Namun ada dua kata yang berhasil membuatku hampir kehilangan kesadaran. Fakta bahwa Fatma ditemukan menggantung dirinya di dalam kamar.
Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tidak ada yang aneh dari Fatma, kami bahkan masih bercengkerama seperti biasa. Akan tetap sekarang, ia pergi tanpa mengatakan apapun. Padahal aku sudah berjanji untuk selalu ada di sisinya.
Kemudian motif di balik kepergian Fatma akhirnya aku dengar melalui berita. Kabarnya, ia sudah mengalami depresi sangat lama akibat pelecehan yang dilakukan oleh kerabatnya. Setelah semua itu, Fatma memilih jalan mengakhiri segalanya, termasuk hidupnya.
Dadaku sesak, mataku kembali terasa panas. Tak mau mendengar lebih lanjut, segera ku matikan televisi yang masih hangat membicarakan tentang wanita bernama Fatma.
Setelah wanita itu benar-benar pergi, aku akhirnya setuju dengan apa yang dia katakan. Dunia begitu gelap, bahkan di tempat yang sangat luas sama sekali tidak ada tempat untuk seorang wanita kurus yang bahkan bisa muat di dalam lemari kecil.
Aku benci dengan waktu yang tetap bergerak seperti biasa, padahal ada kehidupan yang sedang sangat menderita di sini. Namun daripada itu, aku lebih membenci betapa aku mencintai wanita yang pada akhirnya tidak bisa kulindungi.
Kalimat yang belum sempat aku ucap, biarkan mengembara melangit luas di ruang semesta. Aku mencintaimu, Fatma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H