Ya, sosok itu benar-benar menyeberang dan kini mulai menghampiriku. Terpikir olehku untuk kembali berjalan masuk ke areal kantor dan menunggu hujan reda. Tapi aku akan ketinggalan KRL yang terakhir berangkat menuju rumah. Bisa-bisa harus menginap di kantor. Oh, Tidak.
Semakin sosok itu mendekat, tubuhku tak bisa bergerak. Semakin jelas terlihat sosok lelaki bertubuh besar dan berambut panjang. Dengan kumis tebal yang melintang, berjaket hitam mengenakan sandal gunung yang entah berwarna apa.
Aku mengalihkan pandangan ke arah lain berusaha tak menatapnya. Sesaat tiba di sisiku, ditutupnya payung yang sejak tadi melindungi tubuhnya.
"Maaf, Mbak. Boleh numpang tanya?" Lelaki itu bersuara. Mau tak mau aku menoleh.
"Saya mau ke kampung melayu tapi tak tahu harus naik apa dan lewat jalan mana. Saya baru saja tiba dari Garut." Jelasnya dengan logat khas orang yang berasal dari ranah pasundan.
"Oh, Bapak menyeberang ke arah sana saja. Nanti disana ada halte busway yang menuju kampung melayu." Jawabku tetap dengan kewaspadaan yang tak berkurang.
"Hatur nuwun, Mbak." katanya ramah dan bergegas menuju arah yang kutunjuk.
Hufff........
Aku menghela nafas. Ternyata............