Mohon tunggu...
asy syifa mufidah
asy syifa mufidah Mohon Tunggu... Lainnya - sang pembelajar

Diskusi adalah energi. Menulis adalah kebutuhan. Membaca adalah modal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Review Buku Al-Qiyadah wal-Jundiyah

23 Februari 2021   13:30 Diperbarui: 23 Februari 2021   13:34 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku : Al-Qiyadah Wal-Jundiyah

Pengarang : Syaikh Mushthafa Mansyur

Penerjemah : Abu Ridha

Penerbit : Al-I’tishom Cahaya Umat

Cetakan : Cetakan Kedua Mei 2006

Tahun Terbit : 2001

Kota Terbit : Jakarta

Jumlah Halaman : viii + 173 halaman

ISI

Diawali dengan kondisi karakter dakwah Islamiyyah yang pada saat ini mewajibkan setiap muslim bergerak dan berusaha mewujudkan seluruh tuntunan Islam. Pada buku ini Syaikh Mushthafa Mansyur menyampaikan bahwa tujuan Islam mewujudkan kembali Daulah Islamiyyah Alamiyyah  merupakan kewajiban setiap muslim dan mewujudkannya hanya dapat dicapai dengan adanya jama’ah daan melaui Amal Jama’i.

Jamaah harus memiliki Manhaj, pemimpin dan anggota. Satu jamaah tidak mungkin dapat bergerak tanpa pimpinan yang mengatur seluruh gerakannya, menentukam tujuan dan sasaran serta saran, mengawasi dan mengontrol pelaksanaan programnya. Pimpinan juga berfungsi menghapus perselisihan yang timbul. Karena itu anggota jamaah harus taat dan mengikuti arahannya, mendukung dan meluruskan perjalanannya dengan cara memberi saran atau musyawarah. Satu jamaah tidak akan bernilai jika pimpinannya tidak berwibawa dan tidak ditaati anggotanya dalam persoalan ma’ruf , bukan dalam persoalan munkar dan maksiat.

Pimpinan menurut Syaikh Mushthafa Mansyur dalam bukunya ibarat kepala bagi tubuh. Pemimpin bertugas memikirkan dan mengkaji setiap masalah yang dihadapi. Pimpinan juga memberikan arahan-arahan dan harus mengawasi dan mengendalikan pelaksanaannya. Dengan demikian diharapkan gerakan dapat berjalan berkesinambungan dan selalu pada garis yang benar. Kekuatan dan kesadaran serta kemampuan prima seorang pemimpin sangat menentukan kekuatan gerakan, aktivitas, produktivitas. Sebaliknya, kelemahan satu jamaah dan ketidakmampuannya dalam mencapai tujuannya berkait erat dengan kelemahan dan ketidakmampuan pemimpin. Pimpinan dalam satu jamaah juga merupakan lambang kekuatan, persatuan, keutuhan dan disiplin shaff. Sedangkan persatuan adalah lambang kekuatan. Kedudukan pemimpin dalam satu jamaah tidak boleh dijadikan bahan rebutan dan pelampiasan ambisi seseorang. Sebab pimpinan dalam jamaah adalah tanggung jawab dan amanah yang dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT dihari kiamat nanti.

Kemudian Syaikh Mushthafa juga menjelaskan tentang keanggotaan. Menurutnya setiap pribadi Muslim menjadi anggota yang berguna dan aktivis yang berhasil guna untuk mewujudkan kesatuan umat. Terdapat manhaj untuk mempersiapkan anggota jamaah secara berangsur-angsur (tajarrud) melalui tahap pengenalan (ta’rif), pembentukan (takwin) dan pelaksanaan (tanfidz). Hal demikian adalah untuk mempersiapkan anggota yang berjiwa prajurit dan berdisiplin tinggi karena anggota yang demikian tak kurang penting kedudukannya dengan pimpinan.

Pimpinan mempunyai amanah dan beban yang sangat berat. Besar dan beratnya tanggung jawab pimpinan, ditentukan oleh besarnya cita-cita dan tujuan yang akan dicapai dan tergantung luasnya daerah atau medan pergerakan yang berkembang terus sehingga hampir meliputi seluruh dunia. Banyaknya jumlah anggota jamaah pun juga menjadikan amanah seorang pemimpin menjadi berat.  Pemimpin bertanggung jawab memberikan arahan kepada setiap anggota untuk menjalankan langkah-langkah gerakan dan mencapai hasil bidang dakwah.

Amanah pun menjadu berat karena produktivitas yang dihasilkan atas usaha jamaah besar pula dan kompleksnya permasalahan dunia Islam dan saling berkait serta perlu ditangani secara cepat. Amanah ini berat karena seluruh umat Islam yang berjuang menaruh harapan dan meletakkan cita-cita kepadanya dan panjangnya jalan dakwah serta banyaknya rintangan, onak duri dan lika-likunya. Dan diakhir Syeikh Mushthafa menjelaskan beratnya amanah seorang pemimpin yang bergerak dijalan dakwah itu ialah karena karakter tahap dakwah yang sedang dilaluinya.

Dalam bukunya juga menjelaskan hal-hal yang harus diperhitungkan setiap pimpinan dalam rangka melaksanakan tugasnya yaitu yang pertama ialah ikhlas karena Allah semata. Kemudian pimpinan juga harus peka terhadap pengawasan dan penjagaan Allah yang terus menerus terhadap seluruh waktu dan amal usaha. Memohon pertolongan dan perlindungan Allah dalam seluruh keadaan dan aktivitasnya juga pemimpin harus memilika rasa tanggung jawab besar yang dapat mendorongnya untuk selalu menjaga diri dalam memegang amanah. Pimpinan harus memberikan perhatian yang cukup kepada masalah pendidikan dan menjalin rasa kasih sayang dan ukhuwah yang tulus dikalangan anggota jamaah.

Pemimpin harus merencanakan program yang tepat, menentukan tujuan, tahapan, cara, sarana, persiapan-persiapan sesuai dengan kemampuan. Pemimpin juga harus selalu bersungguh-sungguh menyalakan cita-cita, mengukuhkan tekad, membangkitkan harapan dikalangan anggota jamaah.

Terdapat pula beberapa sifat dan akhlak yang harus dimiliki setiap pemimpin dakwah seperti senantiasa mengharapkan akhirat dengan ikhlas karena Allah semata, berdaya ingat kuat, bijak, cerdas, berpengalaman luas, berpandangan jauh dan tajam, berwawasan luas, mampu menganalisis berbagai persoalan dari segala segi dengan tepat dan cepat menerapkan hasil analisanya dengan baik. Berperangai penyantun, kasih sayang, lemah lembut dan ramah. Memiliki sifat bersahabat, berani dan sportif, tidak pengecut dan tidak membabi buta. Shidiq benar dalam berkata, sikap dan perbuatan, tawadhu’  merendahkan diri dan tidak membanggakan diri kepada manusia. Memaafkan, menahan amarah dan berlaku ihsan. Menepati janji, sumpah setia dan sabar. Iffah dan kiram tidak mudah tunduk kepada hawa nafsu dan kecendrungan yang mengotori jiwa.

Wara’ dan zuhud, adil dan jujur, tidak mengungkit-ungkit dan menyombongkan diri, memuliakan hal-hal yang diberikan Allah. Berlapang dada dan tidak melayani pengumpat dan pengadu domba. Tekad bulat, tawakkal dan yakin, sederhana dalam segala hal, bertahan dalam kebenaran dengan teguh dan pantang mundur. Menjauhi sikap pesimistis dan over estimasi.

Dalam bukunya terdapat dua puluh dua petunjuk pergaulan antara pemimpin dan anggota. Diantaranya dimulai dari pemimpin harus pandai memilih orang yang layak dalam memegang jabatan dan dalam menyelesaikan persoalan. Tidak boleh bersikap pesimis dan buruk sangka, sehingga ia melihat semua orang dan peristiwa dari sisi keburukan dan kekurangannya saja. Semestinya seorang pemimpin dapat bergaul rapat dengan pada pembantu dan anggotanya. Memperbaiki pembagian tugas dan menentukan mengatur dan memudahkan jalur komunikasi di setiap peringkat.

Pemimpin harus berusaha agar meningkatkan posisi kepemimpinan dan melatih anggota sesuai dengan bidang yang benar dan berguna. Namun seorang pemimpin juga penting memberikan kebebasan  kepada anggota dalam rangka untuk memilih sarana dan cara paling baik yang dapat membantu kinerja mereka. Membangkitkan semangat kerja sama yang penuh kejujuran diantara anggota.

Syeikh Mushthafa Mansyur menjelaskan ada beberapa persyaratan pokok seorang aktivis. Memahami benar arti komitmennya kepada Islam, mengenali karakter tahapan dakwah yang sedang dijalaninya dengan segala tuntutannya, meyakini seyakin-yakinnya bahwa kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah adalah cara yang benar dan serius untuk menyelamatkan umat Islam. Seorang anggota pun menurutnya harus yakin akan kewajiban bergerak membangkitkan iman di dalam jiwa manusia.

Seorang muslim harus mengetahui sejelas-jelasnya bahwa amal usaha menegakkan Daulah Islamiyyah adalah kewajiban setiap Muslim dan Muslimah dan mengetahui bahwa kewajiban ini tidak mungkin terlaksana dan tercapai tanpa adanya amal dan usaha bersama, dengan organisasi rapi, berdisiplin kuat dan dengan menyatupadukan semua potensi.  Didalam buku ini juga menjelaskan bahwa seorang Muslim harus menyadari perlunya memiliki jamaah yang akan dimasukinya sebelum memilih satu jamaah, soerang Muslim terlebih dahulu harus meneliti sifat-sifat asasi terhadap jamaah tersebut. Seterusnya seorang Muslim juga harus mengetahui bahwa dasar Islam adalah kesatuan kata dan shaff.

Syeikh Mushthafa Masyhur mengatakan dalam bukunya bahwa dalam memilih sebuah jamaah seorang Muslim harus dengan kesadaran sendiri, tidak karena desakan, paksaan, berpura-pura, tenggang rasa dan kepentingan lain karena persoalan ini adalah persoalan besar, penting dan menentukan , serta akan memikul berbagai beban dan tanggungjawab. Kemudian memahami dasar gelanggang ini hanyalah semata-mata karena Allah, bukan karena siapa-siapa. Setiap anggota jamaah juga harus mengetahui dan memahami bahwa persoalan terpenting dijalan dakwah ialah sadar terhadap pengawasan Allah SWT.  

Terakhir dalam penjabaran Syeikh Mushthafa Masyhur tentang pesyaratan pokok seorang anggota bahwasanya seorang anggota jamaah harus menghiasi dirinya dnegan seluruh akhlak Islam dan menjauhi segala macam budi pekerti yang buruk dan sifat-sifat yang dilarang Islam. Dalam bukunya juga dijelaskan beberapa keharusan dan perilaku anggota yang ditegakkan diantaranya seorang Muslim tang telah memilih satu jamaah sebagai wadah perjuangan harus berusaha menjadi seorang Mukmin yang teguh dan yakin terhadap Amal Jama’I dengan segala tuntutannya.

Seorang Muslim yang menyerahkan hidupnya untuk berjuang karena Allah dan menegakkan kekuasaan agama Allah, harus berniat ikhlas karena Allah semata, hatinya suci dari segala macam penyakit bathin yang dapat meruntuhkan dan merugikan amal seperti penyakit riya’, mabuk kekuasaan, angkuh, gila pangkat dan kedudukan  dan lainnya.

Buku ini juga menjelaskan aturan dan adab pergaulan pimpinan dan anggota. Suasana antar pemimpin dan anggota harus bersifat saling menghormati dan menghargai. Pemimpin tidak boleh berlagak sebagai boss dan anggota juga tidak boleh mencari kelemahan pemimpinnya. Adab pergaluan dan perbincangan diantara pimpinan dan anggota harus dijaga. Dalam pembicaraan, orang pertama mengajak bicara harus menghadap kepada yang diajak bicara, mengucapkan kata-katanya dengan jelas dan wajar. Orang yang mendengar juga harus menghadap orang yang ngajak bicara, ia harus diam mendengarkan pembicaraannya dan memperhatikannya serta tidak memotong pembicaraannya.

Suasana saling mempercayai dan berbaik sangka antar pimpinan dan anggota merupakan persoalan asasi untuk memastikan kebaikan gerakan di jamaah. Saling menasehati dengan sesama karena sebuah kewajiban seorang Muslim untuk membimbing dan meluruskan kekurangan manusia karena orang Mukmin menjadi cermin saudaranya, dan sifat seorang Mukmin untuk saling nasehat-menasehati. Saling mencintai dan bersaudara semata-mata hanya karena Allah. Mengeratkan hubungan antara pemimpin dan anggota dalam hal tukar-menukar pendapat dan menyatukan sikap dan fikiran dalam berbagai persoalan yang dihadapi.

Hal pergantian pemimpin pun menjadi perlu diperhatikan. Adakalanya seorang pemimpin terpaksa dibebaskan dari jabatan dan tugasnya lalu ia menjadi anggota biasa. Jika terjadi, maka pemimpin tersebut harus menerimanya dengan ikhlas dan penuh kerelaan serta berlapang dada. Kemudian didalam buku ini pemimpin dan anggota harus siap untuk menerima dan tunduk kepada hukum Allah dan Rasulnya serta yakin tanpa ada keraguan dan kesombongan, sebab ketundukan inilah yang paling kuat dorongannya dalam menyelesaikan segala macam perselisihan akan selesai tuntas apabila dikembalikan kepada Allah dan Rasulnya. 

Pada bab terakhir dibuku ini membahas sistem dan pengaturan serta pengendalian pertemuan-pertemuan. Sistem dan pengaturan pada dasarnya harus disusun berdasarkan kerangka-kerangka Islam dam dijalakan nya sebuah sistem juga didasari kebiasaan-kebiasaan Islam.

Kelebihan buku ini menurut penulis sangatlah banyak, dimana buku ini menyadarkan kita akan tugas-tugas yang dilakukan dalam membentuk Daulah Islamiyyah, kemudian buku ini hadir dengan bacaan yang mudah dipahami serta dilengkapi dengan ayat Al-Quran sebagai landasan.  Buku ini juga menjelaskan berupa poin-poin sehingga cukup jelas untuk mengambil isi sari dari buku ini

Namun, buku ini juga memiliki kekurangan, Syeikh Mushthafa Masyhur kurang menjelaskan tentang mengapa pentingnya seorang Muslim untuk menjadi pemimpin dan sikap apa yang baik dilakukan jika pemimpin bukalah seorang Muslim. Semoga bermanfaat dan bisa dijadikan referensi untuk pembuatan buku selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun