Namun, ada peristiwa menarik perhatian publik, lantaran dari salah satu supir bus yang mengangkut pasukan sejumlah Depicab, menurunkan penumpang (anggota-relawan SOKSI), ditengah jalan, tidak sampai pada tempat lokasi Acara. Dan DEPICAB itu diketahui, tidak berada dilokasi, dan terlihat para relawan-anggotanya, menumpang salah satu bus yang di koordinir oleh DEPICAB lainnya, dan membuat anggota-relawan yang berada dalam bus itu merasa keberatan, lantaran menjadi semakin sesak dan kepanasan.
Apakah peristiwa itu, akan mendapatkan evaluasi perhatian serius dari pimpinan diatasnya ? Ataukah akan di abaikannya? Selama sistem politik Indonesia yang absurdis dan cenderung pragmatis, maka segala persolan manusia dan kemanusiaan dapat diselesaikan dengan uang. Hakekat kemanusiaan manusia telah dianggap sebagai barang untuk melakukan transaksi perdagangan.
Apakah demokrasi di Indonesia telah berubah dan cenderung pada pola kleptokrasi? Fenomena politik yang berkelindan, tampaknya mengarah pada pola kleptokrasi. Suatu politik yang berupaya memindahkan kekayaan negara dan rakyatnya untuk segelintir orang, oligarkis.
Manusia Indonesia (mungkin) dianggap para elit politik dan ekonomi, serupa barang dagangan yang dapat di perjual-belikan dipasar pasar demokrasi yang gelap. Satu suara di harga kan sesuai kesepakatan antara penjual dengan pembeli.Â
Semakin kaya, maka akan besar sekali mendapatkan barang, dan akan lebih mudah di konversikannya dalam bentuk jabatan kekuasaan dan kekayaan lain. Mendapatkan keuntungan akumulatif demokrasi di suatu negara, termasuk Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H