Mohon tunggu...
Aswin
Aswin Mohon Tunggu... Lainnya - Setiap waktu adalah kata

Berusaha menjadi penulis yang baik

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

SOKSI, Manusia adalah Barang, Bukan Orang

30 September 2024   21:11 Diperbarui: 30 September 2024   21:34 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, ada peristiwa menarik perhatian publik, lantaran dari salah satu supir bus yang mengangkut pasukan sejumlah Depicab, menurunkan penumpang (anggota-relawan SOKSI), ditengah jalan, tidak sampai pada tempat lokasi Acara. Dan DEPICAB itu diketahui, tidak berada dilokasi, dan terlihat para relawan-anggotanya, menumpang salah satu bus yang di koordinir oleh DEPICAB lainnya, dan membuat anggota-relawan yang berada dalam bus itu merasa keberatan, lantaran menjadi semakin sesak dan kepanasan.

Apakah peristiwa itu, akan mendapatkan evaluasi perhatian serius dari pimpinan diatasnya ? Ataukah akan di abaikannya? Selama sistem politik Indonesia yang absurdis dan cenderung pragmatis, maka segala persolan manusia dan kemanusiaan dapat diselesaikan dengan uang. Hakekat kemanusiaan manusia telah dianggap sebagai barang untuk melakukan transaksi perdagangan.

Apakah demokrasi di Indonesia telah berubah dan cenderung pada pola kleptokrasi? Fenomena politik yang berkelindan, tampaknya mengarah pada pola kleptokrasi. Suatu politik yang berupaya memindahkan kekayaan negara dan rakyatnya untuk segelintir orang, oligarkis.

Manusia Indonesia (mungkin) dianggap para elit politik dan ekonomi, serupa barang dagangan yang dapat di perjual-belikan dipasar pasar demokrasi yang gelap. Satu suara di harga kan sesuai kesepakatan antara penjual dengan pembeli. 

Semakin kaya, maka akan besar sekali mendapatkan barang, dan akan lebih mudah di konversikannya dalam bentuk jabatan kekuasaan dan kekayaan lain. Mendapatkan keuntungan akumulatif demokrasi di suatu negara, termasuk Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun