Saya tidak bermaksud, menjadikan Pak Tjahjo sebagai role model. Saya hanya ingin memberikan gambaran, bahwa orang yang bekerja keras dan konsisten melakukan hal yang sama bertahun-tahun akan menjadi ahli. Maka bila membandingkan dengan bocah-bocah kemarin sore dalam bidang politik yang sudah bermulut besar. Harusnya malulah. Kalaulah kemudian beliau menjadi menteri yang merupakan jabatan politik, resistensinya kecil. Ini sangat berbeda dengan Ahok yang resistensinya besar saat memegang jabatan publik.
Maka kongres PDIP menemukan momentum yang tepat. Menyadarkan sekaligus menegaskan bahwa tidak ada jalan pintas dalam politik. Semua harus berkeringat, bekerja keras. Jadi sebuah jabatan publik yang disandang bukanlah given (pemberian) namun struggle (perjuangan). Jadi publik pun dapat mengapresiasinya.
Maka jadilah hukum alam. Sebab-akibat dan berlangsung wajar.
Kembali ke Idealitas Murni Partai
[caption id="" align="alignnone" width="585" caption="kantor PDIP Lenteng | sumber: Hukumonline.com"]
Politik adalah panglima, itu kutipan favorit Anies Baswedan dan tentu saja masih relevan hingga kini. Lihatlah partai sebagai sebuah gerakan politik yang paling riil. Partai politik yang visinya jauh melampaui satu abad. Tidak peduli apakah ideologinya nasionalis, atau agamis. Partai yang berkarakter dan memiliki idealitas.
Maka saya merindukan dan menikmati saat-saat kader PKS memberikan penyuluhan di kelurahan Kukusan Depok. Ikhwan dan Akhwat capek-capek, panas-panas memberi pengarahan politik kepada warga. Para kader muda PKS dibentuk dan dibentuk mentalnya dengan keterampilan persuasi saat kampanye. Maka betapa sedihnya saat LHI tertangkap tangan mengkorupsi dana sapi-sapi Australia itu. Rusaklah sudah suri tauladan dan kebanggaan para kader muda di Kukusan Beji Depok. Masih teringang semangat mereka dalam syiar dan kampanye yang bersih dan santun.
Maka perlulah partai berbenah diri, melakukan langkah-langkah praktis dalam mewujudkan idealitas partai. Sekaligus berjuang agar harapan akan kebaikan selalu ada. Selalu hadir dalam berpolitik.
semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H