Kita jawab dahulu pertanyaan, apa saja yang mengisi keberadaan ini? Mengapa hal ini yang dibahas? Karena sesuai dengan judul tulisan ini yakni: "Memetakan segala yang ada". Tetapi nanti akan ada orang yang bertanya, lalu bagaimana dengan rumus A=A~A' yang belum selesai dibahas? Iya. Kita akan membahas itu, cuma nanti ketika sudah tiba saat untuk membahas hal tersebut.
Membahas kehidupan ibaratnya seperti kita sedang memasang puzzle sebesar alam semesta itu sendiri. Waktu, tenaga, dan pikiran, pasti tidak akan sanggup mencapai keseluruhannya. Sehingga kita bahas terlebih dahulu hal-hal secara garis besarnya, agar kita mendapatkan gambaran menyeluruhnya sebelum membahasnya secara mendalam.
Pertanyaan tentang hal-hal mendasar seperti ini, sudah pernah dibahas oleh para filosof jaman dahulu. Sehingga kita di sini tinggal menggunakan saja hasil pemikiran mereka. Mengapa bisa seperti itu? Karena hal-hal mendasar adalah kepastian yang semua orang sudah tahu garis besarnya, hanya saja ketika ditanyakan lebih jauh dan lebih dalam, kebanyakan orang akan berpikir keras lagi atau bahkan malah kebingungan untuk menjawabnya. Oleh karena itu, untuk mempersingkat jalan pemikiran kita, maka kita gunakan saja pemikiran-pemikiran orang-orang terdahulu.
Menurut salah satu filosof, segala yang ada ini terdiri dari Tuhan, manusia dan alam semesta. Jadi segala yang ada ini jika disederhanakan, maka terdiri dari ketiga hal tersebut. Jika kita renungkan, manusia sebagai makhluk yang dibekali dengan sifat-sifat Ketuhanan, tetapi dengan kadar yang sangat-sangat kecil, membutuhkan media untuk bisa menyatakan atau mewujudkan sifat-sifat tersebut. Media tersebut adalah yang kita namakan alam semesta.Â
Dengan alam semesta, kita akhirnya bisa menyadari arti dari 'kita tahu' : bagaimana bumi itu. Dan arti dari 'kita tidak tahu' : bagaimana keadaan tempat yang ada pada tepian alam semesta? Dengan alam semesta, maka penulis atau seniman dapat memiliki bahan untuk ditulis atau bahan untuk membuat karya seni, sebagai perwujudan sifat dari daya mencipta atau berkreasi.
Sampai di sini dulu tulisan ini dibuat, meskipun kesannya begitu singkat tentang pembahasan ide utama yang menjadi judul tulisan ini, tapi harap dimaklumi karena adanya kesibukan lain yang harus dikerjakan.
Akhir kata, jika kita mengenal diri, maka kita akan mengenal Tuhan kita. Jika kita mengenal Tuhan kita, maka kita akan berbakti kepadaNYA. Jika kita berbakti kepadaNYA, maka kita akan berusaha menjalankan perintah dan laranganNYA. Wujud dari berbakti kepadaNYA adalah mendayagunakan segala kelebihan yang kita miliki untuk memberi manfaat yang positif kepada sekeliling. Dan jalan berpikir seperti inilah yang digunakan dalam memompa semangat Gerakan Memajukan Indonesia (Germein).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI