Cinta yang melebur  sebagaimana diibaratkan kayu kepada api yang menjadikannya abu mampu mengatasi rasa keterasingan dan keterpisahan.  Cinta mengizinkannya seseorang utuk  menjadi dirinya sendiri dan mempertahankan integritasnya. Dalam cinta sesuatu yang paradox bisa terjadi, yaitu dua makhluk yang menyatu namun tetap dua. Di sinilah logika cinta sebagai pemberian terwujud.
Dalam cinta seseorang membangun relasi untuk saling memberi dan membutuhkan sebagaimana kayu kepada api yang menjadikannya abu. Api  bisa menyala mengandaikan adanya kayu yang terbakar, yang kemudian melebur menjadi abu. Dalam cinta hal yang diberikan terkait dengan aspek manusiawi, yaitu hidup manusia itu sendiri.Â
Dengan memberikan hidupnya sedemikian, ia memperkaya pribadi lain, ia meningkatkan rasa semangat hidup orang lain itu dengan meningkatkan rasa semangat hidupnya sendiri. Cinta seperti ini merupakan ekspresi dari perwujudan rasa kasih sayang, sebagaimana kayu kepada api yang menjadikannya abu.
2. Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana: Dengan Isyarat Yang Tak Sempat Disampaikan Awan Kepada Hujan Yang Menjadikannya Tiada
Perasaan yang disampaikan Sapardi Djoko Damono dalam syair ini adalah cinta. Penyair juga mengungkapkan rasa gelisah jika cinta itu tidak akan bersatu dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.Â
Sapardi Djoko Damono mengedepankan cinta sejati dalam puisi di atas. Cinta sejati itu pambrih dan tidak menuntut balas jasa. Cinta sejati tidak pernah menindas, mengekang, membuat orang tidak merasa aman.Â
Cinta sejati tidak pernah menuntut. Dengan demikian cinta sejati selalu memerdekakan, artinya membuat diri jadi aman, damai, dan membuat orang lain aman dan damai. Dengan kata lain, cinta sejati selalu menghantar orang pada penerimaan diri, percaya diri, bisa mengepresikan diri secara benar, dan bebas dari segala tekanan dan penindasan.
Pada dasarnya, mencintai harus memberikan ruang cukup luas bagi orang yang dicintai untuk menjadi dirinya sendiri. Â Ekspresi menjadi diri sendiri menyata dalam aktus perkembangan diri sendiri seperti awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.Â
Awan adalah proses untuk menjadi hujan. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam mencintai ada rasa tanggung jawab yang diemban seperti proses terjadinya hujan. Awan memiliki tugasnya, demikian juga awan. Â Ada hal yang dihasilkan dari tugas.Â
Demikianpun dalam mencinta, ada tugas yang mesti menjadi tanggung jawab bersama. Dengan cinta, seorang keluar dari keterasingannya menuju perasaan kebersamaan dengan bermacam-macam bentuk pokok komunitas insani, bersatu dengan nilai-nilai objektif, membentuk eksistensi yang layak dan merealisasi tatanan moral.
Cinta sejati adalah yang selalu dalam tindakan memberi. Erich Fromm sebagaimana yang dikutip dalam Agus Cremers dalam buku Masyarakat Bebas Agresivitas mengemukakan bahwa Sifat aktif cinta menjadi nyata dalam fakta cinta itu mengandung unsur pemeliharaan penuh perhatian, tanggung jawab, respek dan pengenalan.Â