Seperti apa yang diutarakan oleh Ratih bahwa Batik Cianjur atau sering dikatakan “Batik Cianjuran” itu memiliki motif yang beragam di antaranya motif Beasan, Motif Kuda Kosong, motif Ayam Pelung, Motif Pencak Silat serta Motif Kecapi Suling. Kesemuanya menggambarkan dan mengandung nilai nilai filosofi yang tinggi dari masyarakat Cianjur serta keadaan alamny,di antaranya juga merupakan pilar dari Cianjur itu sendiri seperti pencak silat dan kecapi suling mewakili dari pilar “mainpo dan mamaos”
Batik Cianjur, khususnya batik motif Beasan contohnya tumbuh dan berkembang, tidak lepas dari sejarah pertanian Cianjur. (Batik Cianjur yang bedasarkan sejarahnya sudah ada sejak tahun 1920) kainnnya bernuasa tumbuhan. Warna tanah, daun atau bulir padi, bahan pewarnanya dari tanaman buah arben, jambu biji dengan Pola atau bentuk/ motif gambar “Beasan” seluruh arah baik simestri , simetri avertikal dan horisontal penambahannnya pada setiap motif berbentuk satuan pulir/ biji padi, gabah, bunga padi kesemuanya menggambarkan dengan jelas bahwa Cianjur merupakan sebuah daerah yang subur dengan padi sebagai hasil pertanian andalannnya. Yang kemudian kita mengenal salah satu jenis padinya adalah Pandanwangi.
“Ketika memakai Batik Cianjur, saya menjadi bangga terhadap daerah sendiri, karena motif Batik Cianjur banyak maknanya. Kalau bukan kita siapa lagi yang akan melestarikan budaya nenek moyang “ ujar Irvan Rivano Muctar sebelum beliau menjabat menjadi bupati Cianjur yang dimuat di Beritasatu.com
Berkaitan dengan pentingnya melestarikan dan mempertahankan kekhsasan serta budaya nenek moyang maka, adalah Harry M Sastrakusumah dengan lembaganya yang bernama Lembaga Pengkajian Pengembangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Batik dan Cindera mata Khas Cianjur ( LP3M Hibar) berusaha untuk melestarikan budaya batik dan mendaftarkan hak cipta dalam rangka mempertahankan ke khasan budaya agar tidak diambil oleh negara lain dan hasilnya Batik Cianjur telah memiliki hakpaten dengan merk Batik Beasan. Sebuah upaya dalam mempertahankan dan melestarikan batik itu sendiri
Seiring dengan berjalannnya waktu dan perkembangan jaman Batik Cianjurpun motifnya kian beragam. Ada motif Gurisan yang bermakna mempunyai harapan, , Motif Kinanti yang berarti harapan yang belum pasti serta dan motif Pangkur yang berarti pendirian yang disadari oleh dirinya sendiri seperti diungkapkan oleh Harry M Sastrakusumah yang kesemuanya merupakan hasil dari kreatifitas anak muda sejak tahun 2013
Pemahaman tentang batik Cianjur, rasa memiliki dan penghargaan hak cipta batik Cianjur oleh generasi muda sangatlah penting. Karena mereka adalah pewaris budaya. Untuk itu semua tidaklah mudah. Karena kita tahu mereka tidak hidup di jaman generasi sebelumnya. Sehingga sangatlah perlu melibatkan mereka untuk turut pula mendisain sesuai ide mereka sehingga mereka memakai batik sesuai apa yang menjadi keinginannnya.
“ Dengan begitu kita memberi kesempatan bagi anak muda untuk menuangkan ide mereka mengenai batik. Jadi, mereka memakai apa yang mereka inginkan dan ciptakan, itulah kebanggaan” ungkap Harry Mulyana Sastrakusumah kepada Shofira Hanan yang dimuat pada Pikiran Rakyat edisi 23 Desember 2016
Dengan kebanggaan itulah akan muncul Pengakuan Batik Cianjur oleh generasi muda karena itu menurut beliau yang juga diungkapkan pada Shofira Hanan dan dimuat pada media masa dan edisi yang sama bahwa ”Mencintai dan Menghargai batik tidak berhenti pada sekedar mengenakan batik khas Indonesia itu. Diperlukan juga pemahaman, rasa memiliki hingga penghargaan terhadap hak cipta pada pembuatnya”
Hak cipta pada pembuatnya itu berarti bila generasi muda yang mendesain artinya ada pengakuan dan ini penting karena dengan begitu akan muncul sebuah kebanggan. Bangga memakai batik dan itu penting dalam rangka pewaisan nilai budaya batik ke depannnya.
Tiga motif yaitu Gurisan, Kinanti, dan motif Pangkur di mana ketiga motif ini merupakan bagian dari batik Galuh Mukti khas Cianjur ini kesemuanya didasain oleh pelajar dari berbagai tingkat mulai dari SD sampai SMA dalam lomba disain batik hasil karya mereka dipergunakan oleh pelajar –pelajar Cianjur. Walaupun dalam pelaksananya batik hasil karya pelajar ini belum semua diterapkan di semua sekolah Cianjur. Namun paling tidak usaha untuk menjadikan batik kebanggaan mereka sudah ditempuh dan ini bisa juga menjadi sebuah solusi dalam mengurangi tawuran antar pelajar di mana batik yang dipergunakan kadang sebagai sebuah simbol sekolah tertentu.