Mohon tunggu...
Emmanuel Astokodatu
Emmanuel Astokodatu Mohon Tunggu... Administrasi - Jopless

Syukuri Nostalgia Indah, Kelola Sisa Semangat, Belajar untuk Berbagi Berkat Sampai Akhir Hayat,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencintai Kehidupan

6 September 2022   18:15 Diperbarui: 6 September 2022   18:17 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belajar dari Catatan diatas perihal 'Asset kehidupan', 'Perspektif Kejiwaan' dan perihal 'Kebiasaan Kegagalan' saya menangkap bahwa semua itu baru suatu jalan kepada "Mencintai Kehidupan"  Jadi jangan gelisah amat dengan kegagalan apapun, asalkan segera bangkit lagi. Sebab nilai seseorang itu secara ethik harus sampai pada Actus, perbuatan. Sering dibantah pentingnya motivasi, sebelum direncanakan.

Dalam pelajaran ethika klasik yang sederhana, dari kecil saya menghafalkan apa itu "Induk Dosa". yaitu kecenderungan (belum dosa), namun bisa mudah melahirkan dosa dalam perbuatan (ethis). Induk dosa tersebut : (1) Kesombongan. (2) Iri/Dengki.(3) Amarah, (4)Kemalasan, (5)Serakah.

Kecenderungan buruk itu belum atau bukan perbuatan dosa. Seperti halnya sifat baik sejauh manapun itu merupakan disposisi psikologis seperti : keterbukaan, kemurahan hati, ketekunan semua harus dibuktikan dalam perilaku.

Tetapi pesan semua diatas tadi bagi saya adalah pesan : waspadai jangan membuat Pembenaran tetapi Cermatilah Kebenaran. Dan Disinilah Pentingnya 'Suara Hati' yang jernih.

Dengan Suara Hati pun saya rasa belum juga sampai pada "mencintai kehidupan", tetapi baru menukik kedasar kemanusiaan. Untuk sampai pada penghayatan dan perbuatan saya belajar dari orang lain. Itu sungguh suatu pengalaman.: belajar lagi dari orang lain.

Bagaimanakah Saya Belajar dari orang lain.? 

Belajar dari orang lain itu lumrah bukan hal yang istimewa. Seorang murid Sang Guru dari Nasareth, menekuni dan mempola hidupnya seturut Kitab Injil. Seorang Muslim yang saleh meneladani Muhammad dan menghafal Al Qur'an dengan baik. Seorang Buddhis, saya ambil contoh : Shih Ceng Yen mengikuti dan memanifestasikan ajaran Buddha dan menulis buku untuk generasi muda.

Buku "Menaburkan Benih Kebahagiaan" karya tulis Shih Cheng Yen menuliskan doa restu bagi generasi muda.(*)  Dan bagi saya itu merupakan sebuah "Pembenaran" bagaimana hidup saya belajar dari orang lain dan tetap menjadi Pilihan saya sendiri asli.

Membaca buku itu mengasyikkan. Tetapi membaca "Keteladanan" itu mengesankan dan menggerakkan kehidupan, khususnya Asset pikiran dan hati. Betapa tidak, setiap anak belajar dari meniru ayah bunda dan saudara-saudaranya dalam keluarga setidaknya sebagai titian awal..Untuk berkarya menyambung kehidupan saya pun belajar dari oranga lain  saya belajar dari majikan, sesama karyawan, hingga saya menjadi boss mandiri dengan para pembantu,. Untuk membangun keluarga keteladanan ayah bunda dan saudara-saudara kandung menjadi kompas awal kehidupan berkeluarga. Saya berupaya merumuskan pola hidup bersama isteri dan anak-anak dari inti sari kebaikan yang dikembangkan oleh keluarga-keluarga bahagia orang lain.

Shih Cheng Yen seorang penganut Budha, menulis bukupun berjudul "Manaburkan-Benih  Kebahagiaan" dia tidak menggelorakan semangat, atau mengejar gerak kebahagiaan atau yang lain. Menaburkan benih, adalah potret kerja petani, yang sabar. tenang dan alami. Dia menulis 'doa restu bagi generasi muda'. Kepedulian terhadap generasi muda menunjukkan kepedulian dan penghargaan terhadap kehidupan yang alami dan berproses berkembang bersama dalam serba keteladanan. Dan petani memelihara mencintai kehidupan dalam tanamannya.

Generasi muda siswa Shih Cheng Yen didorong menjadi generasi hidup dizamannya yang mampu memecahkan masalah sendiri bukan jadi beban masyarakatnya. Ditulisnya : "Keindahan Budaya Humanis : Setiap generasi muda harus memiliki tekad untuk menyelesaikan persoalan yang ada dalam masyarakat dan bukan sebaliknya dengan menjadi si pembawa masalah" (Bab 4,hal.81, opcit) Bahkan disarankan : "Menyadari Kehidupan dengan Menjadi Relawan" (halaman,136, opcit). Sampai pada perbuatan nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun