“Dhea, aku punya sahabat Namanya Firza, Firza Maharani, nih fotonya cantik kan, pinter lagi!” menyodorkan foto Firza padaku.
“Loh itu temanku satu kelas di SMA Bakti Sidoarjo Yan,” Terkejut aku ternyata dunia tak selebar daun kelor.
“Ooh, ternyata ya nggak jauh-jauh amat kita ahahha”. Yanti ketawa renyah
“Dia ini sekarang diterima di perawat Dhe,” lanjutnya.
Yanti adalah sahabat Firza, lalu bagaimana kabar Ammar? Ketika pikiran masih dipenuhi Ammar, disitu pula Beno selalu mengirim pesan lewat Email padaku.
“Dhea, bagaimana kabarmu sob? Baik kan? Tentu baik dong ya.. Oia akum au kasih kabar ternyata teman kita si Ammar sejurusan denganku, dan sekelas lagi aku dengannya, tiap-tiap hari kek bersaing sama Ammar, kebetulan banget kan? Padahal kita tak pernah tau keadaannya gimana.”
Ku baca lagi, ternyata Ammar baik-baik saja, perasaanku juga Bahagia dengar kabar tentangnya. Tiba-tiba handphoneku berdering dari Ibu..
“Anakku Dhea, apa kamu baik-baik saja nak?” tanya Ibu
“Baik Bu, gimana kabar ibu, Dhea harap juga baik-baik saja.”
“Beno juga sering cerita tentnag kabarmu, sering kali ia pulang. Sebenarnya ibu menelfon bukan maksud lain nak, hanya ingin membicarakan wasiat Ayahmu. Beliau sebelum meninggal, ingin sekali menjodohkan kamu dengan putra temannya. Setuju ya Dhe,?”
“Perjodohan Bu? Aku belum selesai semua baik skripsiku juga belum, kerjaan juga belum Bu, dan belum bahagiaian Ibu.” Seraya tersambar petir siang bolong ketika ibu berbicara tentang jodoh,