"Kamu belum kesana emangnya?"
"Belum tan. Aku kesini malahan ingin tau"
"Yaampun maafin tante ya"
"Ngga tan, malahan aku makasi banyak karena tante aku tau. Tan aku mau mandi dulu. Tante mau kan anterin aku?"
"Iya tante pasti anterin kamu"
"Makasi tan".Â
Setelah 1 jam perjalanan menuju makan Ayah dan Kakaku. Akhirnya aku menemukan makan yang bertulisan Zidan Nur Fadil bin putu dimas dan disampingnya Dimas Andrian bin Zidan Nur Fadil. Seketika aku melamun dan tersentak menangis walaupun aku tak ingat dengan mereka. Suara Ayah ataupun suara kaka. Pelukan ayah bahkan pelukan Bunda saja aku sudah tak ingat kapan Bunda terakhir memelukku.Â
"Assalammualaikum yah ini aku Nara maaf waktu kecil aku nangis dan ga mau diem. Kalo aja aku dulu diem dan ga banyak suara mungkin kalian masih ada disampingku dan mungkin Bunda ngga akan mengabaikan aku dirumah sendirian ditempat yang besar dan gelap ke takutan tapi aku tahan ingin menangis tapi air mata serasa tertahan. Ingin memeluk tapi diabaikan. Ingin cerita tentang diriku dan hal-hal yang menarik yang aku alami disekolah tapi aku sungkan untuk berkata bingung dan juga gelisah. Ayah, ka semoga kita bisa berkumpul kembali yah diatas sanah ditempat yang indah disisi Tuhan. Maaf aku baru tau Ayah setelah 18 taun aku hidup. Walau sakit kedengarannya tapi aku coba dan berusaha iklas akan ketetapan Tuhan. Aku akan lebih rajin lagi beribadah aku akan selalu doain ayah dan kaka. Aku sayang kalian".Nangis tersendu-sendu.Â
"Makasih yah tan udah bawa aku kesini"
"Iya sayang ayo kita pulang"
"Iya tante"