a.Latar Belakang
Salah satu indikator utama keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari angka kemiskinannya. Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah satu tema utama dalam pembangunan. Keberhasilan dan kegagalan pembangunan acapkali diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan (Suryahadi dan Sumarto, 2001). Karena kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang ditandai dengan pengangguran, keterbelakangan, dan keterpurukan.
Masyarakat miskin sangat lemah dalam kemampuan berusaha dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan sosial ekonomi. Dalam konteks demikian, kemiskinan dengan demikian erat kaitannya dengan kapasitas dan jumlah penduduk dalam suatu daerah itu sendiri.
Angka kemiskinan hampir sama tuanya dengan umur peradaban manusia, dimana manusia ada, disitu pasti ada kemiskinan. Angka kemiskinan setiap tahun mengalami peningkatan, tidak sebanding lurus dengan program pengentasan kemiskinan yang dilakukan.
Secara finansial, Penyebab kemiskinan adalah sikap berdiam diri, enggan, atau tidak dapat bergerak dan berusaha. Keengganan berusaha adalah penganiyaan terhadap diri sendiri, ini merupakan sikap mental manusia itu sendiri, paradigma ini biasa disebut kemiskinan kultural, sedangkan ketidakmampuan berusaha antara lain disebabkan oleh penganiyaan orang lain yang dalam hal ini biasa disebut kemiskinan struktural.
Idris Thaha mempunyai pandangan khusus terhadap realitas kemiskinan secara garis besar disebabkan karena manusia tidak bahkan engga. untuk berfikir secara rasional atau karena memang mempunyai budaya miskin (the culture of poverty) karena mereka kurang ter motivasi untuk berprestasi dan ber kewiraswastaaan atau bahkan karena etos kerja yang lemah dan kemiskinan muncul pada mereka merupakan dampak dari ketidakadilan sosial yang terwujud dalam struktur-struktur sosial yang tidak adil, yang tidak memperhitungkan mereka sebagai subjek yang terlibat dalam sejarah sosial dan ekonomi.Â
Berhubungan dengan lemahnya motivasi berprestasi, maka para kaum miskin perlu melakukan perubahan dalam paradigm berpikirnya, hal ini tentunya berkaitan dengan jiwa sebagai unsur penggerak utama hidup manusia. Maka disini perlu up grade motivasi. Usaha yang mengarah kepada perbaikan motivasi yang dilakukan dengan perbaikan mentalitas pribadi yang dari sudut pandang psikologi biasa dilakukan dengan latihan-latihan motivasi berprestasi hal ini senada dengan teori yang psikologi motivasi dari David McClelland.Â
b.Manfaat Penulisan
Penulis berharap pembaca akan memiliki dua karakter utama. Pertama, memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan taraf hidup yang dialaminya saat ini menuju kondisi yang lebih baik. Ia tidak mudah puas dengan kepemilikan materi yang telah didapatkannya dengan sekian banyak aktifitas ekonomi yang dilakukannya, namun lebih memiliki pandangan jauh akan kebutuhan hidup kedepan yang memerlukan persiapan lebih matang lagi. Kedua, orang itu akan melakukan perubahan cara pencapaian tujuan dengan langkah-langkah yang lebih baik.Â
Orang yang memiliki nach tinggi, kerap kali akan melakukan evaluasi atas apa yang telah dilakukannya, sehingga ia akan mengetahui kelebihan dan kekurangan langkah atau cara yang telah dilakukan sebelumnya. Evaluasi inilah yang kemudian membawanya pada keinginan untuk lebih efisien dan efektif dalam melakukan sesuatu pada masa depan, sehingga pencapaian target kehidupan menjadi lebih terjamin.Â
c.PermasalahanÂ
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas rumusan masalah dalam penelitian ini fokus pada penelitian McClelland terhadap para usahawan yang menunjukkan bukti agar lebih bermakna mengenai motivasi berprestasi dibanding kelompok yang berasal dari pekerjaan lain. Artinya para usahawan mempunyai need for achievement yang lebih tinggi.
d.Metode Â
Penelitian artikel ini bersifat deskirptif kualitatif dengan meneliti semangat terhadap karakter entrepreuneur semangat wirausaha yang dipengaruhi oleh teori need for achievement. Penelitian ini diambil dari data yang ada di buku,jurnal ,dan artikel.
e.PembahasanÂ
Kebutuhan akan prestasi (n-ACH)Â
Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah. N-ACH adalah motivasi untuk berprestasi , karena itu karyawan akan berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang
Kebutuhan akan kekuasaan (n-pow)Â
Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan. N-pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang.Â
Kebutuhan untuk berafiliasi (N-Aff)Â
Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi. McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orangmemiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi.Â
Wirausaha Sebagai sarana Keluar dari Lingkaran KemiskinanÂ
Penelitian teori McClelland terhadap para usahawan menunjukkan bukti yang bermakna mengenai motivasi berprestasi Artinya para usahawan mempunyai n-ach yang lebih tinggi. Semangat wiraswasta itu sangat dipengaruhi oleh need for achievement (keinginan untuk berprestasi). Kewirausahaan seperti diungkapkan Suryana dalam Suharyadi adalah merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumberdaya untuk mencari peluang sukses.Â
Kreativitas adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang. Inovasi adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang. Wirausaha mengambil risiko yang moderat, tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu rendah seperti orang yang pasif (Hanafi, 2003). Dari hasil penelitiannya, McClelland (1961) menyatakan bahwa dalam keadaanyang mengandung risiko yang tak terlalu besar, kinerja wirausaha akan lebih tergantung pada keahlian- atau pada prestasi.
Pemikiran McClelland, keinginan mencapai prestasi tinggi. Jika di suatu negara, warga negaranya apalagi wirausaha memiliki need forachievement maka akan dapat disimpulkan bahwa negara tersebut akan mengalami peningkatan ekonomi secara drastis. Begitupun sebaliknya, jika sedikit orang yang memiliki dorongan berprestasi di suatu negara, maka dapat dipastikan bahwa negara tersebut akan mengalami kemerosotan ekonomi sampai ketidakstablilan ekonomi.Â
David McClelland menyimpulkan bahwa:Â
1.Wiraswastawan dapat membawa kemajuan
2.Apa yang ingin dicapai oleh para wiraswastawan adalah keinginan kuat untuk mencapai prestasi gemilang yang dikerjakannya
3.Pekerjaan berhasil yang paling penting adalah sikap terhadap pekerjaan nya
4.Orang yang memiliki n-ach tinggi, hasil baik bukanlah tujuan utama, namun kepuasan batinlah yang menjadi tujuan utama. Â
f.Kajian Pustaka
1.M.Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur'an, (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 449
Jurnal ini menjelaskan tentang penyebab kemiskinan adalah sikap berdiam diri, enggan, atau tidak dapat bergerak dan berusaha. Keengganan berusaha adalah penganiyaan terhadap diri sendiri, ini merupakan sikap mental manusia itu sendiri, paradigm ini biasa disebut kemiskinan kultural, sedangkan ketidakmampuan berusaha antara lain disebabkan oleh penganiyaan orang lain yang dalam hal ini biasa disebut kemiskinan struktural.
2.Idris Thaha, Berderma Untuk Semua Wacana dan Praktik Filantropi Islam, (Jakarta: PBB UIN dan Mizan, 2003), hlm. 11Â
Jurnal ini menjelaskan bahwa realitas kemiskinan disebabkan; karena mereka tidak berpikir rasional atau karena memang mempunyai budaya miskin (the culture of poverty, seperti yang disinyalir oleh Oscar Lewis), karena mereka kurang motivasi berprestasi dan kewiraswastaaan atau bahkan karena etos kerja yang lemah (malas) dan kemiskinan muncul pada mereka akibat ketidakadilan sosial yang terwujud dalam struktur-struktur sosial yang tidak adil, yang tidak memperhitungkan mereka sebagai subjek yang terlibat dalam sejarah sosial dan ekonomi.
3.Jalaluddin Rakhmat, Rekayasa Sosial Reformasi, Revolusi, atau Manusia Besar, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 115-117
Jurnal ini menjelaskan tentang penelitian Mc Clelland bersipat kualitatif. Dia meneliti semangat entrepreneurship pada bangsa-bangsa yang berbeda-beda. Dia menemukan bahwa entrepreuneur ship atau semangat wiraswasta itu sangat dipengaruhi oleh need for achievement (keinginan untuk berprestasi).
g.Kesimpulan
David Mc Clelland mengingatkan kita untuk melihat teori need for achievement (kebutuhan untuk berprestasi)untuk tujuannya. teori mcclelland inovasi-inovasi ekonomi erat berkaitan dengan motivasi individu untuk menunjukkan bahwa seseorang mampu mencapai prestasi tertinggi pada bidang-bidang tertentu.
Dalam kaitannya dengan dunia kewirausahaan sebagai upaya pengentasan kemiskinan Mc Clelland menyatakan bahwa need for achievement implementasikan ke dalam gaya hidup yang menjadi ciri kaum entrepreneur yakni dorongan untuk mengambil resiko, dalam konteks bisnis para entrepreneur terdorong untuk melakukan spekulasi dalam menentukan besar kecilnya segmen pasar yang akan diambil dan daya beli para pelanggan potensial. Untuk itu sikap berani mengambil resiko sangat dibutuhkan.Â
Keberhasilan pembangunan dalam mengatasi kemiskinan bukan ditentukan dari lembaga, namun ditentukan dari motivasi pencapaian prestasi tinggi (need for achievement/ n-ach) dari warga negara tersebut. Semakin tinggi nilai n-ach warga sebuah negara, maka semakin terbuka kemungkinan keberhasilan pengentasan kemiskinan. Sebaliknya, jika nilai n-ach rendah, maka pengentasan kemiskinan akan terancam gagal.Â
h.Rekomendasi
Artikel ini di rekomendasikan kepada wirausaha yg ingin keluar dari lingkaran kemiskinan, dengan melihat kasus yang menggunakan teori need for achievement membuat wirausaha membuka pikiran untuk melakukan perubahan.
i.Daftar Pustaka
Anwar, H. S. (2011). Dakwah Pengentasan Kemiskinan dalam Pendekatan Teori David, Mc. Clelland. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, 5(17), 377-394.
Goleman, et all, (2007)Primal leadership: Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi, Alih Bahasa Susi Purwoko, Gramedia, Jakarta
Suhardi, dkk. (2007) Kewirausahaan: Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda, Salemba Empat, Jakarta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI