Mohon tunggu...
Astri DAMAYANTI
Astri DAMAYANTI Mohon Tunggu... lainnya -

I'm Writer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pemberian Terbaik dari Ibu untuk Bekal Kehidupanku

3 Januari 2018   12:05 Diperbarui: 3 Januari 2018   12:18 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenangan terakhir ibuku, ketika beliau di Madinah, beberapa hari sebelum beliau meninggal

Dulu sekali aku hanyalah gadis biasa yang suka membaca dan tidak suka dengan segala hal yang biasa dilakukan wanita. Aku tidak suka masak karena masak membuatku pusing kalau sudah lihat dapur berantakan. Yang ada akhirnya masakan rasanya jadi tidak jelas. Belum lagi acara cuci perabotan masak yang membuatku malas. Kalau sudah capek dengan beres-beres dapur serta peralatan masak, toh akhirnya menikmati makanan menjadi tidak berselera lagi. Bahkan ketika aku kuliah dan harus hidup mandiri di luar kota pun aku lebih memilih untuk beli makanan jadi daripada harus masak. Padahal ibu itu pinter sekali masak. Masakannya sangat enak. Bahkan dulu untuk membiayai sekolahku, ibuku juga menerima pesanan catering kecil-kecilan dari kantor -kantor yang ada di dekat rumah. 

Tapi catering itu bukan sumber penghasilan utama ibuku. Beliau sebenarnya seorang penjahit. Sejak aku kecil ibuku sudah membuka jahitan. Sewaktu sekolah dulu aku sering membantu ibuku membawa baju yang sudah dijahit ke pasar untuk di obras. Kadang aku juga membantu menggunting benang-benang hingga baju menjadi rapi. Setiap pagi ibuku selalu memotong kain dari pola baju yang sudah ia buat sejak malam. 

Ibuku termasuk penjahit yang bisa dengan cepat mengerjakan baju. Mulai dari membuat pola, memotong kain sampai menjahit. Dalam sehari bahkan ibuku bisa menyelesaikan dua stel baju. Dulu aku menganggap ini hanyalah hal biasa saja. Tapi sekarang ketika aku tahu bagaimana proses seorang penjahit menyelesaikan baju, juga melihat berapa lama waktu yang diperlukan oleh penjahit lain menyelesaikan sepotong baju, maka akupun bisa mengacungkan empat jempol untuk ibuku. Karena dia bisa menjahit sangat cepat, di mana untuk menyelesaikan satu stel baju, penjahit lain hanya bisa menyelesaikannya dalam waktu satu hari bahkan dua hari. Sementara ibuku cukup hanya dengan setengah hari saja. 

Kekuatan dari Terpaksa

Aku masih belum tertarik dengan kegiatan memasak ataupun menjahit hingga lulus kuliah. Apalagi setelah lulus kuliah aku langsung kerja kantoran. Semakin malas rasanya dengan segala hal yang berhubungan dengan ketrampilan wanita. Sementara ibuku selalu saja tanpa henti menyarankan aku untuk bisa memiliki salah satu ketrampilan wanita. 

Ibuku  bilang, "jadi perempuan itu harus trampil. Karena suatu saat nanti bisa jadi ketrampilan ini yang akan sangat bermanfaat dalam kehidupan."

Tapi aku masih tidak peduli dan terlena dengan pekerjaan yang bisa menghasilkan gaji besar. Bahkan sampai punya anak pun aku tidak tertarik dengan segala ketrampilan wanita. Padahal ketika aku melahirkan, ibuku yang menjahit sendiri popok, gurita bahkan sampai kain bedhong untuk bayi. Hatiku masih belum tergerak untuk bisa menjahit. 

Hingga akhirnya ketika anak pertamaku berusia tiga tahun, ia sudah mulai jauh dariku dan lebih dekat dengan ibuku. Sakit hati tentunya sebagai seorang ibu. Untuk apa aku bekerja kalau akhirnya hati ini menjauh dengan anakku? Ditambah lagi dengan aku mengandung anak kedua. Di saat itulah aku berpikir untuk berhenti bekerja dan ingin mengurus anak-anakku agar bisa lebih dekat dengan mereka. 

Ketika aku sudah berhenti bekerja, keadaan memaksaku untuk menjadi single parent. Waktu itu aku dalam keadaan hamil 3 bulan. Lengkap sudah penderitaanku. Ini adalah saat-saat terburuk dalam kehidupanku. Mau tidak mau aku harus mulai dari titik nol untuk memulai kehidupan yang baru. Menanti kelahiran bayi keduaku dan berusaha untuk tetap tegar bukanlah hal yang mudah. Untunglah ada ibu yang selalu menemaniku. 

Ibu memberiku kekuatan juga dukungan  lahir batin dalam menjalani sekolah kehidupan dan bijak dalam mengambil pelajaran hidup. 

Dalam masa menanti kelahiran anak keduaku, Ibu seringkali memintaku untuk membantunya mengesom baju yang selesai ia jahit. Kadang ia juga memintaku membuat hantaran pengantin, ini adalah salah satu kebisaan lain ibuku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun