Mohon tunggu...
Astralastra
Astralastra Mohon Tunggu... Lainnya - Daur baur

Manusia merdeka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menuju Ujung Malam yang Temaram

30 September 2024   21:43 Diperbarui: 1 Oktober 2024   01:53 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Alessandro Rodriguez: https://www.pexels.com/

.

Ada hal yang tak berani kusentuh kali ini 

Ia memuai bersama kesabaran dan keindahan 

Dapatkah kupetik garis awan dari rembulan yang sunyi

Yang terekam dengan samar penuh akan petuah dan ketabahan

.

Dalam hatiku yang menjadi saksi bisu 

Kehilangan-kehilangan itu kini menjadi ruang tunggu

.

Yang tergores bentuknya

Selalu kumaknai dengan warna 

Warna biru untuk nyeri yang tak kunjung selesai 

Warna merah untuk amarah yang tak kunjung berani

.

Serta di tubuhku yang tak seindah rembulan 

Kadang berisi kekurangan dan ketakutan 

Yang menjelma nafas dan keringat 

Dengan kesunyian yang kian melekat

.

Dari haribaan rindu 

Yang kususuri paruh waktu 

Menjelma dan mengilhami

Setiap luapan diri dan emosi

.

Dan ketakutan yang membayang di dinding malam

Menjelma pertanyaan-pertanyaan yang muskil 

Merapal setiap warna waktu yang lebam 

Diantara huruf dan kalimat yang menggigil

.

Dengan konsonan yang dieja sunyi

Mengisi kolom tulisan dan kekosongan yang abadi

.

Tak ada yang memilikimu setelah ini 

Mungkin dingin akan merebak masuk 

Melalui sela pohon atau pori-pori

Mungkin disitu kenangan-kenangan akan terbentuk 

.

Namun tak lelah kubuat sekoci penuh ini 

Untuk memuat memori yang muram dan buram

Mengarungi anak sungai yang tenang ini

menuju ujung malam yang temaram

.

Cinta, sebuah kata yang tak persis pengertiannya, kecuali ketika kita merasakan sakitnya.

Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 5. 2001

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun