Suku Rongga mengutus tiga orang untuk mengambil dua batu dari Watu Lajar, Iteng, Manggarai. DUa orang bertugas mengangkat batu dan satu orang bertugas membawa bekal selama perjalanan. Fungsi kedua batu itu untuk menutup pintu masuk ke gunung Komba.Â
Namun, ada syarat yang harus dipenuhi oleh ketiga orang yang bertugas mengambil batu-batu itu. Mereka harus berjalan pada malam hari dan tidak boleh kesiangan. Ketika hendak memasuki gunung Komba, seorang yang membawa bekal secara tidak sengaja menyenggol sebuah bere (tas yang terbuat dari daun lontar) yang berisi seekor anjing.Â
Akibatnya, anjing mengeluarkan suara dan kedua batu itu perlahan menjadi berat. Di saat anjing menggonggong dengan keras, matahari telah terbit dan kedua batu tidak dapat diangkat lagi. Ketiga orang tadi tidak mampu membawa batu itu menuju pintu masuk ke gunung Komba. Kedua batu tertanam hingga saat ini dan tidak sampai di puncak gunung Komba.
Watu Susu Rongga
Sebagaimana telah dikisahkan sebelumnya, keberadaan Watu Susu Rongga mampu menjaga kelestarian mata air Wae Motu bagi ternak peliharaan masyarakat Rongga. Memelihara hewan merupakan salah satu mata pencaharian bagi masyarakat Rongga.Â
Hasil penjualan ternak biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka termasuk membiayai sekolah. Hal ini mau menegaskan bahwa kehidupan orang Rongga tidak bisa dipisahkan dari alam ciptaan Tuhan.Â
Keberadaan Watu Susu Rongga sangatlah penting bagi kehidupan orang Rongga. Watu Susu Rongga seperti "dua loh batu" yang diberikan Tuhan utntuk menjaga kehidupan bersama orang Rongga. Keberadaannya mampu menjaga kelestarian sumber mata air di sekitar gunung Komba.Â
Air yang mengalir dari gunung Komba mengandung cinta dan mengundang setiap ciptaan Tuhan untuk berbagi kasih dan kisah kehidupan. Banyak binatang dan tumbuhan yang datang merasakan kesegaran dari sumber mata air di sekitar Watu Susu Rongga.Â
Makna Watu Susu RonggaÂ
Watu Susu Rongga adalah "Air Susu" Orang Rongga. Air susu adalah produksi cinta yang dihasilkan oleh seorang ibu. Melaluinya mengalirlah kehidupan yang didasarkan pada cinta keibuan. Bumi selalu dipandang sebagai ibu. Merawat bumi berarti merawat ibu yang memiliki air susu kehidupan.