Mohon tunggu...
Ata Fudholi
Ata Fudholi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Bakrie

Do it yourself

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Suatu Analisis Dekonstruksi dalam Lagu "Oke-Gas" Kubu Prabowo-Gibran

7 Januari 2025   18:36 Diperbarui: 7 Januari 2025   18:36 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam realitas sosial, banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk keluar dari kesulitan. Misalnya, akses terhadap pendidikan dan pelatihan kerja, stabilitas politik, serta kebijakan ekonomi yang pro-rakyat. Dengan menampilkan narasi yang seolah-olah sederhana, lirik ini mengabaikan fakta bahwa perubahan membutuhkan usaha kolektif yang melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh ketidakmerataan akses terhadap fasilitas dasar seperti air bersih dan listrik. Jika visi "masa depan emas" tidak menyentuh isu-isu ini, maka narasi tersebut hanya akan menjadi slogan kosong yang gagal menghadirkan solusi nyata.

Dekonstruksi Derrida mengingatkan kita bahwa makna selalu bersifat ambigu dan tidak stabil. Dalam konteks lagu Oke Gas, "masa depan emas" dan "hidup sulit" bukanlah dua hal yang sepenuhnya terpisah. Sebaliknya, keduanya saling terkait dan saling mempengaruhi. Dengan membongkar oposisi biner ini, kita dapat memahami bahwa solusi untuk kesulitan hidup tidak cukup hanya dengan janji masa depan yang cerah, tetapi juga membutuhkan langkah konkret yang dapat diukur dan dievaluasi. Lirik ini, ketika dilihat melalui lensa dekonstruksi, bukan hanya soal membangun harapan, tetapi juga soal bagaimana narasi politik dapat menyederhanakan kompleksitas sosial. Dengan demikian, kritik terhadap oposisi biner ini bukan hanya soal retorika, tetapi juga soal tanggung jawab politik dalam menghadirkan visi yang realistis dan inklusif.

Kesimpulan

Dekonstruksi terhadap lirik "Oke Gas" membuka peluang untuk membaca ambiguitas dan kontradiksi yang tersembunyi. Misalnya, klaim tentang "kerja nyata" dapat dipertanyakan melalui realitas statistik: apakah indikator sosial seperti tingkat pengangguran atau akses pendidikan telah menunjukkan perubahan signifikan di bawah kebijakan pasangan calon ini? Selain itu, lirik seperti "Hidup yang sulit, silakan pamit" dapat dikritik sebagai narasi yang tidak inklusif. Dalam demokrasi yang sehat, visi politik seharusnya mencakup semua kalangan, termasuk mereka yang "hidup sulit." Eksklusi seperti ini justru bertentangan dengan prinsip keadilan sosial (Habermas, 1984).

Dekonstruksi terhadap lagu "Oke Gas" penting karena kampanye politik saat ini semakin memanfaatkan medium budaya populer untuk menyampaikan pesan mereka. Dengan membedah teks melalui pendekatan Derrida, kita dapat mengungkap bagaimana narasi politik dibangun, sekaligus menilai sejauh mana pesan-pesan ini mencerminkan realitas sosial. Pendekatan ini juga menawarkan wawasan baru bagi masyarakat untuk memahami retorika politik secara lebih kritis. Alih-alih menerima pesan kampanye secara harfiah, dekonstruksi mendorong kita untuk mempertanyakan apa yang tersembunyi di balik slogan dan jargon politik.

Lirik lagu "Oke Gas" adalah contoh bagaimana bahasa digunakan untuk menciptakan narasi politik yang tampaknya sederhana, tetapi sebenarnya sarat dengan ambiguitas dan kontradiksi. Dengan pendekatan dekonstruksi Derrida, kita dapat membongkar lapisan-lapisan makna dalam teks ini, mengungkap oposisi biner, dan mempertanyakan klaim yang disampaikan. Dalam konteks kampanye politik Indonesia, analisis semacam ini sangat relevan untuk menciptakan masyarakat yang lebih kritis dan sadar terhadap wacana yang mereka konsumsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun