Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencintai Kehidupan

6 September 2022   18:15 Diperbarui: 6 September 2022   18:17 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Refleksi mencintai kehidupan dalam tulisan ini lebih berarti sebagai pemeriksaan batin penulis sendiri yang menyadari banyak hal kehidupan yang lepas dari pengamatan dan kesadaran yang utuh. Sementara "mencintai" saya kira baru sebatas pada menaruh perhatian atau memberi tempat klas depan dalam pelaksanaan kehidupan. Sebab mencintai itu sendiri sudah merupakan proses pendidikan diri sendiri.......

Adapun Pola pikir yang selalu saya gunakan dalam rangka menulis untuk berbagi sebisa mungkin merunut prinsip : Berangkat dari realita yang dialami, dipahami, didalami, diakui dan diamalkan. (5D) sebagai rasa dasar yang membumi nyata. Tetapi yang sering juga saya gunakan adagium : Globally Thinking-Locally Act.

Apa Yang Sering Kelupaan.

Seorang kawan dalam WA grup "Mari kita membaca buku",  Wiryawan Sofyan memberikan catatan apa yang sering dilupakan dalam kehidupan sehari hari. Seperti : "ketika kita asyik berkumpul dengan indah bersama keluarga , dalam berdoa, ke tempat ibadah, membaca kitab suci, bermeditasi , atau sempat berolah raga, makan sehat cukup istirahat, melatih Ketrampilan tubuh/anggota badan. Bahkan ketika sedang. belajar, berpikir, mengingat, berkarya , bekerja, berinvestasi, berbisnis . Atau ketika orang sedang berkomunitas, memaafkan, menyapa, memberitakan yang baik, memuji, menghindari kata kata buruk dan membantu orang".(*)

Rekan Wiryawan memberi peringatan : Apa yang sering dilupakan, bahwa manusia memiliki dan disana sedang bergumul dengan enam jenis  HARTA KEHIDUPAN :

(satu) Harta Rohani ( Spiritual Asset ) Disebut hubungan kita kepada Tuhan, yang pada akhirnya akan membuat kita lebih tenang, sabar,dst

(dua) Harta Pikiran ( Mind Asset ) Kemampuan berpikir, mengingat, menganalisa, dan ilmu pengetahuan, sebagai kompas kehidupan,tanpa harta ini hidup akan mengalami banyak hambatan juga,dst.

(tiga) Harta Tubuh ( Body Asset ) Dengan menjaga harta yang satu ini, khususnya Kesehatan  dst..

(empat) Harta Hubungan ( Network Asset ) , tanpa harta ini kehidupan sosial sehari hari orang dan keluarga kita tidak akan sehat, dan sepi serta kering setengah mati.

(lima) Harta Keluarga ( Family Asset ) Dengan keluarga yang utuh, saling membantu, anak2 yang sehat dan pandai, suami istri yang mendukung pernikahan dst.

(enam) Harta Benda ( Financial Asset )  Ini jenis harta yang penting untuk mendukung harta harta lain agar lebih berkualitas, namun bukanlah yang terpenting, harta ini pada akhirnya akan dengan rela kita tukarkan dengan ke-5 harta yang lain jika bisa, tapi anehnya kita  malah sering menukarkan ke-5 harta lain dengan harta ini

"Enam Harta ini mengikuti prinsip kekekalan, dimana yang semakin kekal semakin berharga. Uang bisa habis dalam beberapa tahun, tapi tubuh, jiwa, dan pikiran kita 'hidup' lebih lama, sekitar 80 tahun. Sementara itu reputasi dan relasi kita bisa hidup setelah kita mati. Disamping itu Perkembangan ke-6 harta tersebut harus lah seimbang, jangan lupa." (*) 

Demikian sebenarnya kehidupan itu pergumulan dengan harta yang harus dijaga dan di"hidup"-kan. Tetapi bila saya periksa ulang sebenarnya tidaklah saya melupakan akan tetapi saya dalam menghidupkan dan menjaga harta, terjadi salah pilih. Mengutamakan Mind Asset ayik belajar, membaca buku tidak waspada mengorbankan Body Asset. Bahkan Asset keluarga terabaikan, kesehatan dan kebahagiaan keluarga. Saya merusak harmoni keseimbangan kehidupan saya, kurang mencintai kehidupan saya secara keseluruhan  

Mendalami Pengalaman

Merenung menulis merefleksi menemukan pengalaman baru, yang perlu didalami lagi. Mengalami temuan salah pilih harta dan rusaknya harmoni kehidupan  menjadikan saya ingat pernah saya tulis juga satu pandangan ilmu jiwa dari Rita J.Nainggolan dan F.Budi Pranata tentang Perspektif. (*)

Dalam bukunya Personal Success Cockpit (Ruang Pilot Keberhasilan Kepribadian), Kedua Psikolog ini menata potensi kejiwaan dalam empat perspektif sebagai berikut :

(satu) Perspektif Internal, meliputi gerak kejiwaan : Semangat/Passion, Pemusatan perhatian/ Focus,  Kerja keras dan dan ketahanan, Integritas, Percaya diri, Kecerdasan emosional.  Kecerdasan intelektual spiritual.

(dua) Perspektif Eksternal, meliputi Kemampuan pemimpin, Komunikasi, Kerjasama, Pengabdian,  Memberi dukungan / Supporting

(tiga) Perspektif Finansial, meliputi Kelihaian menghemat, dan Kepinteran investasi secara tepat.

(empat) Perspektif Pembelajaran dan Pengembangan diri  meliputi upaya dalam berkreasi, sifat keterbukaan, pengembangan diri dan kesehatan fisik:

Digambarkan dalam skala pengembangan kepribadian perspektif keempat menjadi dasar diatas mana perspektif kesatu, kedua dan ketiga yang dibangun diatasnya. Dengan seluruh sudut penjuru sejumlah 17 jenis potensi dibahas secara psikologis.

Memang ilmu jiwa menukik lebih dalam setiap gerak dinamika upaya kehidupan ini. Perspetif membantu melihat kehidupan dari jendela lain dari kehidupan sehingga dapat membuat penilaian lebih luas terhadap asset kehidupan. Sementara melihat asset kehidupan kita melihat gelar perkara kehidupan. Dengan kupasan itu saya terdorong berlanjut merenung dan ingin menemukan kata kunci dari pintu mana kesalahan hidup saya ini harus ditangani.

Apa yang sering salah pada kehidupan saya. ?  Dan mengapa ?

Membaca buku "Caranya Orang, Sukses Menjadi Lebih Sukses" atau judul besarnya "What Got You Here Won't Get You There", karya Marshall Goldsmith dan Mark Reiter, memberikani 21 pertanyaan tentang kesalahan orang dalam kehidupan.(*)  Dijelaskan bahwa kesalahan yang dimaksud bukan diambil/dicatat dari karyawannya yang buruk nilai kerjanya tetapi memang sungguh terjadi. Maka layak untuk disajikan dalam buku itu bab 4 (halaman 54 - 135) dari 14 bab.dalam buku tersebut.

Saya tidak akan paparkan 21 jenis kesalahan itu semua. Cukup sebagai illustrasi saya sebut :

(satu)  Gagal memberi pengakuan yang layak bagi orang lain.

(dua) Menahan Informasi penting untuk yang kompeten.(menghalang proses hukum)

(tiga) Menghukum si pemberi/pembawa pesan.

((empat)Mencari Alasan.(mencari Pembenaran bukan Kebenaran)

(lima) Menolak menyatakan penyesalan.

(enam)Kebutuhan Berlebihan untuk menjadi "saya".

(tujuh)Terobsesi Tujuan

Dengan illustrasi tujuh hal tersebut diatas saya merasa kesalahan itu memang sangat mudah terjadi tanpa disadari sebagai kesalahan yang merugikan.

Belajar dari Catatan diatas perihal 'Asset kehidupan', 'Perspektif Kejiwaan' dan perihal 'Kebiasaan Kegagalan' saya menangkap bahwa semua itu baru suatu jalan kepada "Mencintai Kehidupan"  Jadi jangan gelisah amat dengan kegagalan apapun, asalkan segera bangkit lagi. Sebab nilai seseorang itu secara ethik harus sampai pada Actus, perbuatan. Sering dibantah pentingnya motivasi, sebelum direncanakan.

Dalam pelajaran ethika klasik yang sederhana, dari kecil saya menghafalkan apa itu "Induk Dosa". yaitu kecenderungan (belum dosa), namun bisa mudah melahirkan dosa dalam perbuatan (ethis). Induk dosa tersebut : (1) Kesombongan. (2) Iri/Dengki.(3) Amarah, (4)Kemalasan, (5)Serakah.

Kecenderungan buruk itu belum atau bukan perbuatan dosa. Seperti halnya sifat baik sejauh manapun itu merupakan disposisi psikologis seperti : keterbukaan, kemurahan hati, ketekunan semua harus dibuktikan dalam perilaku.

Tetapi pesan semua diatas tadi bagi saya adalah pesan : waspadai jangan membuat Pembenaran tetapi Cermatilah Kebenaran. Dan Disinilah Pentingnya 'Suara Hati' yang jernih.

Dengan Suara Hati pun saya rasa belum juga sampai pada "mencintai kehidupan", tetapi baru menukik kedasar kemanusiaan. Untuk sampai pada penghayatan dan perbuatan saya belajar dari orang lain. Itu sungguh suatu pengalaman.: belajar lagi dari orang lain.

Bagaimanakah Saya Belajar dari orang lain.? 

Belajar dari orang lain itu lumrah bukan hal yang istimewa. Seorang murid Sang Guru dari Nasareth, menekuni dan mempola hidupnya seturut Kitab Injil. Seorang Muslim yang saleh meneladani Muhammad dan menghafal Al Qur'an dengan baik. Seorang Buddhis, saya ambil contoh : Shih Ceng Yen mengikuti dan memanifestasikan ajaran Buddha dan menulis buku untuk generasi muda.

Buku "Menaburkan Benih Kebahagiaan" karya tulis Shih Cheng Yen menuliskan doa restu bagi generasi muda.(*)  Dan bagi saya itu merupakan sebuah "Pembenaran" bagaimana hidup saya belajar dari orang lain dan tetap menjadi Pilihan saya sendiri asli.

Membaca buku itu mengasyikkan. Tetapi membaca "Keteladanan" itu mengesankan dan menggerakkan kehidupan, khususnya Asset pikiran dan hati. Betapa tidak, setiap anak belajar dari meniru ayah bunda dan saudara-saudaranya dalam keluarga setidaknya sebagai titian awal..Untuk berkarya menyambung kehidupan saya pun belajar dari oranga lain  saya belajar dari majikan, sesama karyawan, hingga saya menjadi boss mandiri dengan para pembantu,. Untuk membangun keluarga keteladanan ayah bunda dan saudara-saudara kandung menjadi kompas awal kehidupan berkeluarga. Saya berupaya merumuskan pola hidup bersama isteri dan anak-anak dari inti sari kebaikan yang dikembangkan oleh keluarga-keluarga bahagia orang lain.

Shih Cheng Yen seorang penganut Budha, menulis bukupun berjudul "Manaburkan-Benih  Kebahagiaan" dia tidak menggelorakan semangat, atau mengejar gerak kebahagiaan atau yang lain. Menaburkan benih, adalah potret kerja petani, yang sabar. tenang dan alami. Dia menulis 'doa restu bagi generasi muda'. Kepedulian terhadap generasi muda menunjukkan kepedulian dan penghargaan terhadap kehidupan yang alami dan berproses berkembang bersama dalam serba keteladanan. Dan petani memelihara mencintai kehidupan dalam tanamannya.

Generasi muda siswa Shih Cheng Yen didorong menjadi generasi hidup dizamannya yang mampu memecahkan masalah sendiri bukan jadi beban masyarakatnya. Ditulisnya : "Keindahan Budaya Humanis : Setiap generasi muda harus memiliki tekad untuk menyelesaikan persoalan yang ada dalam masyarakat dan bukan sebaliknya dengan menjadi si pembawa masalah" (Bab 4,hal.81, opcit) Bahkan disarankan : "Menyadari Kehidupan dengan Menjadi Relawan" (halaman,136, opcit). Sampai pada perbuatan nyata.

Diatas saya katakan buku itu cermin Pembenaran dalam hidup saya. Setelah 25 tahun asyik membangun kehidupan ekonomi, keluarga, kemasyarakatan, politik dan gerejani saya memilih terjun sebagai aktivis relawan dalam sebuah yayasan dan perkumpulan di bidang pangan, pelestarian lingkungan hidup dibawah asuhan Dr.Greg.Utomo pr, pastur di desaku. Itu sudah kujalani selama 20 th hingga semua harus saya serahkan untuk generasi muda.

Hidup itu Pilihan ?

Menulis untuk berbagi, merunut alur pemikiran yang bebas merdeka dimuka lalu saya  menemukan kebersamaan dalam kehidupan ini terlebih dengan belajar pada kehidupan orang lain sesama kita.

Pembelajaran dari orang lain yang mengesan ialah bahwa pada akhirnya semua dan yang terpenting adalah keputusan dan Pilihan saya sendiri dan menjadi tanggung jawab saya sendiri bersama nasib seluruh keluarga yang saya cintai.

Pilihan sudah banyak saya jalani. Langkah-langkah perubahan selalu menjadi keputusan dan pilihan bebas terhadap beberapa tawaran yang lain. Dan itu banyak harus melewati

Pertimbangan dalam doa.

Kata "dalam doa" itu istilah yang mudah dikatakan tetapi mengandung kebenaran yang luas dan dalam. Dalam berdoa orang sebenarnya "Memasuki Ruang Batin". Tidak ragu lagi : "Memasuki Ruang batin saya saat berdoa" 

Hampir setiap malam bila kita melihat sinetron dengan cerita adanya kurban kejahatan segera diikuti adegan orang berdoa. Atau ada orang sholat sehabis mengucapkan lafal wajib yang sudah dirumuskan mengubah sikap duduk terus disusul doa bebas. Mestinya doa batin, tetapi karena sinetron suara dan ucapan batinpun diperdengarkan......

Memasuki Ruang Batin (*) kita melihat diri sendiri. Diri sendiri yang tidaK BERDAYA. Diri sendiri yang menjadi kurban kejahatan. Maka berdoa. Memohon kepada Tuhan yang Maha Kuasa,yang diharapkan memberi apa yang manusia harapkan.Tetapi kebanyakan orang berdoa bersikukuh bertahan melihat kepentingan diri pendoa atau kebutuhannya itu. Sikap ini sempit dan menutup realita yang lebih dahsyat karena sebenarnya itulah jawaban akan semua doanya..

Jawaban semua doa adalah kesadaran akan Kasih Allah. Dalam Ruang Batin itulah layaknya manusia bertemu dengan Tuhan yang mencintai manusia, semua tiada kecuali. Termasuk siapapun yang berbuat jahat kepada saya. Dalam Ruang Batin itu dengan segala upaya saya membangun kesadaran akan realita kenyataan Kasih Allah yang sudah saya terima.

Saya yang tidak berharga tidak ada lebihnya daripada orang yang saya anggap jahat inipun telah menerima bukan saja Asset kekayaan kehidupan tetapi terlebih ruang dan waktu yang menjadi peluang dan fasilitas kehidupan ini.

Jawaban atas doa adalah pesan balik dan pesan awal kehidupan agar manusia mencintai sesama dan menjaga segala yang terssedia Tersedia olehNya.Sebagai karunia gratis diberikan olehNya.

Pertanyaannya apakah saya dengan kesadaran yang tipis ini mampu manangkap dan mengambil peluang dan fasilitas itu, sementara bersyukur saja saya lupakan ?.

Pembaca yang budiman, Renungan panjang saya ini saya upayakan dengan alur sumber bacaan. Semoga alur itu saja memberi tantangan jawaban pada sidang pembaca yang terhormat. Kasih Tuhanlah guru panutan buat kita semua untuk mencintai Kehidpan kita. Cinta Tuhan Yang tiada batas, bagi saya pesan dan amanah buat tulus Mencintai Kehidupan kita dalam kebersamaan.

Terakhir catatan "baca dan tulislah berbagi sesama dengan bebas dan merdeka" serta tolong terima salam hormat saya.

Ganjuran, September 06 2022, Emmanuel Astokodatu

Bacaan & Referensi :

(*) Wiryawan Sofyan, Harta Kehidupan, https

(*) Rhita J Nainggolan & Frans Budi Pranata, Personal Success Cockpit, Penerbit PT Elex Media Komputindo. Jakarta

(*) Marshall Goldsmith & Mark Reiter, What Got You Here Won't Get There,  Penb PT.Lintas Pengetahuan. Jakarta, 2016

(*) Shih Ceng Yen , Menabur Benih Kebahagiaan,  Pnb. PT.Jing Si Mustika Abadi Indonesia, Jakarta, 2013

(*) Henri J.M.Nouwen, Memasuki Ruang Batin.  Pnb. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 2003

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun