Orang yang membuatku merasa bahagis bersamanya, ternyata aku juga suka dengan Amar, cinta pertamaku. Kan tetapi sahabatku menyukainya juga. Akankah ini pudar? Memang masih di bangku SMP, masih teringat akan Fema yang menyukai seorang Amar.
***
Lamunanku terpecah saat guru memanggilku, Amar juga yang memecahkan ini.
“Dhe, dipanggil Bu guru loh, ini jawabanku cepet maju sana” bukunya disodorkan kepadaku.
“Hmmm, maju sekarang ini? Ia-ia aku maju, bukunya tak bawa ya, nomor berapa?” kebingunan
“No 7 yang B, sudah jangan banyak tanya cepet maju saja sudah ada jawabannya”.
Fema saat itu sedang ke toilet, Amar duduk 2 bangku dibelakangku. Yah penolong juga dalam kelamunan yang tak pasti ini.
“Makasih ya Mar, oi aini bukunya.” Aku hanya meringis menyodorkan bukunya Amar.
“Sama-sama dhe”.
“Maaf yah dhe, tadi kamu mengerjakan di depan apa bisa? Aku aja pura-pura ke toilet, taulah aku kan nggak suka dengan Bu Hena, udah ketus, nunjuk-nunjuk kalau maju lagi, soanya pun susah-susah.” Fema yang sembari masuk setelah Bu Hena keluar dari kelas.
Memang Bu Hena guru fisika ini, banyak murid yang tidak suka dengan beliau, tapi aku hanya yaudah nggak apa-apa, ngga bisa juga ngga apa-apa. Fema selalu alasan ketika pembelajaran Bu Hena.