Mohon tunggu...
Jie Laksono
Jie Laksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - What is grief if not love perseverance?

Ketika kata lebih nyaman diungkapkan lewat tulisan ketimbang lisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jenazah yang Berpindah

19 Januari 2021   17:44 Diperbarui: 19 Januari 2021   18:11 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi sumber:https://bigthink.com/surprising-science/dead-bodies-move

Beni tidak lagi duduk santai seperti sebelumnya, kini ia duduk rapih, bagai seorang murid yang sedang dihukum gurunya. "Seorang perempuan kuliah S2 di kampus swasta, tanpa biaya dari orang tua, tanpa bekerja dan tinggal di dua kost yang berbeda". Kata Sigit, Beni hanya diam mendengar penjelasan Sigit.

"Banyak yang kami temukan di Kost mewah itu. Salah satunya ini" Sigit membuka foto kedua. "nomor dari Hp ini tidak teregistrasi atas nama Evha, tapi atas nama Ujang, OB yang bekerja di kantor Pak Beni" lanjut Sigit sambil menunjukan foto Hp model terbaru dari sebuah merek ternama.

Kepala Beni tertunduk lemas melihat foto handphone tersebut. Ia sangat tahu apa yang ada di dalam handphone tersebut.

"Kami juga menemukan ini" kata Sigit melanjutkan, sambil membuka foto ketiga. Foto hasil USG terlihat di hadapan Beni. Seketika kedua tangan Beni memegang kepalanya yang menunduk, ia menangis.

"Jadi, sekali lagi saya tanya, kapan Pak Beni terakhir kali bertemu dengan Evha?" tanya Sigit tegas.

***

9 Hari yang lalu, Rabu 6 Juni 2018

"Gimana Pak Mamat, kita ulang pertanyaan-pertanyaan tadi, tapi sekarang Pak Mamat harus jujur jawabnya" kata Sigit kepada Mamat. "bapak kenal Ini siapa?" tanya Sigit sambil menunjuk foto janazah Evha di pinggir jalanan berbatu.

"Itu teh Evha, ndan" jawab Mamat singkat. "Pak Mamat kenal Evha sudah lama?" tanya Sigit.

"Belum ndan, cuma kenal muka aja. Soalnya teh Evha udah beberapa kali hiking di jalur itu. Biasanya istirahatnya di tempat saya" jawab Pak Mamat. "Ada kali, 3-4 kali teh Evha ke warung saya" tambah Mamat.  

"Kapan terakhir kali Pak Mamat lihat Evha" tanya Sigit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun