Sejak bulan Mei 2021 Â sampai sekarang saya berusaha untuk lebih mempelajari apa arti dari hidup ini?, mengapa saya diciptakan seperti ini, mengapa saya diciptakan beragama, mengapa Tuhan telah menyetel selera saya didalam makanan, wanita, Politik, olahraga, saya juga bertanya mengapa saya ditakdirkan untuk lahir di keluarga yang berkecukupan, sedangkan banyak saudara-saudara kami yang ditakdirkan untuk terlahir di keluarga yang miskin. Memang pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang muncul dibenak anak kecil, jarangkali di benak orang dewasa.
Pada intinya saya melalui masa hidup yang membuat saya bertanya akan tujuan hidup saya, apakah saya diciptakan untuk menjadi Politisi?, apakah saya diciptakan untuk menjadi Pengacara atau hal-hal yang berkaitan dengan Jurusan Kuliah saya? Apakah saya diciptakan oleh-nya untuk menjadi Pramugara? Apakah saya ditakdirkan untuk menikah dengan Gebetan saya? Apakah saya memang ditakdirkan untuk memiliki pandangan Politik yang cukup konservativ (bila diukur dari barat)?
Mempertanyakan masa depan merupakan sebuah hal yang wajar dilakukan semua Mahasiswa, bahkan yang sudah bekerja pun juga memikirkan cara membuat tabungan pensiun. Ayah saya dan Ibu saya suka berimajinasi bahwa mereka akan menghabiskan hari tua mereka berdua'an di Pinggiran Yogyakarta, di sebuah Sawah yang besar yang jauh dari pemukiman.Â
Saya sebagai pemuda yang semangat memberontaknya membara suka menonton aktivisme. Para aktivis yang melawan rezim, ketika mereka akan dijebloskan ke penjara suka sekali berfikir "Bila aku meninggal, apakah perjuangan yang selama ini aku lakukan ini berguna bagi banyak orang? apakah mereka akan menikmati apa yang aku impikan? apakah apa yang aku perjuangkan itu benar? apakah itu salah? Â apakah aku telah meninggalkan jejak yang baik di bumi ini?".
Mempertanyakan masa depan merupakan hal yang wajar dilakukan, terutama bagi para mahasiswa dan para lulusan SMA. Hal ini wajar, namun dapat berakhir negatif bagi diri anda bila tidak mau move on. Mempertanyakan tujuan hidup, dan opini orang terhadap tentang diri sendiri juga sangat wajar dilakukan oleh Manusia, namun bisa berdampak sangat buruk terhadap mentalitas seorang Individu.
Setelah mempertanyakan tujuan hidup, saya akhirnya beranjak ke  Sosial Media 9gag, sosial media yang biasanya digunakan untuk membagikan memes, juga terdapat grup dimana kami boleh curhat. Saya pun mempertanyakan semua hal yang saya tanyakan diatas, lalu ada pengguna yang request saya untuk mempelajari Stoicism.Â
Suatu Filosofi kuno yang saya yakin banyak pengguna Kompasiana sudah kenal. Saya sudah mendengarkan kata Stoicism sejak 2018, namun saya belum mendalami stoicism sampai Mei 2021, dimana saya sudah mulai mempertanyakan masa depan kehidupan saya.Â
Stoicism merupakan Filosofi yang pada intinya mengajarkan kami bahwa ada beberapa hal yang bisa kami kendalikan, dan tidak bisa kami kendalikan dalam kasus memikirkan tentang masa depan. Wajar sekali bagi seorang Manusia memikirkan akan memiliki Rumah mewah, Mobil Ferrari, harta yang banyak, bisa keluar negeri sesukanya, dan bagi saya yang muda dan Jomblo, saya masih ingin menemukan  seseorang yang akan menemani hidup saya sampai ajal menjemput.
Bila seseorang mempelajari Stoicism, banyak orang yang salah menilai. Pada umumnya memang banyak Orang Stoic yang akhirnya tidak memiliki emosi, karena mereka mengira bahwa Stoicim merupakan Filosofi yang mengajarkan kami untuk tidak menunjukkan Perasaan kami. Itu sanagat salah dan merupakan kesalahan fatal yang sering dilakukan oleh seseorang yang mempelajari Stoicism, akhirnya mereka tidak melakukan apa yang para stoic harapkan dari mereka. Marcus Aurelius menulis semua suratnya ketika dia merasa sedih. Perasaan merupakan sesuatu yang dirasakan oleh seluruh umat Manusia.Â
Seorang Stoic memiliki 4 kebajikan. Saya selalu menyebutnya dengan 4K. 4K: Kebijakan, Keberanian, Keadilan, dan kesederhanaan.
Saya akan menejelaskan itu semua: