Akibatnya, kita memilih untuk terlihat sibuk dengan tugas-tugas yang lebih mudah dan tidak terlalu berisiko, agar terhindar dari kerjaan yang sangat penting.
Kurangnya kepercayaan diri dalam kemampuan menyelesaikan tugas yang menantang juga menjadi faktor pendorong kita untuk menghindar.
Orang yang merasa tidak yakin dengan kemampuannya cenderung menghindari tugas yang bisa memperlihatkan kelemahannya, sehingga memilih untuk tetap sibuk dengan pekerjaan lain yang lebih familiar.
Dengan berpura-pura sibuk, bisa menunda tugas yang menantang tanpa merasa terlalu bersalah, karena masih terlihat produktif di mata orang lain.
Keempat, Keamanan Pekerjaan
Dalam beberapa kasus, di dunia kerja yang kompetitif dan tidak pasti, kita merasa perlu terlihat sibuk untuk menjaga keamanan pekerjaan kita.
Kita takut jika terlihat tidak sibuk, maka kita akan dianggap tidak diperlukan dan rentan terkena pemutusan hubungan kerja.
Keamanan pekerjaan menjadi perhatian utama bagi kita yang pura-pura sibuk. Ketakutan akan kehilangan pekerjaan sering mendorong pribadi kita untuk berpura-pura sibuk sebagai cara untuk menunjukkan nilai kita kepada atasan dan menjaga posisi mereka tetap aman.
Ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) selalu ada, terutama di masa-masa ekonomi sulit. Kita sering merasa bahwa dengan terlihat sibuk dan produktif, kita dapat mengurangi risiko di-PHK karena atasan akan melihat kita sebagai aset yang berharga.
Kita mengharapkan pribadi kita agar selalu terlihat sibuk dalam bekerja. Dalam lingkungan seperti ini, kita yang tidak terlihat sibuk bisa dianggap sebagai tanda kurangnya komitmen atau kompetensi, sehingga kita merasa perlu berpura-pura sibuk untuk mengamankan posisi kita.
Dampak Negatif dari Fake Productivity
Tadi beberapa alasan bagi kita yang pura-pura sibuk, padahal fake productivity. Apa dampak negatif dari pura-pura sibuk.
Pertama, Mengurangi Efisiensi
Maka kita akan menghabiskan waktu dan energi pada hal-hal yang tidak penting, pura-pura sibuk, akan mengurangi efisiensi keseluruhan tim atau organisasi di mana kita bernaung.