mobile Legends, Free Fire, PUBG, dan semacamnya hingga menghabiskan uang mereka untuk kebutuhan top-up akun gamenya. Mereka secara tidak langsung terpengaruh dan kecanduan terhadap semua yang berbau digital. Mereka kurang bijak dalam memanfaatkan media digital di era modern saat ini. Padahal jika kita bijak dalam menggunakan media digital ini, kita bisa memperoleh banyak keuntungan yang dihasilkan. Misalnya seperti berjualan online, berbisnis, ataupun trading, kita bisa menghasilkan uang dengan media digital ini.

            Lalu bagaimana dampak jika mereka kurang bijak dalam menggunakan media digital? Karena ketergantungan mereka dengan media digital akan membawa pengaruh terhadap kehidupan salah satunya pada interaksi sosial dan perilaku mereka dalam bersosialisasi. Dalam Teori Determinisme teknologi oleh Marshall McLuhan yang dipopulerkan pada tahun 1962 dalam tulisannya The Gutenberg Galaxy: The Making of Typographic Man. Teori tersebut mengatakan bahwa tekonologi media membentuk cara berpikir dan bertindak manusia serta cara masyarakat dalam beroperasi berpindah ke era teknologi. Pola pikir dan cara bertindak mereka kini teracuni dengan adanya media internet dan gadget. Hampir dalam semua aspek kehidupan kini didominasi dengan adanya teknologi.  Berdasarkan data dari  Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet berjumlah 90% dan rata-rata masih berumuran 13-24 tahun, yang mana sebagian besar dari kalangan muda atau gen Z. (Anhar et al., 2024) Sering kita jumpai sekarang misalnya pada kendaraan umum, mereka yang duduk bersebelahan bukannya saling berinteraksi dan berkenalan malah sibuk dengan gawainya masing-masing. Ada yang sibuk scrolling sosmed, ada yang sibuk chatan dengan gebetan, ada juga yang malah main game online. Lalu oleh George Herbert Mead dalam teorinya yaitu Teori Interaksi Simbolik. Di mana ia melihat bagaimana gadget mempengaruhi identitas sosial pemuda. Pola interaksi mereka menjadi berubah, mereka lebih memilih berinteraksi dengan dunia virtualnya dibanding komunikasi langsung dengan teman sebelahnya. Karena mungkin dunia maya atau sosmed lebih menarik daripada harus mengobrol dengan temannya sendiri. Fenomena tersebut jelas bahwa media digital mempengaruhi masyarakat dalam berinteraksi atau bersosialisasi. Dapat kita lihat bahwa pemuda Mushola Baitul Ummah ini cara mereka dalam berinteraksi sudah tercemar dengan adanya teknologi digital, cara mereka bertindak pun sangat bergantung pada teknologi. Mereka tidak lagi fokus pada ceramah pengajian namun malah asik dengan gawainya.

            Dalam essai ini akan membahas bagaimana media digital ini mempengaruhi proses sosialisasi khususnya generasi muda di Mushola Baitul Ummah Piyungan. Diskusi, bercerita, ataupun mengobrol sudah sangat jarang saya jumpai di kalangan anak muda dan anak-anak, mereka lebih memilih menghabiskan waktunya di depan gadget masing-masing. Mengapa demikian? Karena dengan gadget orang-orang sekarang dapat berkomunikasi dengan siapapun tanpa adanya batas geografis, bahkan dalam mengakses berita atau informasi sekarang bisa diakses dengan mudah dan cepat. Hal ini jika berlebihan akan berdampak pada kesehatan mental, produktivitas, dan cara dalam berinteraksi. Interaksi sosial manusia saat ini sedang menghadapi tantangan digital (Juliana et al., 2023)  Bagaimana yang dulunya orang ketika bertemu saling menyapa, mengobrol, dan berbincang-bincang, namun karena munculnya produk digital seperti handphone menjadikan lemahnya interaksi diantara mereka. Sungguh sangat disayangkan, apalagi ketika sedang kumpul bareng teman-teman bukannya saling mengobrol, bertukar cerita, atau bahas sana sini. Malah ada yang main HP sendiri-sendiri, sibuk dengan dunia maya, padahal waktu berkumpul dengan teman-teman merupakan momen langka, mengapa mereka malah tidak memanfaatkan waktunya bersama teman. Scrolling sosmed, main game padahal masih bisa dilakukan di rumah, harusnya pas lagi kumpul kita singkirkan dulu gadget atau semacamnya agar bisa saling berinteraksi satu sama lain.

Essai ini saya tulis berdasarkan pengalaman ketika saya mangikuti pengajian rutin di Mushola Baitul Ummah. Jadi di mushola ini setiap minggunya  diadakan pengajian yang diikuti warga satu desa, yaitu setiap malam Ahad. Dihadiri oleh anak-anak, pemuda, hingga para orang tua. Sebelum pandemi Covid 19 pengajian rutin seperti ini masih banyak diminati, yang hadir selalu banyak. Berbeda dengan sekarang, para remaja dan anak-anak sudah berkurang minatnya untuk datang ke pengajian. Biasanya jamaah kurang lebih ada 100 orang yang hadir, kini jamaah pengajian-pengajian di mushola sekarang hanya berjumlah sekitaran 70 orang dan mayoritas mereka adalah orang tua, ibu-ibu, dan bapak-bapak. Belakangan kemarin saya sempat menghadiri di pengajian malam Ahad itu. Di mana saya melihat banyak ketimpangan di zaman sekarang dengan zaman sebelum pandemi. Dari jumlah yang hadir sangat berbeda jauh dengan zaman sebelum pandemi yang mana pasti mushola selalu penuh bahkan oleh pemuda dan anak-anak. Rasa kebersamaannya masih sangat kuat, Interaksi satu sama lain juga masih sering dijumpai karena belum terlalu terpengaruh dengan adanya HP. Yang saya lihat kini jumlah jamaah yang hadir ke pengajian jauh lebih sedikit. Khususnya pemuda yang sekarang, mereka semakin dewasa mungkin memiliki kesibukannya masing-masing sehingga tidak lagi menghadiri pengajian. Mereka lebih memilih menghabiskan malam minggunya dengan gebetan, nongkrong dengan teman-temannya, juga ada yang lebih memilih tidur di rumah.

Saya juga melihat ketika pengajian berlangsung banyak sekali khususnya generasi muda yang bukannya mendengarkan pengajian atau ceramah, mereka malah asik sendiri. Banyak dari mereka yang sibuk main HP ketika pengajian berlangsung. Bahkan anak-anak yang dahulu ketika pengajian mereka sibuk mengobrol, sibuk bermain, berlari-larian. Kini hal itu sudah tidak ada lagi, mereka lebih memilih mabar game online. Bahkan yang mulanya para pemuda ketika selesai pengajian biasanya mereka masih mengobrol sambil menghabiskan makanan di teras mushola. Kini mereka berkumpul namun dengan kesibukan dunia HP-nya masing-masing. Hal ini terjadi setelah pandemi Covid-19, yang mana pandemi ini menjadikan mereka jarang keluar rumah dan memilih untuk berdiam diri di rumah sehingga akan merubah pola pikirnya. Mereka akan cenderung menghabiskan waktunya dengan gadget dan jarang keluar rumah untuk berinteraksi atau bermain dengan teman-temannya. Inilah yang menjadi salah satu faktor kenapa generasi muda sekarang bergantungan atau kecanduan dengan gadget-nya. Kemunculan gadget berpengaruh dan meracuni pola interaksi anak muda di zaman sekarang. Di tambah mereka kurang bijak dan berlebihan dalam menggunakan media digital ini.

            Jadi pada intinya terjadi perubahan sosial yang signifikan di zaman kemajuan digital ini khususnya pemuda Mushola Baitul Ummah. Di mana melemahnya rasa minat para pemuda dalam keikutsertaan pengajian rutin setiap malam Ahad. Proses bersosialisasi dan berinteraksi mereka juga melemah dan terpengaruh dengan munculnya teknologi.  Mereka kurang bijak dalam memanfaatkan media digital dan masih terlalu berlebihan. Bahkan banyak diantara mereka yang terpengaruh pada dampak buruknya khususnya pada interaksi atau komunikasi antar sesama. Bukan hanya interaksi antar sesama yang melemah, namun juga bagaimana sikap mereka ketika pengajian berlangsung yang tidak lagi memperhatikan dengan khidmat. Yang mana dahulu para pemuda banyak yang menyimak pengajian sambil mengobrol dan lebih memilih berinteraksi dengan teman-teman sebelahnya tanpa adanya gangguan gadget atau handphone. Namun sekarang orang tidak bisa lepas, mereka seakan-akan harus membutuhkan gadget dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun media digital memiliki dampak positif yaitu seperti dapat mempermudah pekerjaan, bisa berkomunikasi dengan jarak jauh, mudah dalam mengakses berita atau informasi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa gadget banyak menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan mereka. Di Mushola Baitul Ummah ini menjadi contoh fenomena bahwa interaksi sosial sudah tidak lagi seperti dahulu. Interaksi sosial kini sudah tercemar dan teracuni dengan munculnya gadget atau handphone beserta platform-platform media digital. Para pemuda yang dahulu masih sering mengobrol, bercerita, berkomunikasi satu sama lain, kini interaksi mereka semakin melemah dan terganggu dengan adanya gadget atau semacamnya.

Lalu bagaimana kedepannya? Untuk menanggapi kasus semacam ini memang harus dimulai dengan diri kita sendiri. Kita harus pandai-pandai atau bijak dalam menggunakan media digital, gadget atau semacamnya. Karena di zaman sekarang kita sangat terlalu bergantung, ketika sedang mengobrol pun tidak bisa lepas dengan gawainya. Inilah yang merupakan dampak dari gadget atau media digital yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Untuk itu kedepannya kita harus memanfaatkan secara bijak media digital. Kita harus tahu tempat kapan kita harus menggunakan, kapan kita harus menyingkirkan, agar kita bisa berinteraksi atau berkomunikasi tanpa gangguan gadget, dan semacamnya. Dan khususnya orang tua, untuk mengajarkan kepada anaknya bagaimana cara bersosialisasi dan berinteraksi dengan dunia luar. Bukan malah meracuni dengan memberikan atau mengajarkan untuk memakai gadget sejak dini. Karena dapat kita lihat sekarang pengguna internet rata-rata di dominasi oleh anak muda, termasuk anak-anak. Guna agar kedepannya mereka bisa mengeksplor dunia luar, tidak hanya terpapar pada dunia digital saja serta tidak menimbulkan kecanduan pada teknologi-teknologi digital saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anhar, A., Hazlin, N. A. A., Simanjuntak, A., & Nurbidayah, D. (2024). Interaksi Media Sosial dan Minat Baca di Kalangan Gen Z. Indo-MathEdu Intellectuals Journal, 5(5), 6241--6248. https://doi.org/10.54373/imeij.v5i5.1973

Aunillah, R. (2020). Determinisme teknologi: Perayaan Idul Fitri di saat pandemi. Journal of Islamic Comunication, 3(1).

Ginting, D. C. A., Rezeki, S. G., Siregar, A. A., & Nurbaiti. (2024). Analisis Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Interaksi Sosial di Era Digital. PPIMAN: Pusat Publikasi Ilmu Managemen, 2,No. 1 Januari 2024, 23--29.

https://etheses.iainkediri.ac.id/12722/3/933707119_bab2.pdf

Juliana, S. A., Liza, T., Fatimahtuzzahra, F., & Hilmi Imel, M. A. (2023). TANTANGAN SOSIAL DI ERA DIGITAL PADA INTERAKSI MANUSIA. SIGNIFICANT: Journal Of Research And Multidisciplinary, 2(02), 334--347. https://doi.org/10.62668/significant.v2i02.912

Nur, D., Ibraya, N. S., & Marsuki, N. R. (2024). Dampak sosiologi digital terhadap perubahan sosial budaya pada masyarakat masa depan. Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial (JUPENDIS), 2(2), 123-135.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun