Tiba di dermaga tempat mangkalnya perahu-perahu yang akan membawa kami ke Pulau Saronde waktu telah menunjukan pukul 11.00. Sambil menunggu pamo ( perahu yang sedikit besar dari perahu katinting milik sodara suaminya Nink) aku sempatin  jalan-jalan di seputaran pelabuhan. Di halaman sebuah gedung didalam lingkungan pelabuhan aku melihat banyak motor yang terparkir. Kata Om-om yang duduk-duduk disitu hampir semua pemilik motor itu adalah para wisatawan yang akan ke pulau Saronde. Kata Om-om itu  mobil-mobil juga  adalah milik wisartawan. Aku nanya ke salah satu Om berapa tarif parkir. 5ribu untuk motor dan 20ribu untuk mobil jawab sih Om.
Waktu sudah menunjukan hampir pukul 12 siang. Pamo yang akan kami naiki juga belum tiba. Sebenarnya sih  tidak akan begitu lama menunggu kalo naik perahu yang ada di dermaga. Ada beberapa perahu yang ditambatkan yang khusus melayani para wisatawan. Dengan ongkos Rp. 450ribu per perahu pergi pulang dengan daya angkut 10 orang jika deal dengan pemilik perahu itu, perahu akan segera berangkat.
Suasana pelabuhan benar-benar panas. Dan tidak ada tempat untuk berlindung bagi wisatawan dari sengatan matahari. Aku berharap kedepannya pemerintah Kab. Gorontalo Utara dapat membangun tempat berlindung bagi para wisatawan yang sementara menunggu untuk naik ke perahu.
Jam 1 lewat pamo yang kami tunggu-tunggu tiba. Kami segera bergegas untuk naik ke pamo. Perjalanan yang kami tempuh dari pelabuhan sampai di Pulau Saronde kurang lebih satu jam . Dalam perjalanan aku melihat ada dua pulau kecil  yang dari kejauhan terlihat pasir putihnya. Menakjubkan. Hmm…suatu saat ingin juga ke pulau itu.
Ketika masuk ke pulau Saronde setiap orang diharuskan membayar 10ribu. Kami pun membayar tiket masuknya yang ditagih oleh bapak berumur separuh baya. Kata si Om yang ada di pelabuhan saat ini Pulau saronde sudah di kelola oleh pihak swasta. Â Saat di kelola pemda Kab. Gorontalo Utara tiket masuknya hanya 2500 perak.