Bolehlah orang berangan-angan yaitu pembentukan keyakinan berdasarkan apa yang mungkin menyenangkan untuk dibayangkan, bukan/belum pada bukti, rasionalitas, atau kenyataan. Tetapi pada saatnya angan-angan bisa membuat adanya penyelesaian konflik antara keyakinan dan keinginan. Sebab realitas diawal berubah berkembang oleh banyak faktor kehidupan.
Demikian pula ketika saya diawal menyusun Motto tahun 2009. wajar bila motto itu harus direvisi, karena secara sadar saya menemukan kekurangan sesuai dengan keadaan dan hati ini sendiri. Â "Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat". Frase 'Syukuri nostalgia' itu sebenarnya mau menyembunyikan justru pengalaman masa lalu dengan rasa syukur. Dan 'kelola sisa semangat' itu saya menyadari usia. 'Belajar' itu menyadari apa yang harus terus saya perbuat. Dengan target 'berbagi' seadanya dalam menulis. Dan baik belajar maupun berbagi itu sampai 'akhir hayat'.
Dua hal pengalaman kurang nyaman sepanjang penulisan itu di tahun 2009 hingga kini. Saya semakin merasa bergesernya cara pandang pembaca dan nada tulisan penulis di Kompasiana, bahkan Admin pun dengan perubahan aturan-aturan, saya pahami sebagai perbaikan yang tidak lepas dari "mengikuti" pergeseran cara pandang.
Hal itu juga memberi perkembangan kesadaran saya dalam refleksi,yaitu untuk mengembangkan cara pandang di dalam menulis disini. Diawalnya agak wishfull-thinking menjadi lebih wisefull thinking dan sedapat mungkin menjadi lebih tajam sampai berfikir analitis serta rasional obyektif.
Saya didorong oleh penulis Amerika Julia Child (1912-2014) yang menulis : "Try New recipes, learn from your mistakes, be fearless, and above all have fun." Â Jangan abaikan sisi humor atau sukacita. Dan seorang komponis Amerika Philip Glass pula yang memberi semangat anak buahnya : "You practice, and you get better. It's very simple."
Bukan saya sendiri yang menyadari bahwa "Hidup adalah belajar". Belajar bersyukur ketika kekurangan. Belajar sabar ketika ada ujian. Belajar memaafkan ketika tersakiti. Jika salah perbaiki. Jika gagal coba lagi. Tetapi jika kau menyerah semua selesai. Nelajar dari yang sudah/sedang terjadi.
Seorang teman Fesbuker menulis berkomentar untuk tulisan saya yang baru lalu : "Mengakrabi kebiasaan berefleksi evaluasi menentukan solusi. Jadi hidup ini. belajar terus  Sikap ini mempertegas bahwa belajar tidak hanya di lingkup formal tapi di mana saja kapan saja kepada siapa saja. Belajar harus menjadi suatu yang menyenangkan Learning is pleasure . Long life learning tidaklah berlebihan"
Pada pembelajaran saya terhadap pola pikir ada beberapa catatan dari Pola yang intuitip kearah lebih rasional. Pola pikir intuitif adalah cara pandang yang memfokuskan pada perasaan dan intuisi dalam mengambil keputusan dan memahami situasi.Sangat sering hanya mengandalkan perasaan dan wawasan spontan atas dasar pengalaman masa lalu.
Memang ada peneguhan dari seorang Dr Seymour Epstein, Professor Emeritus in Psychology at University of Massachusetts yang mengatakan : " Intuition refers to responses or feelings that do not arise from deliberate reasoning or conscious thinking. The subconscious brain stores lessons and findings from our past experiences and attempts to recognize and retrieve these thought patterns in similar situations. These learnings are often lightning-fast and not logical at the outset but seem to occur from a deep-seated knowledge. "Intuition involves a sense of knowing without knowing how one knows,"
Sementara Berfikir rasional semakin berkembang di Kompasiana dari semakin banyak penulis dari kalangan pemikir intelektual akademici guru dan mahasiswa. Ini barang kali ada catatan beberapa kesan berpesan saya dari pengamatan di Kompasiana itu. Mari bersama mencermatinya, Â sebab saya pun sedang belajar disini.
1. Tampak rasional dengan berfikir lebih tentang masa depan dari masa lalu. Masa lalu itu bisa kesalahan, kegagalan, sukses yang tertunda. Masa depan itu target, proses, capaian.