"Enam Harta ini mengikuti prinsip kekekalan, dimana yang semakin kekal semakin berharga. Uang bisa habis dalam beberapa tahun, tapi tubuh, jiwa, dan pikiran kita 'hidup' lebih lama, sekitar 80 tahun. Sementara itu reputasi dan relasi kita bisa hidup setelah kita mati. Disamping itu Perkembangan ke-6 harta tersebut harus lah seimbang, jangan lupa." (*)Â
Demikian sebenarnya kehidupan itu pergumulan dengan harta yang harus dijaga dan di"hidup"-kan. Tetapi bila saya periksa ulang sebenarnya tidaklah saya melupakan akan tetapi saya dalam menghidupkan dan menjaga harta, terjadi salah pilih. Mengutamakan Mind Asset ayik belajar, membaca buku tidak waspada mengorbankan Body Asset. Bahkan Asset keluarga terabaikan, kesehatan dan kebahagiaan keluarga. Saya merusak harmoni keseimbangan kehidupan saya, kurang mencintai kehidupan saya secara keseluruhan Â
Mendalami Pengalaman
Merenung menulis merefleksi menemukan pengalaman baru, yang perlu didalami lagi. Mengalami temuan salah pilih harta dan rusaknya harmoni kehidupan  menjadikan saya ingat pernah saya tulis juga satu pandangan ilmu jiwa dari Rita J.Nainggolan dan F.Budi Pranata tentang Perspektif. (*)
Dalam bukunya Personal Success Cockpit (Ruang Pilot Keberhasilan Kepribadian), Kedua Psikolog ini menata potensi kejiwaan dalam empat perspektif sebagai berikut :
(satu) Perspektif Internal, meliputi gerak kejiwaan : Semangat/Passion, Pemusatan perhatian/ Focus, Â Kerja keras dan dan ketahanan, Integritas, Percaya diri, Kecerdasan emosional. Â Kecerdasan intelektual spiritual.
(dua) Perspektif Eksternal, meliputi Kemampuan pemimpin, Komunikasi, Kerjasama, Pengabdian, Â Memberi dukungan / Supporting
(tiga) Perspektif Finansial, meliputi Kelihaian menghemat, dan Kepinteran investasi secara tepat.
(empat) Perspektif Pembelajaran dan Pengembangan diri  meliputi upaya dalam berkreasi, sifat keterbukaan, pengembangan diri dan kesehatan fisik:
Digambarkan dalam skala pengembangan kepribadian perspektif keempat menjadi dasar diatas mana perspektif kesatu, kedua dan ketiga yang dibangun diatasnya. Dengan seluruh sudut penjuru sejumlah 17 jenis potensi dibahas secara psikologis.
Memang ilmu jiwa menukik lebih dalam setiap gerak dinamika upaya kehidupan ini. Perspetif membantu melihat kehidupan dari jendela lain dari kehidupan sehingga dapat membuat penilaian lebih luas terhadap asset kehidupan. Sementara melihat asset kehidupan kita melihat gelar perkara kehidupan. Dengan kupasan itu saya terdorong berlanjut merenung dan ingin menemukan kata kunci dari pintu mana kesalahan hidup saya ini harus ditangani.