"Baiklah saya akan coba bekerja sama dengan kalian. Dibawah pimpinan Jepang!"
Tidak lama Gatot Soebroto dikirim ke Bogor untuk mendapatkan pendidikan untuk menjadi komandan kompi tentara pembela tanah air (PETA).
Setelah mendapatkan pendidikan Ia di angkat menjadi Cudanco ( komandan kompi) di Banyumas.
Pada tahun 1944 di suatu pantai Kompas Gatot Soebroto melakukan pelatihan penjaga pantai di salah satu pantai selatan. Pasukan yang dilatih perwira-perwira Jepang yang berasal dari satuan tempur. Ia melihat anak buahnya sudah sangat letih dan lemas.
"Berhentikan dulu pelatihannya, kita beri beberapa waktu untuk anak buahku beristirahat"
Tidak ada jawaban dari perwira Jepang akan ucapannya tidak digubris oleh mereka.Â
Dengan rasa marah yang ia pendam.
"Gatot melepaskan pedang dan atributnya, buat apa saya jadi cudanco"
Dengan langkah tegapnya Ia meninggalkan lapangan.
Suasana yang diliputi ketegangan. Para pelatih diam membeku dan cemas. Karena mereka takut bila Gatot Soebroto melaporkan kepada atasannya mereka semua akan dimarahi. Karena itulah semua prajurit diperintahkan kembali ke asrama. Salah satu prawira mengambil pedang yang merupakan simbol kehormatan tertinggi.
"Hormat!!. Pa maaf atas kesalahan kami semua, tidak mendengarkan perintah anda. Saya kembalikan lagi kepada anda pedang kehormatan ini".
"Saya terima".
Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil didapat, Gatot Soebroto mengusulkan untuk membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Ia menunjuk kolonial Sudirman. pada saat itu saya menjabat sebagai kepala siasat, kemudian berganti menjadi komandan Devisi dengan pangkat kolonel. Gatot Soebroto dianggap memiliki prestasi gemilang dalam Pertempuran Ambarawa.
Pada tahun 1948 terjadi peristiwa madiun yang melibatkan pihak komunis (PKI) dengan Tentara Negara Indonesia. Pemberontakkan yang terjadi di wilayah Madiun. Dengan taktik strategis dibawah pimpinan Gatot Soebroto, pemberontakkan berhasil diselesaikan. Di saat melawan PKI Gatoto Soebroto berencana untuk memulihkan keamanan, Ia berinisiatif melancarkan operasi militer. Gatot Soebroto yang diangkat menjadi Gubernur Militer Devisi II (semarang-surakarta) pada tanggal 15 september 1948. Ia dan lainnya membuat strategi.
"Atur serangan dari devisi I diwilayah timur"( dipimpin kol. Soengkono).
"Serta pasukan Mobil Brigade Besar (MBB) di Jawa Timur"( dipimpin M.Yasin).