Di saat sela-sela melakukan berbagai rutinitas dalam pekerjaan, penulis sering melihat ada rekan kerja yang terlihat sangat sibuk dalam bekerja.
Dan jika ditanya, bagaimana kemajuan dari pekerjaannya, dan jawabannya selalu, "Saya sedang sibuk bekerja"?
Namun, ketika tiba saatnya diminta untuk menunjukan hasil akhir yang konkret dari semua aktivitas kesibukan itu, tidak ada yang bisa ditunjukkannya kepada kita.
Fenomena ini dikenal sebagai "pura-pura sibuk" atau "Fake productivity," di mana seseorang hanya terlihat sibuk tetapi sebenarnya tidak melakukan apa-apa yang bermanfaat atau bernilai.
Kita yang terlibat dalam perilaku ini mungkin berusaha untuk memberikan kesan bahwa kita sangat produktif dan berkomitmen pada pekerjaan kita. Padahal kenyataannya kita tidak melakukan pekerjaan yang berarti.
Ada Beberapa Alasan, Mengapa Seseorang Memilih untuk Pura-pura Sibuk
Pertama, karena adanya Tekanan Sosial dan Budaya Kerja
Di era modern ini, tekanan sosial dan budaya kerja yang kompetitif seringkali mendorong banyak individu untuk berpura-pura sibuk. Fenomena ini tidak hanya mempengaruhi produktivitas, tetapi juga kesejahteraan mental dan emosional.
Dan dalam banyak budaya kerja, ada ekspektasi yang tinggi untuk selalu terlihat sibuk. Kita sering merasa perlu menunjukkan bahwa kita adalah pekerja keras.
Untuk selalu terlihat produktif. budaya ini menganggap bahwa diri kita yang terlihat sibuk adalah individu yang berkontribusi lebih banyak dan lebih berharga bagi tempat di mana kita bekerja.
Akibatnya, kita akan sering merasa perlu menunjukkan bahwa kita selalu sibuk, bahkan ketika kita tidak benar-benar memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Yang tidak kalah pentingnya saat ini, peranan media sosial sering kali memperlihatkan gambaran yang tidak realistis tentang kehidupan kerja di dunia maya.