Mohon tunggu...
astuti dewi
astuti dewi Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di TK Tunas Harapan Petai Baru

Seorang pendidik yang ingin mendedikasikan ilmu yang saya miliki untuk dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Anak usia Dini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Permainan Kinestetik untuk Meningkatkan Kemampuan Matematika Awal

1 Desember 2023   10:43 Diperbarui: 1 Desember 2023   12:18 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak: Tujuan  penelitian  ini untuk meningkatkan kemampuan matematika awal melalui model permainan kinestetik pada anak kelompok B di TK Tunas Harapan Desa Petai Baru. Penelitian ini menggunakan metode matematika awal dan model pembelajaran kinestetik, hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase peningkatan pada siklus I dan siklus II masing-masing sebesar 53,10% dan 82,20%

Kata Kunci: Matematika Awal, Permainan Kinestetik

Abstract: The purpose of this study is to improve early mathematical skills through a kinesthetic game model in group B children in Tunas Harapan Kindergarten Petai Baru Village. This study used initial mathematical methods and kinesthetic learning models, the results showed that the percentage increase in cycle I and cycle II was 53.10% and 82.20% respectively

Keywords: Early Math, Kinesthetic Games

 PENDAHULUAN

            Menurut Undang-Undang tentang perlindungan terhadap anak (UURI Nomor 32 2022) Bab 1 Pasal 1dinyatakan bahwa anak adalah sesorang yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 28 Ayat 1, rentangan anak usia dini adalah 0-6 tahun yang tergambar dalam pernyataan yang berbunyi: pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak mempunyai kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

            Yuliana Sujiono (2014), menyatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan hingga usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan bagi pembentukan karakter dan kepribadian anak serta kemampuan intelektualnya.

Berdasarkan berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah mereka yang berusia di bawah 6 tahun termasuk mereka yang mash berada dalam kandungan yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, kepribadian, dan intelektualnya baik yang terlayani maupun tidak terlayani di lembaga pendidikan anak usia dini.

Masih banyak orangtua yang   menganggap   bahwa   anak yang cerdas  dapat    menguasai  atau mampu  calistung  (baca,  tulis  dan berhitung)  sedini  mungkin.  Para orangtua   memiliki   kekawatiran bahwa  ketika  anaknya  melanjutkan pendidikan  sekolah  lanjutan  akan terhalang   dikarenakan   anaknya belum   menguasai   kemampuan matematika,   sebab   saat   masuk sekolah lanjutan  anak harus melalui serangkaian   tes,   dimana   salah satunya kemampuan matematika.

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang berhubungan dengan bilangan dan analisis. Bagi anak usia dini, matematika adalah pemahaman tentang angka, pengukuran dan pengklasifikasian. Matematika  sangat dibutuhkan dalam menstimulasi kemam-puan berpikir dan daya ingat anak serta mem-pengaruhi perkembangan aspek lainnya. Anak dituntut untuk dapat menghadapi tantangan kehidupan yang global dan dapat memecahkan masalah yang ada pada kehidupannya.Oleh karena itu, pembelajaran matematika sejak usia dini bermanfaat dalam menyiapkan anak menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada masa usia dini merupakan masa terjadinya kematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi (rangsangan) yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan potensi fisik (motorik), intelektual, emosional, sosial, bahasa, seni dan moral spiritual.

Untuk meningkatkan kecerdasan kines- tetik pada anak, tentu membutuhkan rasa ingin tahu yang tinggi dan harus didukung oleh materi atau metode yang bervariasi agar menarik bagi anak. Metode, strategi, pendekatan serta teknik yang digunakan oleh Guru dalam pelaksanaan pembelajaran akan sangat membantu kelancaran dan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran

              Permasalahan kemampuan matematika awal pada anak usia dini diantaranya  ditemui  di  TK  Tunas Harapan Petai Baru yang  peneliti  amati  yaitu klasifikasi, menjodohkan, mengurutkan, membandingkan  dan membilang hasil obeservasi. Sedangkan permainan kinestetik yang dilakukan adalah lari tangkas, lari zig-zag, lari bersama bendera, tebak dan terka, lempar bolamu, lompati segitigamu, lari estafet, berjinjit di gambar rumah, dimana rumahmu, merayap dibawah rintangan. Dari 15 jumlah anak yaitu 10 orang anak laki-laki dan 5 orang anak perempuan didapati belum mencapai kriteria ketuntasan yaitu 76%. Sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan matematika anak dengan cara penyampaian melalui permainan kinestetik. Dan kegiatan yang dimanfaatkan guru untuk mempermudah pembelajaran dan menyampaikan materi yang akan dilaksanakan.

KAJIAN TEORI

Konsep  Kemampuan  Matematika Anak Usia Dini

            Bagi anak usia dini matematika adalah pemahaman tentang angka, pengukuran dan pengklasifikasian. Matematika sangat dibutuh-kan dalam menstimulasi kemam-puan berpikir dan daya ingat anak serta mempengaruhi perkembangan aspek lainnya. Anak dituntut untuk dapat menghadapi tantangan kehidupan yang global dan dapat memecahkan masalah yang ada pada kehidupannya.

Oleh karena itu, pembelajaran mate-matika sejak usia dini bermanfaat dalam menyiapkan anak menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian (Mirawati, 2017) pembelajaran matematika yang dilaksanakan di berbagai lembaga PAUD terkadang tidak sesuai dengan tahapan perkembangan anak dan cenderung terjadi kekeliruan dalam pelaksanaannya.

Matematika erat kaitannya dengan konsep, sehingga apabila ingin sukses pada bidang matematika harus menguasai konsep matematika terlebih dahulu. Pada mate-matika setiap konsep saling berkaitan dan men-jadi prasyarat bagi konsep yang lainnya. Karena konsep matematika saling berkaitan satu dan lainnya maka untuk mempelajarinya harus runtut dan berkesinambungan dan apa bila konsep dapat dipahami maka akan memudahkan untuk memahami konsep berikutnya yang lebih kompleks (Hidayat, 2018).

Oleh karena itu penguasaan konsep menjadi penting bagi pemahaman matematika, apalagi konsep dasar. Konsep dasar dalam pembelajaran matematika berupa materi-materi yang baru diberikan dan ditanamkan untuk selanjutnya menjadi prasyarat dalam memahami konsep-konsep berikutnya (Karso, 2014).

Mengembangkan konsep belajar matematika pada anak usi 3-6 tahun atau usia dini dapat dilakukan diantaranya:

  • Mengembangkan konsep angka pada anak,
  • Mengembangkan pola konsep dan hubung-an
  • Mengembangkan konsep hubungan geo-metri,
  • Mengembangkan konsep pengukuran,
  • Mengembangkan konsep pengumpulan, pengaturan dan tampilan data (Rachmawati 2008).

Permainan Kinestetik

            Permainan merupakan suatu hal yang dimainkan dengan aturan tertentu yang bertujuan untuk kesenangan dan juga untuk tujuan pendidikan (Adhanisa, et.al,2016) Permainan dalam pembelajaran digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik (Andriadi & Saputra, 2021).

Piaget dalam  Santrock    (2012) menje-    laskan permainan  merupakan  suatu  media yang  meningkatkan  perkembangan kognitif  pada  anak-anak.  Mengacu pada  berbagai  pendapat  tersebut permainan    kinestetik dalam    penelitian ini adalah permainan yang dilakukan   dalam   bentuk   gerak kinestetik   dalam   meningkatkan kemampuan  matematika  awal  anak usia    dini.

Permainan kinestetik merupakan salah satu permainan yang didalamnya terdapat berbagai macam unsur gerak dasar. Permainan kinestetik sendiri sangat eratkaitannya dengan motorik anak. Motorik merupakan perkem- bangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Anak yang memiliki kecerdasan kinestetik yang baik akan merespon melalui gerak tubuh dengan cepat.

            Pembelajaran melalui permainan dianggap dapat memberikan solusi yang efektif dan efisien. Salah satu permainan yang dipilih yaitu dengan penggunaan ragam permainan kinestetik. Jika dilihat, permainan kinestetik sendiri memiliki gerakan yang sangat beragam. Sehingga guru dapat mengkombinasikan berbagai gerakan untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar siswa

Model Kemampuan Matematika Anak Usia Dini Yang Dikembangkan Melalui permainan Kinestetik

Berdasarkan pendapat beberapa ahli diantaranya, NAEYC'S, Feeney, NCTM, Brewer, Dodge, Charlesworth, Mercer, Piaget, Kennedy, dan Susan Smith dapat disimpulkan bahwa kemampuan matematika adalah kemampuan matematika anak yang diperoleh dari berbagai proses. Kemampuan matematika tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk konsep untuk memecahkan masalah yang diwujudkan dalam pengetahuan seperti: klasifikasi, mengurutkan benda, mencocokan, membandingkan dan membilang.

Permainan kinestetik ini didalamnya disimulasikan dengan permainan olah fisik berupa tepuk, nyanyian, dan gerakan yang dinamis. Sehingga anak akan merasa nyaman dan senang serta tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut, dengan kondisi seperti ini akan memudahkan anak dalam penyerapan informasi baru mengenai konsep-konsep matematika secara sederhana (Setiyo Utoyo dan Irvin Novita Arifin :2017).

Dengan mengembangkan kemampuan matematika anak dapat terlatih, akan tetapi juga skill dan attitude anak dapat dikembangkan secara bersamaan. Skill di sini dapat berupa a kemampuan menyanyi, motorik skill bahkan juga attitude anak dapat ditanamkan sejak dini. Attitude atau sikap anak ini dapat dilihat berupa bagimana anak mampu untuk mentaati peraturan dalam kegiatan, saling menghargai dalam kegiatan kelompok, kepekaan terhadap sesama atau simpati, serta bagaimana sikap anak untuk menerima kekalahan dan kemenangan dalam permainan.

METODE PENELITIAN

            Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru dikelas atau disekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran. Arikunto (2010:135), rancangan dimulai dengan planning (perencanaan), action (tindakan), observation (observasi) reflection (refleksi).

            Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan matematika anak melalui strategi pembelajaran kinestetik pada anak usia 5-6 tahun pada kelompok B pada di TK Tunas Harapan Desa Petai Baru yang berjumlah 15 orang anak, 10 orang anak laki-laki dan 5 orang anak perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dengan analisis data diolah oleh peneliti menggunakan rumus sederhana sebagai berikut:

(Sumber: Suharjono, 2008:76)

Keterangan:    

P = Persentase

F = Nilai keseluruhan yang diperoleh tiap anak

N = Skor maksimum seluruh anak

 

HASIL 

            Persiapan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran kemampuan matematika awal melalui metode pembelajaran kinestetik dilakukan dalam kegiatan klasifikasi, menjodohkan, mengurutkan, membandingkan  dan membilang. Proses strategi pembelajaran kinestetik untuk meningkatkan kemampuan awal dirancang berdasarkan kurikulum yang disesuaikan dengan sekolah dan kebutuhan anak.

            Hasil penelitian ini tentang proses penelitian yang dilakukan selama dilapangan dari awal hingga memperoleh data penelitian. Tindakan yang dilakukan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

            Kesimpulan belum tercapainya target pada siklus I bahwa pembelajaran yang sudah di uji cobakan ada 10 permainan yaitu (a) lari tangkas, (b) lari zig-zag, 3) lari bersama Bendera, (c) Tebak dan Terka, (d) Lempar Bolamu (e) Lompati Segitigamu, (f) Lari Estafet, (g) Berjinjit di Gambar Rumah, (h) Dimana Rumahmu, (i) Merayap Dibawah Rintangan.

            Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I guru melakukan perbaikan dalam memberi apersepsi menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, mendemonstrasikan kegiatan secara jelas dan memberikan penguatan disesuaikan dengan topiknya. Berdasarkan hasil observasi dan analisis data siklus I dan II dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan kinestetik belum mencapai kriteria ketuntasan pada siklus I. Namun pada siklus II mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan yaitu 76% dan dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1

Rekapitulasi Hasil Observasi

 

Grafik peningkatan kemampuan matematika awal melalui permainan kinestetik dari siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut:

screenshot-16-656955b5de948f3afb675e42.jpg
screenshot-16-656955b5de948f3afb675e42.jpg
(Sumber: Hasil penelitian siklus I dan II)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa anak mengalami peningkatan kemampuan matematika awal melalui permainan kinestetik pada setiap siklusnya. Adapun terjadinya peningkatan kemampuan anak karena cara penyampaian melalui permainan kinestetik anak merasa antusias dan senang. Dan kegiatan yang dimanfaatkan guru untuk mempermudah pembelajaran dan menyampaikan materi yang akan dilaksanakan. Depdiknas, (2009:11) media yang kreatif dapat merangsang perkembangan anak meningkatkan keberanian anak.

PEMBAHASAN

              Berdasarkan hasil perhitungan melalui pengamatan (observasi) pada anak kelompok B di TK Tunas Harapan Desa Petai Baru dan kegiatan mengenal matematika awal melalui permainan kinestetik sudah mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan dengan presentase pada siklus I sebesar 53,10% dan siklus II sebesar 82,20% sehingga terjadi peningkatan sebesar 29,10%.

              Penelitian ini didukung oleh teori Hartati (2009:106) bahwa permainan kinestetik adalah suatu aktivitas langsung dan spontan digunakan untuk berbagai tujuan yang menyenangkan setiap anak selalu ingin bermain sebab dengan bermain anak merasa rileks dan senang dan tidak tertekan untuk bereksplorasi  permainan lari tangkas, lari zig-zag, lari bersama bendera, tebak dan terka, lempar bolamu, lompati segitigamu, lari estafet, berjinjit di gambar rumah, dimana rumahmu, merayap dibawah rintangan.

KESIMPULAN DAN SARAN

              Dari hasil kegiatan mengenal matematika awal melalui model permainan kinestetik memiliki dampak positif pada anak adalah 1) aktivitas guru dalam pembelajaran meningkat setiap siklusnya pada siklus I didapatkan hasil sebesar 70% dan pada siklus II sebesar 85%, 2) aktivitas anak melalui permainan kinestetik meningkat setiap siklusnya pada siklus I sebesar 67,80% menjadi 85% , 3) kemampuan kinestetik anak meningkat pada siklus I nilai persentase yang didapatkan sebesar 53,10% dan pada siklis II sebesar 82.20%.

Adapun saran dari kesimpulan diatas yaitu 1) bagi guru perlu melakukan kegiatan pembelajaran mengenal matematika awal untuk meningkatkan kemampuan kinestetik anak hendaknya guru lebih memaksimalkan metode dalam setiap pembelajaran, 2) untuk meningkatkan respon dan antusias anak dalam mengenalkan matematika awal melalui permainan kinestetik guru seharusnya lebih mempersiapkan rencana dan pelaksanaan agar berjalan dengan lancar, 3) diharapkan untuk melengkapi kekurangan yang ada untuk mengembangkan ilmu khusunya pendidikan anak usia dini melalui model permainan kinestetik untuk meningkatkan kemampuan matematika awal pada anak usia dini.

DAFTAR PUSTAKA

 

Arikunto., Suharsimi. 2010. "Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik". Rineka Cipta: Jakarta

Aristono, Toton., Abdul Rachman Syam Tuasikah., Moedajanahu. 2023."Penggunaan Ragam Permainan Kinestetik Sebagai Upaya Peningkatan Keterampilan Gerak Dasar SDN Sawunggaling VIII/389 Surabaya". Jurnal Muassis Pendidikan Dasar. Vol 2

Friantini, R.N., R. Winata., P. Annurwanda., S. Suprihatiningsih., M. F. Annur., B. Ritawati., Iren. 2020. "Penguatan Konsep Matematika Dasar Pada Anak Usia Sekolah Dasar". Vol 01.

Hartati, Sofia. 2009. "Bermain dan Penataan Lingkungan Main. Bahan Penataran Pendidik PAUD Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Non Formal (PTKPNF)". PMPTK-DEPDIKNAS

Lubisa, Nur Ainun., Ali Umar. "Pengenalan Konsep Matematika Pada Anak Usia Dini". Jurnal Pendidikan Anak. SEULANGA

Misrawati, Dadan Suryana. 2022.  "Bahan Ajar Matematika Berbasis Model Pembelajaran Tematik terhadap Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini". Vol 6. Jurnal Obsesi. Universitas Negri Padang.

Nurhazizah. 2014. "Peningkatan Kemampuan Matematika Awal Melalui Strategi Pembelajaran Kinestetik". Jurnal Pendidikan Usia Dini. Vol 8. Universitas Negri Jakarta

Sobariahu., Fifiet Dwi Tresna Santana. 2019. "Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini Melalui Media Tari Mapag Layung". Vol 2. Jurnal Ceria. Cimahi.

Sokhibah., Dewi Komalasari. "Meningkatkan Kemampuan Kognitif Mengenal Warna Melalui Bermain Bola Pada Anak Kelompok A". Universitas Negri Surabaya

Utoyo, Setiyo., Irvin Novita Arifin. 2017. "Model Permainan Kinestetik Untuk Meningkatkan Kemampuan Matematika Awal Pada Anak Usia Dini". Jurnal Pendidikan Usia Dini. Vol 11. Universitas Negri Padang

Utoyo, Setiyo., Irvin Novita Arifin. 2017. "Permainan Matematika-ku". Ideas Publishing: Gorontalo.

Widhianawati, Nana. 2011. "Pengaruh Pembelajaran Gerak dan Lagu dalam Meningkatkan Kecerdasan Musikal dan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini". Edisi Khusu No 2.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun