Mohon tunggu...
Aten Dhey
Aten Dhey Mohon Tunggu... Penulis - Senyum adalah Literasi Tak Berpena

Penikmat kopi buatan Mama di ujung senja Waelengga. Dari aroma kopi aku ingin memberi keharuman bagi sesama dengan membagikan tulisan dalam semangat literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Puasa di Flores dan Gadis Berjilbabku (2)

9 Mei 2019   19:16 Diperbarui: 9 Mei 2019   21:06 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kami hanya ingin memastikan bahwa adikku bisa keluar dan kembali berobat di rumah sakit," dia berharap.

"Aku bukan dokter. Aku buka psikolog. Jurusanku filsafat dan teologi. Aku Katolik. Aku Flores, NTT. Aku hitam dan keriting. Apa yang bisa diharapkan dariku? Dia cantik. Muslim. Jawa. Putih dan rambut halu. Dia seorang yang sangat sempurna," protesku dalam hati.

Saat tengah berbincang bersama sang kakak, aku mendengar bunyi kunci di kamar gadis muslim itu. Kakaknya kaget melihat hal itu. Ada tanda-tanda baik. Dalam hati aku berpikir inilah tanda penolakan yang paling nyata. Aku sedikit gugup dan perasaanku tidak tenang.

"Mas, maaf sebelumnya. Namanya siapa ya?" tanya sang kakak.

"Aku Aten, Mbak. Asalku Flores, NTT," jelasku.

"Oh, aku Nova," jawabnya.

***

Suasana rumah semakin sepi. Nova mengajak aku untuk mendekati gadis muslim itu. Saat hendak membuka pintu kamarnya, Nova berpesan untuk bersikap tenang. Aku gugup bukan main. Saat pintunya terbuka, aroma parfum menghiasi seisi ruangan. Semuanya tampak rapi. Aku dan Nova serentak kaget. Apakah ini pertanda baik? Aku tak tahu.

Gadis muslim itu tengah duduk di meja belajarnya. Dia menghadap jendela melihat pemandangan indah area persawahan. Dia sepertinya sudah pulih dan sehat.

"Rahma, ini Mas Aten. Dia yang akan membawa kamu ke rumah sakit," ungkap Nova.

Dia tak memalingkan wajahnya. Aku merasa gugup. Apakah dia menolak aku? Pertanyaan demi pertanyaan kembali mengotori otakku. Aku harus kuat menghadapi seorang yang sedang sakit. Ada sesuatu yang disembunyikan Nova dan Rahma. Hal itu terlihat dari senyum manis mereka. Aku takut mereka hanya akan mempermalukanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun